CH. 3 : A-RRIVED

215 16 2
                                    

    
    (sepertinya ini masih sangat membosankan.. makasih yang masih mawu baca uwu..)

   
    
Apartemen terlihat tepat setelah taxi berbelok dari lampu merah tadi. Aku menegapkan badanku, lalu melepas sabuk pegaman. Dan juga tidak lupa untuk merapikan pakaian dan juga mengecek tas dan handphone ku.

Setelah membayar uang taxi aku keluar dengan segera. Taxi dengan cepat beranjak pergi meninggalkan ku. Tidak lama setelahnya taxi benar-benar hilang dari daerah apartemen. Aku merenggangkan tubuhku yang pegal, terdengar bunyi tulangku yang berbunyi kretek kretek, lalu setelah itu aku segera pergi menuju gedung apartemen.

Apartemen setinggi 48 lantai itu terlihat tepat setelah aku membalik badanku. Aku mendongak ke atas beberapa kali untuk sesekali mengagumi apartemen bergaya China kuno itu.

Baru sampai beberapa langkah, aku merasakan tetesan air dari langit membasahi wajahku. Aku berhenti sejenak untuk mengamati sekitar. Tidak menunggu lama pun tetesan air hujan terasa semakin deras menjatuhi permukaan wajahku. Aku tetap diam dalam posisiku. Aku pikir tidak ada salahnya hujan-hujan saat ini. Ya, aku ingin hujan-hujan. Tidak menunggu lama gerimis pun membasahi tubuhku, secara tiba-tiba aku terbawa pada suasana ini.

Gerimis dengan cepat berganti menjadi hujan. Aku bisa merasakan kenyamanan ini, seperti sudah lama tak terjadi pada diriku, aku merindukannya. Namun aku sadar ini bukan sesuatu untuk dirindukan lagi.

Karena aku sudah tau keadaan hujan yang terjadi, dan memang ini lah yang ingin aku lakukan, jadi aku menutup mataku, membiarkan hujan membasuh seluruh wajah serta tubuhku. Aku mendongakkan kepalaku ke atas. Mencoba menikmati hujan sebelum rasa lain datang dan menggerogoti jiwaku.

Suara hujan, aroma tanah, dan pencahayaan. Ini sempurna. Aku menyukainya. Akan lebih baik jika Jeongin ada disini. Kami bisa tetap bermain bersama walaupun dalam masa-masa seperti ini karenanya.

     Aku merindukanmu, aku mencintaimu..

Lalu tiba-tiba aku dikagetkan oleh suatu suara yang samar-samar kudengar. Ketika mencoba lebih baik mendengarkan suara itu, aku tau. Aku membuka mataku. Dari jarak hampir 70 meter aku bisa melihat ke arah pintu tempat parkir apartemen. Kesadaranku mulai mematang. Telingaku mendengar namaku dipanggil oleh seseorang. Remang-remang aku bisa melihat seseorang itu, dia berdiri di balik hujan sambil menatap tajam ke arah diriku.

Seorang lelaki dengan postur kurus. Sosok tinggi, namun tidak lebih tinggi dariku. Lelaki itu berdiri tepat di depan tempat masuk kendaraan, ia terlihat tidak beranjak dari tempatnya berdiri, apakah dia sedang menungguku? Panggilan darinya terasa nyata, meyakinkan, lantang dan jelas. Walaupun sulit bagiku mengenali suaranya di dalam hujan lebat seperti ini.

Semakin lama hujan turun semakin deras. Aku terus menatap sosok itu, hingga akhirnya suara panggilan namaku berangsur menghilang dari pendengaranku. Penglihatanku pun memburuk karena derasnya hujan. Aku tidak ingin mempedulikan sosok itu dan hanya terdiam lagi dalam lamunan kosongku.

Dan setelah sekian lama aku terdiam, sosok itu tidak terlihat lagi olehku sesaat aku menatap ke tempatnya berdiri tadi. Jauh yang terlihat hanyalah cahaya putih dan kuning lampu jalanan. Kemanakah orang itu pergi? Apakah dia benar-benar memanggilku? Aku masih diam dalam posisiku sekarang. Hujan deras seperti ini tidak pernah terasa buruk tanpa guntur, semuanya baik.

Dan yang pasti pakaianku telah basah kuyub oleh hujan. Aku tidak merasa kedinginan atau takut. Aku hanya sedang menikmati hujan ini.

Sekarang tatapanku hanya menuju ke bumi yang selalu ku pijak di bawahku ini. Pemikiran yang menyesakkan hati datang lagi. Perasaan itu, perasaan akan kehilangan Jeongin. Kesedihan yang aku sembunyikan berhari-hari, kesedihan yang membuatku tetap berdiri di sini. Aku enggan untuk masuk. Melihat dirinya lagi dan mengingat rasa yang tidak mengenakkan.

「Stay With Me • 내 곁에 있어줘」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang