02 👑 Adista Zabimanyu

30 5 4
                                    

BLURB...

"Kalo terlalu memaksa, ya gitu, dapet hasil juga karena terpaksa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalo terlalu memaksa, ya gitu, dapet hasil juga karena terpaksa." -Adista Zabimanyu.

👑👑👑

Setelah kepergian Irena, Adista mengusap wajahnya dengan kasar. Mencoba mengontrol emosi, dan mencoba untuk tetap tenang.

Aneh, Irena adalah spesies yang sangatlah langka. Pasalnya, seumur-umur Adista tidak pernah mendapat ancaman seperti tadi. Dan sekarang, ia mendapatkan ancaman. Anehnya, ancaman tersebut dari seorang cewek? Yang benar saja!

"Bro, cewek cantik-cantik kok di tolakin mulu sih? Mubazir tauk, Bro!" Celoteh Bisma yang mengatur posisi untuk menghadap ke belakang.

Kosim menatap Adista, "Irena itu orangnya sadis, jangan mau mau deh kalo sama dia. Ganas!" Kata Kosim bergidik ngeri.

"Bukan ganas, itu dia setia. Dia cuma mau tertuju sama orang yang dia sayangi, nggak nengok kanan-kiri. Itu patut di miliki!" Kata Bisma menyela.

"Mana ada, itu namanya ganas. Yang namanya cewek ya nggak kasar gitu dong, cewek itu harusnya bisa kalem, lemah lembut. Nah dia? Nggak ada cewek ceweknya sama sekali!" Kata Kosim tak kalah ikut berkomentar.

Kini, Adista hanya diam mendengar ucapan kedua sahabat yang kelewat gila ini. Ia tak merespon, hanya diam, dan sesekali memainkan ponselnya.

Di sela-sela pertempuran adu mulut antara Bisma dan Kosim, seorang laki-laki melangkah ke depan dengan berani.

"Minta perhatiannya sebentar," Ucap laki-laki yang bernama Arnan, dan tak membutuhkan waktu lama, seluruh pasang mata menatap Arnan.

"Temen-temen, seiring berjalannya waktu, kita pasti akan kenal dengan sendirinya, kan? Nah, mungkin kali ini kita nggak usah kenal kenalan aja kali yah?"

"Kita gunain waktunya untuk langsung bentuk organisasi kelas aja, gimana?" Tanya Arnan mengambil spidol yang tergeletak di atas meja guru.

Sebagian ada yang semangat, sebagian ada yang langsung menyetujui, dan sisa satu yang ogah-ogahan mendengar rencana Arnan, yaitu Adista.

"Buat ketua kelas, bisa mencalonkan diri, dan bisa ditunjuk. Disini yang terpenting adalah kesepakatan bersama." Kata Arnan mengingatkan, di lihatnya tidak ada yang mencalonkan diri, atau pun mengusulkan temannya. Mereka diam, dan tak ada yang mengacungkan jari.

"Gimana, kok nggak ada yang usul sih? Ketua kelas siapa yang megang?"

Dalam kecanggungan yang senyap, acungan jari terangkat keatas.
"Nah, gimana kalo Irena yang jadi ketua kelasnya?" Ucap Arnan, seluruh pasang mata menatap Irena, kecuali Adista.

Sebelum Arnan menuliskan nama Irena, Adista pun bangkit berdiri dan melangkah keluar kelas tanpa aba-aba.
Ia menjauh dari kelas tanpa memiliki beban sedikit pun. Seluruh pasang mata menatap kepergian Adista dengan aneh, isi kepala seluruh siswa ialah, kenapa harus bersamaan dengan situasi dengan Irena?

1. My Ice KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang