Keputusan

2.5K 358 35
                                    

Nyatanya Shin Hye memutuskan untuk berdiam seorang diri tidak sebentar. Tapi satu minggu setelahnya, ia masih mengurung diri di kamarnya. Menolak untuk bertemu dengan siapa pun, termasuk kedua orang tuanya. Larut dalam deritanya seorang diri sambil terus mencoba melupakan hari di mana pernikahan itu seharusnya berlangsung.

Dan sepertinya orang tuanya mengerti kalau Shin Hye memang membutuhkan waktu untuk dirinya. Mereka tidak lagi mendesak Shin Hye membuka pintu seperti awal-awal ketika Shin Hye mengurung diri di kamarnya. Makanan untuk Shin Hye pun mereka letakkan di depan pintu setiap kali waktu makan tiba. Mereka membiarkan Shin Hye larut dalam kesendiriannya setelah memastikan Shin Hye berjanji untuk tidak melakukan hal-hal berbahaya yang bisa membahayakan nyawanya.

Membahayakan nyawanya sendiri? Shin Hye terkekeh ketika mendengae permintaan ibunya. Memangnya siapa yang mau bunuh diri? Shin Hye memang patah hati, terluka karena sebuah pengkhianatan, tapi terlalu naif jika pada akhirnya ia harus mengakhiri hidupnya hanya karena seorang pria yang tidak pernah peduli padanya. Terlalu berharga hidupnya untuk di sia-siakan karena pria brengsek itu. Meskipun kenyataanya, ia tetap saja terpuruk selama seminggu terakhir.

Selama mengurung diri di kamarnya, Shin Hye lebih banyak berdiam diri sambil memandangi bunga forget-me-not yang ditanamnya. Bunga itu menemaninya. Setia seperti artinya.

Forget-me-not.

Terkadang Shin Hye berpikir untuk mengatakan hal itu pada Yong Hwa.  Meminta pria itu untuk tidak melupakannya. Tapi akal sehatnya segera mengambil alih kendali dirinya. Untuk apa memohon sesuatu pada seseorang yang jelas-jelas tidak mempedulikannya?

Seandainya ia memiliki kemampuan untuk memutar kembali waktu, pasti sejak awal Shin Hye akan menolak perjodohannya dengan Yong Hwa. Bahkan jika perlu, ia akan menolaknya sebelum mereka di pertemukan.

Sayangnya waktu tidak bisa di putar, dan penyesalan memang selalu datang terlambat. Ketika rasa sakit dan kekecewaan mendominasi hati karena sesuatu yang awalnya terasa begitu indah, maka di sanalah penyesalan itu ada.

Shin Hye menyesal karena telah memberikan hatinya pada pria brengsek yang seharusnya tidak mendapatkan apa pun darinya. Termasuk air matanya.

Dengan kasar Shin Hye menghapus air matanya. Sudah cukup. Sudah terlalu lama ia larut dalam derita menyakitkan ini. Sementara sosok yang menjadi momok utama penderitaannya sudah bisa di pastikan tengah berbahagia, bersenang-senang dengan wanita pilihannya tanpa memikirkan dirinya sama sekali.

Ironis. Di saat ia berjuang untuk bangkit dari keterpurukan, penyebab keterpurukan itu justru tengah bersenang-senang.

Sudah cukup semuanya. Sudah cukup rasa sakit yang di rasakannya selama ini. Sudah cukup ia berkabung untuk sesuatu yang seharusnya tidak ia lakukan. Sudah saatnya ia bangkit dan memulai semuanya dari awal. Mengubur semua kenangan masa lalu yang menyakitkan dan menganggapnya tidak ubahnya sampah yang harus di buang di tempat sampah.

Dengan keyakinan yang sudah mantap Shin Hye meraih ponselnya. Untuk sesaat rasa kecewa itu kembali menyergap ketika tidak ada satu pun pesan maupun telpon dari Yong Hwa yang menanyakan kondisinya. Tapi semua segera di tepisnya. Ia sudah menentukan keputusannya dan tidak seharusnya ia kembali di landa kebimbangan yang hanya membuatnya semakin terpuruk.

Hidup harus terus berjalan, begitu pun dengan dirinya. Hidupnya akan terus berjalan, tidak peduli betapa sakit luka yang dirasakannya. Mulai sekarang ia akan mencoba mengabaikan rasa sakitnya dan fokus pada masa depannya.

"Ini aku, Alice," ucap Shin Hye ketika sambungan telponnya tersambung.

"Alice, ada apa sayang? Aku pikir kau tengah berbulan madu saat ini."

Loving YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang