Part 13

7.4K 345 27
                                    

#CINTA_DI_LANGIT_ALEPPO
#PART_13
#RAHASIA_BESAR

https://web.facebook.com/groups/KomunitasBisaMenulis/permalink/2226812710713941/
____

Air mata Sayyidah kering, tertegun menatap sepasang mata teduh yang kini berjarak hanya lima centi dari wajahnya. Napasnya tersengal sama dengannya, suhu tubuh meningkat sama dengan dirinya. Tak henti ia menatap, sepasang netra pun tau kapan ia berhenti mengeluarkan air. Kering. Rasa aman mendadak hadir di jiwa, Eru bagai payung yang akan terus melindunginya dari terik dan hujan.

“Kamu ingin tahu sebuah rahasia?”

“Rahasia?” tanya Sayyidah di dekapan.

Lelaki berkumis tipis itu mengangguk, “Aku sudah  tahu rahasiamu, apa kamu tak ingin tahu rahasia besarku? Tak adil jika aku tidak beritahu bukan?”

Wanita itu lemas, beringsut mundur melepas pelukan lelaki di hadapannya.

“Katakan ….”

“Cinta dan pernikahan … hanya sebuah sandiwara! Semua itu tak nyata!”

Perih bagai tersembelih. Sayyidah pun terjebak dengan permainan seorang brigadir, tak seharusnya ia mencinta, Sayyidah mengusap sisa-sisa air hujan di wajahnya. Mengusap bingkai yang terasa hina karena kecupannya. Tangisannya kembali menetes.

“Plak!” Tamparan telak lelaki itu dapatkan.

Wanita itu beringsut mundur menjauh, berpaling lalu berlari.

Ragu menyambangi hati. kepergian wanita yang baru saja menamparnya seperti lebih baik dari janjinya pada Negara. Wanita itu berlari meninggalkannya, semakin jauh semakin sakit hatinya. Sakit dan semakin sakit, Sayyidah tak berpaling memohon cintanya, ia pun tak berpaling sekedar memberikan sinyal bahwa ia masih membutuhkannya.

“Bodoh!”

Lelaki bertubuh tegap itu berlari. Langkahnya tiga kali lebih cepat dibandingkan wanita yang kini mengecil di pandangan.

“Ahhh!” Tangan lelaki berkulit putih itu menyambar lengan Sayyidah. Menariknya lalu mendekap erat. Berjanji tak akan melepaskan meskipun sakit, meskipun terjal akan ia hadapi.
Sayyidah meronta, melayangkan pukulan keras ke arah lelaki di hadapan, cekat Eru menangkap lengannya lalu mendekap tubuhnya.

“Lepaskan aku … lepaskan!”

“Diam! Berhenti Sayyidah! Wanita bermata bulat itu meronta, begitu kekar tangan Eru meremat pundaknya.

“Lihat mataku Sayyidah! Lihat!” Hening, sepasang netra menatap tajam.

“Bagaimana rasanya? Sakit? Itu yang kurasakan saat kau membohongiku. Aku memang pernah berpura-pura tapi saat ini tidak … Kita sama-sama pendusta Sayyidah, rasa di dalam ini sungguh nyata Sayyidah, pernikahan itu pun benar terjadi. Itu bukan dusta.”

“Aku tidak pernah menjadi pendusta … semua ini kulakukan karena terpaksa. Begitu sulit aku membuatmu percaya. Napasku, hidupku tak ada artinya saat ini Eru … percuma aku berlari jika bayanganmu terus mengikutiku, aku tak bisa apa-apa. Bayangan adikku terus menerus menghantuiku, senjata itu persis di kepalanya … aku harus apa?”

“Maafkan aku ... maaf. Aku akan membantumu Sayyidah percayalah … dengarkan aku, aku mencintaimu Sayyidah sangat … aku suamimu sekarang. Kamu harus percaya padaku,  serahkan semua masalahmu padaku, kamu hanya perlu menuruti dan melaksanakan semua perintahku. Mengerti?” tutur Eru jelas bersamaan dengan tetesan air hujan terakhir.

Wanita itu mengangguk, pasrah, melimpahkan setiap masalah di pundak suaminya. Lelaki bertubuh kekar itu erat memeluknya Tak sadar lelaki ini sedang terbang di langit yang hitam. Separuh hati merasa bahagia, separuhnya mengutuk akan penghianatannya pada Negara.

Cinta Di Langit AleppoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang