Smile For Me | 9

8 1 0
                                        

Remaja berbalut sweeter biru navy itu terlihat begitu tergesa-gesa saat menuruni undakan tangga didalam rumahnya. Sesaat setelah mendapatkan pesan dari Tayler agar dia menjemput kakaknya di Bandara Davin segera bergegas pergi. Sebelumnya dia meraih kunci motor matic miliknya yang tergeletak dinakas.

Melewati Rina yang baru saja keluar dari kamar Indi "Mau kemana lo?"

"Ikut gue !" mengabaikan penolakan Rina, Davin meraih tangan gadis itu dan membawanya menuju tempat Indi berada.

Davin tahu jika ini akan terjadi. Tapi dia percaya bahwa Tayler tidak akan membuatnya kecewa. Karena jika sampai Tayler mengingkari janjinya pada Davin. Davin sendirilah yang akan menghukumnya. Tapi saat ini, Indiana jauh lebih membutuhkan dirinya dan Rina. Gadis itu pasti terpukul sekali saat tahu Tayler pergi hari ini.

Tiba di Bandara Davin mengedarkan pandangannya mencari sosok wanita yang dicarinya sejak setengah jam yang lalu.

Davin mengabaikan gadis disampingnya yang terus mengoceh yang juga sama sepertinya, sedang mengkhawatirkan keadaan sahabatnya yang belum juga kembali sejak kemarin sore saat Tayler membawanya pergi.

"Eh bocah. Lo ngapain sih ngajak gue kesini ? Lo gak khawatir apa sama kak... " ucapan Rina terhenti saat matanya menangkap sosok gadis berhoodie maroon tengah terduduk menunduk dengan rambut kusut gak karuan. Gadis itu menggenggam tangannya kuat seolah sedang menahan sesuatu.

Sudah dua jam sejak kepergian Tayler namun Indi belum beranjak dari duduknya. Gadis itu tadi sempat berlari pergi karena tidak sanggup jika harus melihat kepergian Tayler. Tapi akhirnya dia kembali menyusul kedalam Bandara, sayang, pesawat yang di tumpangi oleh Tayler sudah lepas landas. Kini hanya sesal yang tersisa.

Tidak pernah dia bayangkan jika perpisahannya dengan Tayler akan berakibat sedahsyat ini pada hatinya. Bukan hanya perih, namun juga sesak yang tak kunjung reda begitu menekan dadanya.

Kenapa harus sesakit ini ?
Tidak mungkin... aku mencintainya kan ?

Entahlah Indi pun tidak tau sejak kapan rasa itu mulai tumbuh dihatinya. Yang jelas apa yang Indi rasakan saat ini sangatlah menyiksanya.

"Indi?" tanpa pikir panjang lagi Rina langsung berlari menghampiri gadis itu.

"Ndi. Lo ngapain disini. Lo abis ngilang kemana sih, hah? Lo tau, gue khawatir banget nungguin lo semaleman gak pulang. Untung aja Bunda gak pulang semalem, bisa berabe urusannya kalo bunda tau lo gak pulang semaleman" omel Rina tanpa dia sadar kondisi sahabatnya kini sedang tidak baik. "Ndi.. kok lo diem aja sih. Indi woy.. eh, lo nangis. Kenapa?" Rina yang baru sadar dengan kondisi Indi saat ini merasa heran dan juga bertambah khawatir.

Melihat Rina disampingnya gadis yang kini tengah menunduk itu pun beralih memeluk Rina, sahabatnya. Rina hanya bisa diam sambil sesekali menepuk-nepuk punggung Indi.

Tayler ? Kemana dia? Apa mungkin... Batin Rina.

"Dia udah pergi Na. Ninggalin gue" isak Indi.

Sudah Rina duga akan seperti ini akhirnya. Ini semua gara-gara si Davin curut itu yang dengan sengaja membiarkan Tayler membawa Indi pergi sama dia kemarin sore. Awas saja kalau sampai setelah ini Indi berubah murung lagi. Rina akan buat perhitungan sama bocah tengik itu.

"Ndi.. Udah dong. Jangan nangis terus. Lo gak malu apa dilihatin banyak orang" ucap Rina pelan mencoba mengingatkan Indiana.

"Gue gak mau dia pergi Na. Tapi gue gak bisa nahan dia untuk tetap disini. Gue benci keadaan ini Na. Gue gak suka " Rina memilih diam membiarkan Indi meluapkan emosinya. Rina tahu betul saat Indi terluka maka dia akan dengan mudah mengutarakan isi hatinya. Sama seperti dua tahun lalu. Saat dimana Indi kehilangan orang yang dia sayang untuk selamanya.
.
.
.

Smile For Me ( belum revisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang