12

986 118 3
                                    

Yerim menyeruput americano-nya hingga habis, gadis itu menyandarkan punggungnya sembari mengusap-usap perutnya yang terasa penuh.

“Woah... Perutku sudah benar-benar kenyang sekarang,” ujar Yerim.

Sooyoung hanya menatap Yerim dengan tatapan tak menyangka.

“Mengapa kau makan begitu banyak??” tanya Sooyoung.

“Aku benar-benar merindukan masakan Korea. Maklumlah, di Amerika sedikit sulit menemukan nasi dan makanan Korea, terlebih makanan pokok disana roti dan gandum.”

“Yerimie,” tegur seseorang.

“Oh, Jungkook oppa!” seru Yerim girang.

“Kau sudah siap?” tanya Jungkook.

“Ah! Hari ini kita memiliki janji kencan, bukan?”

Jungkook mengangguk.

“Aku hampir melupakannya...”

Jungkook tersenyum seraya mengusap kepala kekasihnya

“Eonni, sepertinya aku tidak bisa berlama-lama, aku memiliki janji dengan kekasihku, tidak apa-apa kan?”

Sooyoung mengangguk sembari tersenyum kaku.

“Terima kasih telah mentraktirku makan siang, kalau begitu aku pamit, annyeong~” Yerim beranjak dari duduknya, gadis itu tampak mengaitkan lengannya pada lengan Jungkook, dan sepasang kekasih itu meninggalkan Sooyoung yang masih duduk mematung.

“Mentraktir?? Apa dia baru saja menjebakku? Woah!” gerutu Sooyoung kesal setengah mati karena ia merasa Yerim telah mempermainkannya.

***

Taekwoon menatap Joohyun yang duduk dihadapannya. Keduanya baru saja selesai menyantap makan malamnya.

“Mengapa tidak kau habiskan makananmu?” tanya Taekwoon.

“Aku sudah kenyang.”

“Tampaknya akhir-akhir ini selera makanmu sedang menurun, apa ada yang salah dengan kesehatanmu?” tanya Taekwoon khawatir.

Joohyun menggelengkan kepalanya. “Hanya sedang tidak berselera...”

“Joohyun-ah... Akhir-akhir ini kuperhatikan tampaknya kau sering kali merenung dan tidak fokus. Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?”

“Aku baik-baik saja...”

“Jangan coba menutupinya dariku. Aku sudah mengenalmu lebih dari 20 tahun. Katakan, jangan membuat khawatir...”

“Entahlah... Aku merasa begitu banyak beban dikepalaku yang aku sendiri sangat sulit untuk menjelaskannya satu persatu.”

Taekwoon mengernyit tak mengerti dengan perkataan Joohyun.

“Akhir-akhir ini aku merasa hampa, seperti sudah tak ada lagi gunanya aku hidup.”

“Jangan bicara yang tidak-tidak. Ingatlah, ada aku yang selalu siap mendengar segala keluh kesahmu, jangan menyimpannya sendiri jika itu terasa berat.”

“Aku selalu merasa lelah tanpa sebab. Terlebih ketika aku merasa orang lain mulai mengasihaniku, aku benci terlihat lemah... Aku benci ketika orang lain menganggapku tak berdaya, tapi mengapa rasanya begitu sulit, nyatanya aku masih sangat membutuhkan bantuan orang disekitarku,” ujar Joohyun. Bulir bening dari sudut matanya mengalir tanpa mau dibendung.

Taekwoon menatap Joohyun dengan prihatin.

“Jangankan dirimu, aku bahkan masih sangat memerlukan bantuan orang disekitarku. Bukan hanya aku, kurasa semua orang pun pasti memerlukan bantuan orang lain dalam hidupnya.”

Everlasting LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang