Jam istirahat telah tiba, seluruh siswa berhamburan keluar. Irena melirik kursi Adista yang nampak kosong, entah apa yang ingin dilakukan Adista bersama Bisma dengan berjalan keluar secara terburu-buru.
Lalu ia membalikkan badannya ke belakang, ia melihat Kosim yang sedang berjuang mendapatkan perhatian dari Kenzie. Sungguh menggelikan melihat tingkah Kosim dengan Kenzie, apalagi melihat respon Kenzie yang terkesan menolak.
Irena mencoba berdiri, ia berjalan ke arah tempat duduk Kenzie dan Kosim dengan tubuh yang tak seimbang. Kaki kanan yang terasa sangat perih membuat Irena meringis menahan sakit.
"Lah? Lo kenapa, Ren?" Tanya Kenzie dengan spontan berdiri dan menghampiri Irena yang setengah sampai pada posisi Kenzie berdiri.
Irena menggeleng pelan, "Nggak papa kok." Jawabnya.
Irena masih mendekat ke arah Kenzie, Kenzie yang mulai merasa khawatir itu pun mendekat ke arah Irena untuk membantunya berjalan. Namun niat Kenzie untuk menolong, ditolak Irena secara halus, yaitu melambaikan tangan kanannya untuk mengisyaratkan agar Kenzie diam di tempat.
Saat Irena berada di depan Kenzie dan Kosim, ia duduk pada bangku di depan Kenzie.
"Lo itu kenapa?" Tanya Kosim yang nampak Iba melihat kaki Irena.
"Gue nggak papa, udah deh jangan khawatir."
"Lo jangan bohong. Ini pasti ada hubungannya sama Adista, kan?!" Tuding Kenzie.
Irena nampak gusar, "Enggak ada, gue tadi jatuh sendiri kok."
Kenzie mengerang, "Awas aja kalo si Adista sampe ngapa-ngapain Lo, gue terjang-" Ucap Kenzie menggantung.
Irena menggeleng, "Ish, nggak ada hubungannya sama Adista. Sama sekali nggak ada, ini tuh murni kecerobohan gue. Lo sendiri tau kan betapa cerobohnya gue." Kata Irena memutar bola matanya.
Kenzie nampak berpikir sebentar, jika dipikir-pikir, ucapan Irena memang dapat dipercaya. Pasalnya, Irena memang termasuk orang yang sangat ceroboh.
Irena beralih menatap Kosim, "Heh! Gue mau nanya dong." Kata Irena kepada Kosim.
Kosim menaikkan satu alisnya, "Nanya apa ya? Gue nggak mau jawab kalo pertanyaannya apa bener Kenzie itu pacar gue? Karena Lo sendiri pasti udah tau jawabannya, pasti Kenzie itu memang udah resmi pacar gue." Jawab Kosim dengan pede-nya, dan sesegera mungkin ia mendapatkan pukulan dari Kenzie.
"Dasar, dusta!" Bentak Kenzie karena merasa tidak terima dengan ucapan Kosim barusan.
"Udah-udah, ah! Gue itu cuma mau nanya cara ampuh buat minta maaf sama Adista supaya bisa dimaafin itu gimana sih?" Tanya Irena dengan raut yang cukup serius.
Kenzie nampak terkejut dengan ucapan sahabatnya ini, sebenarnya apa yang Irena pikirkan? Apakah sahabat yang duduk di depannya ini benar-benar sehat? Atau sedang sakit?
Kosim menggaruk ujung kepalanya, "I-ini, Lo bercandaan atau seriusan?"
Irena menepuk jidatnya, "Lo kira muka gue keliatan lagi bercanda?" Ucap Irena seraya menunjuk dirinya sendiri menggunakan jarinya.
Kosim cengengesan, "Ya enggak sih, cuman... Kayaknya gue bingung mau kasih saran apa." Kata Kosim tersenyum penuh arti.
Irena mengusap wajahnya dengan kasar, "Tinggal bilang apa susahnya sih?!" Kata Irena tak sabar.
"Emangnya Lo buat salah apa sih?" Tanya Kenzie menatap Irena dengan heran.
Irena memanyunkan bibirnya, "Tadi gue kan ngepel, terus gue nginjek tali sepatu gue, eh guenya jatoh. Terus kaki gue nyangkut sama besi yang di tepi ember, terus air yang ada di embernya tumpah ke baju sama wajahnya Adista. Abis itu si Adista marah, keliatannya dia benci banget sama gue." Kata Irena menceritakan kejadian yang sangat menyedihkan, baginya. Kosim dan juga Kenzie menampakkan mulut yang membentuk huruf O secara bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
1. My Ice King
Roman pour Adolescents"Dalam hubungan itu nggak ada pemaksaan, kalo emang nggak suka, tolak aja terus." -Adista Zabimanyu. "Susah ya, ngomong sama pangeran es. Padahal, udah dikasih tau setiap detik kalo gue itu jatuh cinta sama dia. Tapi, dia selalu nolak ke gue, terus...