Dongeng malam hari
NOW PLAYING : INTO THE UNKNOW - INDINA MENZEL FT AURORA
UDAH VOTE? KALO BELUM VOTE DULU YA
KALO UDAH CUSSSS~
___________
Rara membuka matanya perlahan cahaya mulai menusuk keupil matanya menembus membuat matanya terasa Sedikit sakit, Rara membangunkan badannya agar ia berada diposisi terduduk.
Rara turun dari kamarnya menuju dapur, tak ada orang di sana ayah dan ibunya pun tak ada. Namun bayangan hitam yang tak jelas rupanya lewat dibelakang Rara hingga Rara merasakan buku kuduk nya berdiri sendiri.
Lagi lagi bayangan itu melintas di belakangnya membuat Rara menoleh cepat, namun tak ada siapapun disana. Rara pergi dengan cepat menuju ruang tv.
Brukk!
Kaki Rara tersandung oleh kursi dia jatuh kepalanya mendarat dengan kasar kelantai membuat Rara merasa sedikit kesakitan.
"Aw!" Ucapnya sambil memegang kepalanya yang terasa sakit, Rara melihat darah ditangannya yang tadi ia usap.
Rara terkejut setelah melihat dirinya dikaca terdekatnya banyak darah dimukanya yang bercucuran, wajahnya tidak begitu terasa sakit namun darah yang keluar sangat banyak.
"Aaah! Mamah, pah?!" Teriaknya histeris.
Tak ada jawaban dari ayah dan ibunya, Rara terus menerus memegang kepalanya. Rara menoleh kearah jam dinding yang menunjukan pukul 01.00, sedikit terkejut bagaimana tidak dia terbangun karena Rara rasa sudah pagi, matahari pun sudah terbit saat ia terbangun tadi.
Namun sosok perempuan itu datang dihadapannya, Rara bungkam tak bisa bersuara.
Hati-hati banyak yang akan melukaimu...
Ucapnya lagi-lagi membuat Rara berfikir dibuatnya, ya seperti biasanya setelah membuat Rara heran, wanita itu hilang dengan sendirinya. Namun yang lebih heran lagi darah yang ada diwajahnya hilang seketika.
Rara bergegas menuju ke kamar ibunya dan melanjutkan tidurnya.
"Ra sayang bangun udah siang.." ibunya yang mencoba membangunkannya.
"Rara baru tidur mah" ucapnya yang masih tertidur.
"Rara ini udah jam 6, lagian tadi malam kamu pindah kesini juga waktu jam 9 malam"
Rara terbangun benar kata ibunya sekarang sudah jam 6 pagi, apa tadi Rara mimpi? Kenapa bisa senyata itu, dan Rara baru menyadarinya bahwa Rara pundak melamar ibunya juga waktu jam 9 malam.
Rara mengusap wajahnya dengan kasar, lalu bergegas mandi dan menyiapkan diri untuk berangkat ke sekolah.
Rara bersalaman keibunya "papah mana?" Tanyanya.
"Papah tadi keluar gak tau kemana".
"Mm, mamah jangan marah sama papah terus yah mah, papah gak salah mah" ucapnya.
"Iya mamah tau, semalam papah kamu udah jelasin"
Rara merasa lega mamahnya sudah tidak menyalahkan papahnya lagi "ya udah mah bye.." ucap Rara melambaikan tangannya.
Tak ada jemputan dari Arya, Rara terpaksa harus naik angkot.
Rara terus menerus melirik tangan milik ya harapnya tak ada kata terlambat untuk hari ini.
Dooorr!
Suara ban meletus membuat semua yang berada dalam angkot kaget, tak terkecuali Rara. Dengan suara ban meletus tadi angkot yang dinaikkan Rara berhenti.
"Mas kok berhenti?" Tanya seseorang yang berada disebelah Rara.
"Maaf buk, mba kayaknya ban yang meletus tadi ban saya"
"Yah terus gimana dong?" Ucap seseorang lagi yang berada di dalam angkot.
"Maaf buk, mba naik angkot yang lain dulu ya"
Semua yang ada di angkot terpaksa harus mencari angkot lain, Rara tak henti mengerutkan mulutnya wajahnya terlihat sangat khawatir.
Sial, tak ada angkot yang lewat.
Suara motor yang berhenti membuat Rara menoleh ke arahnya, Arif dengan motornya berhenti di depan Rara.
"Kenapa kok masih disini?" Tanya Arif
"Angkot yang gue naikin bannya meletus"
"Ikut sama gue aja, nanti telat" tawarnya
"Gak usah"
"Udah lah ayo nanti telat" dengan ragu Rara menganguk lalu menaiki motor Arif, Rara harap Arya tak melihatnya dengan Arif.
Sesampainya disekolah Rara dengan cepat berjalan kekelasnya, Rara berjalan melewati lorong koridor yang untungnya sedikit siswa yang ada disana.
Dengan langkah cepat Rara berjalan menunduk, namun punggungnya seperti ada senggolan yang kencang membuat Rara sontak kaget.
"Ish! Jalan pake mata!" Ucap seseorang.
Rara melihat orang itu, sial lagi-lagi Ziva yang ia temui.
"Lo lagi!" Ucap Ziva dengan menunjuk ke arah Rara.
"Maaf kak gak liat" ucap Rara menunduk.
"Buta ya Lo!"
Arif datang dengan cepat menggenggam tangan Rara, lalu menatap lekat Ziva.
"Oh jadi sekarang udah punya bodyguard?!" Ucap dayangnya.
Rara mencoba melepaskan genggaman tangan Arif.
"Dasar ya cabe-cabean sana-sini nempel!" Ucap Ziva tertawa.
Arif menggenggam tangan Rara lagi lalu berjalan menuju kelasnya meninggalkan Ziva dan dayangnya.
Rara sungguh tak tau kenapa Ziva begitu membencinya, karna Arya saja hampir semua siswi membencinya.
Sesampainya di kelas Rara melepaskan genggaman tangan Arif, seluruh siswa yang ada dikelas memandang ke arah mereka.
"Cie mulai Deket nih Rif" sahut Dirga.
Pak Narto datang membuat semuanya duduk ditempat masing-masing.
Pak Narto menjelaskan materi hari ini, keadaan sepi saat pak Narto menjelaskan tak ada suara dari siapa pun.
"Kan gue semalam mimpi muka gue banyak banget darah.." bisik Rara pada Kana
"Kenapa?" Tanya Kana berbisik
"Bayangan itu datang lagi"
"Serius?!" Ucap Kana sangat kencang membuat semuanya menoleh ke arah mereka, tak terkecuali pak Narto.
"Rara, Kana keluar!" Mampus!
____________
HI GUYS COME BACK!
JANGAN LUPA VOTMEN YAAA🖤
SEE U NEXT PART 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
RARYA [Dongeng Malam Hari]
Teen Fiction[FOLLOW DULU UNTUK BISA MEMBACA CERITANYA] Kisah dimana seorang perempuan yang selalu diteror sosok bayangan hitam dalam mimpinya. Rara (saja) namanya seorang yang selalu diteror sosok bayangan hitam itu menerima teroran sejak ia menjalani hubungan...