CH. 2 : T-RAIN

265 17 0
                                    

 
(maap lagi sebelumnya kalau gak bagus)

     
   
Suara mesin kereta terdengar bising. Aku bisa mendengar orang-orang di sekitarku yang terus mengoceh, entah apa yang mereka bicarakan satu sama lain. Aku merasa bosan, kepalaku pusing. Udaranya mulai terasa dingin.

Aku memilih naik kereta hari ini karena aku sedang menghemat uang. Ayahku mencoba membuatku hidup mandiri matu-matian. Ayahku kepala perusahaan tempatku bekerja, dia menyuruhku mendaftar dari awal, dia bilang padaku tak mau menjadikanku anak kepala perusahaan yang beruntung.

Aku ingin segera sampai di rumah dan melihat Jeongin. Aku sangat merindukannya. Setiap aku memejamkan mata, wajahnya lah yang muncul di dalam benakku. Perasaan rindu seperti ini membuat perjalanan kereta hari ini terasa lebih lambat. Aku ingin segera bertemu dengannya. Hari terakhir kami, kesempatan terakhir kami untuk bersama.

Sungguh tidak menyenangkan melewati saat-saat seperti ini. Apalagi membayangkan Jeongin mengucapkan kata-kata perpisahan untukku. Siapa juga yang tidak suka di tinggal orang tersayang, semua orang pasti begitu, salah satunya aku, dengan Jeongin sebagai orang yang dicintai.

Tentang pekerjaan Jeongin. Dia dulu sempat mencoba menjadi seorang idol sejak remaja, trainee nya sudah dimulai sejak dia masih kecil. Namun takdir ya takdir, sebab agensi yang tidak menyorot Jeongin, ini berakibat pada masa depannya sekarang. Tetapi tidak masalah, selama ia memiliki pekerjaan itu sudah bagus. Sekarang ia seorang yang bergabung dengan Tim Youtube yang biasa mengcover dance, aku bangga dengannya.

Tim Jeongin cukup mendukung dan ramah padanya, bahkan Tim-nya berani melakukan promosi besar-besaran untuk mempromosikan channel mereka diberbagai media. Timnya juga mengizinkan kami untuk bertemu beberapa kali dalam hari-hari sibuknya walau tertekan deadline. Karena itu aku sangat bersyukur atas itu.

Besok pagi Jeongin akan berangkat ke Busan, dia akan membicarakan tentang rencana pembuatan video baru yang selanjutnya. Lama proses rekaman tidak pernah ditentukan dan itu belum juga dengan mengatur hal-hal lainnya. Namun biasanya itu tidak memakan waktu sangat lama. Tentu saja Jeongin harus menginap di Busan, hanya untuk beberapa hari dia akan menginap di rumah orang tuanya. Setelah itu dia bisa pulang lagi ke Seoul.

✖✖✖

Aku gemetaran, rasanya telah menyatu dengan getaran mesin kereta. Aku tidak pernah menyadari sejak kapan Jeongin telah menjadi orang yang spesial bagiku. Aku tidak akan bisa membayangkan rasa perpisahan itu. Walaupun hanya berpisah jarak, bukan hati. Tapi rasanya sulit bagiku. Dadaku menjadi sesak. Tidak bisa tenang.

Udara terasa semakin dingin. Sejak tadi siang langitnya mendung, tapi tidak ada tanda-tanda hujan akan turun. Orang-orang terlihat tergesa-gesa. Padahal mereka tidak bisa melakukan hal apapun selama masih di dalam kereta. Aku juga, aku sangat bosan.

Lamunan ku berhenti. Mataku terpejam. Aku menunduk ke bawah. Mengambil nafas panjang berulang. Indra pendengaranku menajam, bising kereta terasa semakin keras oleh pendengaranku. Kutadahi kepalaku dengan tangan. Aku ingin pulang. Aku rindu Jeongin.

'Jeongin... Apa yang sedang kau lakukan di rumah?' aku mengatakan kalimat itu tanpa sadar. Tidak terdengar keras sebenarnya, terdengar seperti keluh kesah. Suaraku terdengar sayu, tidak seperti suaraku yang biasanya terdengar agak berat. Aku pikir beberapa orang mendengar apa yang barusan aku ucapkan. Aku hanya acuh, tidak peduli.

Aku tidak tau sejak kapan aku jadi begini, begitu membutuhkan Jeongin di sampingku. Seperti telah kecanduan oleh sosoknya, hingga sampai-sampai aku ingin menyimpannya untukku sendiri. Bahkan aku lupa bagaimana semua rasa ini muncul, rasanya terlalu tiba-tiba.

「Stay With Me • 내 곁에 있어줘」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang