Dongeng malam hari
NOW PLAYING : GLEN FREDLY : SEKALI INI SAJA
UDAH VOTE? KALO BELUM VOTE DULU YA
KALO UDAH CUSSS~
_________
"Rara jangan bahayaaa!" Ibu Rara teriak histeris saat Rara masuk kedalam
Rara memasuki rumah Fina untuk menyelamatkannya namun pengelihatannya sedikit terhalang karna asap begitu pekat, bayangan hitam yang berubah menjadi sosok perempuan itu Hadi dihadapan Rara dengan asap hitam pekat, Rara terdiam sejenak lagi-lagi Rara terkejut dibuatnya.
Sosok perempuan itu tersenyum menghadap ke rara lalu menunjuk kearah belakang sembari menganggu, hilang sosok itu hilang seketika.
Rara berjalan dengan hati-hati menuju arah belakang, Rara melihat Fina yang sedang berjongkok sambil menangis di dapur, Rara memeluk Fina lalu membawa Fina keluar dengan selamat.
"Huk huk huk.." Rara dan Fina batuk karna asap yang menyambar hidungnya
"Rara Fina ya ampun, kalian gk papa?" Ibu rara memeluk keduanya.
"Fina sayang ibu kamu mana?" Tanya ibu Rara pada Fina yang menangis mengusap lembut kepala Fina
"Ibu sama ayah sedang kerumah nenek, Fina mau masak tapi gasnya ngeluarin api tanteee" Fina menangis sambil memeluk ibu Rara
"Udah Fin yang penting Lo selamat" ucap Rara dengan Suara parau
Pemadam kebakaran datang membuat warga sekitar memberikan jalan untuk para pemadam, saat rumah Fina sedang dipadamkan ibu dan ayah Fina datang mereka terkejut rumahnya hangus terbakar, mereka melihat Fina yang tengah menangis dipelukan ibu Rara menghampiri Fina.
"Fina gk papa kan sayang?" Ucap ibu Fina menangis menghawatirkan Fina, Fina mengangguk lalu pundak pelukannya pada ibunya.
Rumah Fina sudah hangus terbakar sebagian, pemadam sudah selesai memadamkan api, warga warga kini mulai pada pulang kerumahnya masing-masing terkecuali Rara dan ibunya.
"Makasih yaa Ra Lo udah nyelametin gue" Rara hanya mengangguk senang Fina tidak ada luka apa pun.
"Sekali lagi saya berterimakasih ya Ra, Bu Dian kalo gk ada kalian gk tau gimana kondisi Fina" ucap ibu Fina pada Rara dan ibunya.
"Sama-sama yang penting Fina selamat, kalian untuk sementara waktu tinggal dirumah kita dulu aja Bu" ajak ibu Rara
"Tidak usah repot-repot kita tinggal dirumah nenek Fina aja, makasih Bu Dian tawarannya"
Rara dan ibunya lalu pulang kerumah dengan perasaan lega, ibunya tidur dikamar Rara untuk menenangkan Rara. Hari ini sungguh panjang bagi Rara mulai dari ia dibully Ziva, bertemu bayangan yang tampak nyata dihadapannya lalu kejadian rumah Fina kebakaran.
Rara menceritakan kejadian bagaimana bayangan itu berubah menjadi sosok perempuan cantik seusianya, Rara menceritakan dengan sungguh sungguh
"Besok kamu liburkan?" Rara mengangguk "besok juga papah pulang kamu ceritakan semuanya pada papahnu ya" ibu Rara mengelus halus kepala Rara.
🕝
Matahari sudah mulai terbit cahayanya membuat mata Rara terasa silau, Rara bangun ibunya sudah bangun lebih dulu untuk menyiapkan sarapan pagi.
Rara pergi ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya dengan air panas, setelah mandi Rara turun dari kamarnya menuju ruang makan yang terdapat ibunya sedang menyiapkan makanan
"Pagi mah" ucapnya dengan ceria
"Eh udah mandi?" Rara mengangguk "ayo makan, Arya udah nunggu kamu"
Rara terkejut oleh ucapan ibunya, Arya sudah menunggunya sejak tadi yang artinya Arya sedang berada disini.
"Arya mana?"
"Lagi liat rumah Fina tau mau ngapain"
Rara mengangguk paham Arya pasti sedang mengambil gambar rumah Fina untuk koleksi photographinya, Arya adalah orang yang hobi memotret segala momen karna cita-citanya adalah seorang photographer, Arya pun sering diundang untuk menjadi photographer prewedding walaupun bayarannya lumayan Arya dengan sombongnya menolak bayaran itu, karna katanya adalah 'Gue orang kaya gak usah dibayar juga gk masalah'.
Selesai makan Rara menyusul Raka yang masih dirumah Fina, Raka sedang memotret anak kecil tetangga Rara untuk menjadi modelnya dengan background rumah Fina.
"Ya.." sahut Rara
"Udah bangun? Gue kira Lo bakal bangun sore hari"
"Lo kira gue lagi latihan jadi mayat?!" Rara berdecak sebal pada Arya.
Rara dan Arya berjalan dari komplek perumahan Rara menuju lapangan yang ramai pada hari Minggu, lapangan yang diisi oleh para remaja yang sedang joging disetiap minggu begitu pun dengan Rara dan Arya.
"Gue udah ngomong sama Ziva" Arya dengan merangkul rara
Rara melepaskan rangkulan Arya "Hah?! Ngomong apa Lo"
"Gue si bilangnya gini 'Sekali lagi Lo berani nyentuh Raranya gue jangan harap gue bakal nganggep Lo masih hidup di dunia ini lagi!'' ucap Arya memperagakan bagaimana ia bicara pada ziva
"Lo tuh ya jangan bentak-bentak kak Ziva kek gitu yaaa"
Arya menatap Rara lalu memegang erat pundak Rara agar Rara menghadap padanya "siapapun yang berani ngelukain Raranya Arya bakal berurusan sama gue" Rara menelan ludahnya sekuat mungkin lalu ia memeluk Arya.
"Makasih ya Lo udah ngejaga gue segitunya"
"Sama-sama karna gue sayang aku" Rara melepaskan pelukannya pada Arya setelah mendengar kalimat Arya barusan.
"Kok sayang aku bukan sayang Rara"
"Iya gue sayang aku, tapi kalo sama Lo gue sayang dan cinta" kalian bayangkan saja seperti ada suara jangkrik disekitar kalian
"Kok garing" sindir rara "lagi dong gombalin gue yang lebih romantis" lanjutnya.
Arya mengelus dagunya "mm Ra tau gk persamaanya kamu sama lubang kontak listrik"
"Kok gue disamainnya sama lubang si!"
"Udah Diem aja dulu"
"Ya udah, gk tau emang apa kesamaanya?"
"Sama-sama bikin hati gue gemetar kalo disentuh" garing, tapi membuat hati Rara merasa senang dibuatnya.
___________
Whohoho
Gimana partnya?
Suka sama gombalannya Arya gk, kalo gk nanti suruh Arya bikin gombalan yg lebih baik lagi deh.
See uuu!👋
KAMU SEDANG MEMBACA
RARYA [Dongeng Malam Hari]
Teen Fiction[FOLLOW DULU UNTUK BISA MEMBACA CERITANYA] Kisah dimana seorang perempuan yang selalu diteror sosok bayangan hitam dalam mimpinya. Rara (saja) namanya seorang yang selalu diteror sosok bayangan hitam itu menerima teroran sejak ia menjalani hubungan...