(minta maaf sebelumnya, ini part bosenin)
( H y u n j i n pov )
Siang hampir menjelang sore. Aku berencana pulang naik kereta dan bertemu Jeongin sebelum dia pergi ke Seoul pada pagi harinya.Hari terakhir kami bisa bersama, dan sebenarnya aku berencana untuk libur bekerja. Tapi potongan gaji yang diberikan semakin lama semakin meningkat, sulit untuk memilih meliburkan diri jika potongan gajinya sudah seperti itu. Lagipula Jeongin bilang tidak apa-apa jika aku tetap bekerja hari ini.
Sebenarnya tadi pagi keadaan Jeongin tidak baik, dia bilang moodnya memburuk. Ketika aku pamit untuk bekerja, dia masih berbaring dikasur. Padahal biasanya dia telah duduk di depan TV atau ruang tamu untuk berpamitan denganku. Entah karena apa hari ini dia jadi kesiangan. Aku berharap tidak ada masalah yang ia enggan ceritakan padaku.
Sampai di kantor pun aku masih memikirkan nya. Sebelum pergi aku sudah memasang jam alarm supaya dia bisa bangun lebih cepat, lalu dia bisa mandi dan makan sebelum makanannya terlanjur dingin. Aku sangat berharap begitu. Aku menghawatirkan nya sepanjang hari, aku bahkan tidak bisa fokus saat bekerja.
Aku mencoba menghubunginya beberapa kali ketika baru sampai di kantor. Sekali, dua kali tapi panggilan dariku tak terjawab sama sekali oleh nya. Saking cemasnya aku tidak bisa mengalihkan pikiranku darinya. Dan akhirnya aku memutuskan untuk menelfonnya lagi pada pukul sebelas siang. Panggilan telponku pun tidak berakhir sia-sia, aku merasa sangat bersyukur karena dia bisa menjawabnya.
"Jeongin..? Kamu baik-baik saja hemm?"
[Eehmm, aku akan lebih baik ketika Hyunjin hyung ada di sini. Eihh,, sudah berapa kali kah aku bilang jangan menelfonku ketika hyung sedang bekerja? Kenapa hyung tidak menuruti aku?]
"Bukan begitu, aku hanya mencemaskanmu"
[Iyaa, hyung pasti cemas karena tidak merasakan tubuhku seperti biasanya kan? Tapi tenang saja hyung, nanti sore akan lebih dari biasanya, hyung tenang saja, tidak perlu cemas]
"Tidak, bukan itu yang aku bicarakan- "
[Eitthh...? Jangan berbohong padaku hyung, selama ini hyung selalu begitu, tidak ingat kah ketika hyung sakit karena aku tidak bersama hyung seharian? Iya kan?]
"Iya, tapi maksudku-aku di kantor, jangan bicarakan hal seperti itu saat aku sedang be-"
[Salah siapa sendiri meneleponku saat hyung sedang sibuk bekerja, aku kan sudah bilang berulang kali sebelumnya]
Perasaan cemasku berangsur menghilang setelah mendengar kata-kata yang terucap darinya. Aku membiarkan mulutku tertutup dan membiarkan suara Jeongin menenangkan diriku lebih lama. Aku tak bisa menahan lebih lama senyuman yang akan mengembang dari wajahku. Perasaan bahagia yang Jeongin berikan memang yang terbaik untuk menenangkan kecemasanku.
Beberapa menit tanpa sadar telah berlalu. Kami membicarankan banyak hal tanpa henti. Dari pekerjaan sampai kotak sepatu bekas pun kami obrolkan juga. Semakin lama topik pembicaraan kami pun semakin tidak karuan. Entah apa yang Jeongin bicarakan, dia semakin lama semakin terdengar berbicara hal-hal mesum.
[Hyung!! Ahaha, bukan kah kita pernah janji yang boleh keluar duluan itu aku, hyung pernah melakukannya sekali kan. Haha]
"Berhenti bicara yang aneh-aneh Jeongin-ah, jangan bicara hal semacam itu atau aku akan membalasmu"
KAMU SEDANG MEMBACA
「Stay With Me • 내 곁에 있어줘」
Fanfic[on hold!] Beberapa rahasia dari orang yang mahir menyembunyikan, minim pengetahuan yang menyesatkan , dan sebuah rencana yang berdasar pada pola pikir egoisme. Jangan mengira-ngira, itu akan melambankan gerakanmu...