Seperti pohon-pohon setelah musim semi. Berguguran dan perlahan daun-daun pun mati. Musim datang sesuai rotasi, daun jatuh berdasarkan gravitasi bumi. Pun kita, pernah dikenalkan kemudian dijauhkan atas skenario yang dibuat-Nya.
Lalu, seperti pohon yang merindukan daun gugur. Bolehkah aku merindu, meski dirimu kini semu?
Aku telah patah bahkan hampir hilang arah, sempat membenci namun apalah arti, hati tetap sepenuhnya mencintai. Kau pergi tanpa permisi atau aku yang terlalu berekspektasi tinggi?Pohon tak pernah membenci musim yang sering menimbulkan sepi. Namun lara terlanjur bercerita bahwa setelah kepergianmu, ada hal yang sangat aku benci. Kita yang pura-pura tak mengenal padahal begitu kenal. Kita yang enggan bertegur sapa padahal dulu sering menyapa.
Entah apa yang kau tuju, kukira semuanya hanya perlu waktu. Seperti pohon yang akan kembali mendapatkan daun dan seperti musim yang akan pergi kemudian diganti.
-HNF
(@haginuansaf)
Purwakarta, 11 januari 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Senja
PoetryPengemar senja, samudera dan warna yang hanya mampu mencurahkan rasa dalam sebait kata. Tidak memaksa suka, tapi semoga bermakna -HagiNF-