"Masalahmu, adalah masalahku juga. Namun. Dimatamu, masalahku adalah masalahku sendiri, bukan sebagian dari masalahmu." -Irena Zavier.
👑👑👑
Setelah kejadian beberapa menit lalu, Irena berusaha menampakkan wajah sumringah seolah tidak pernah terjadi apa-apa.
Ia berbicara dengan Kenzie seperti biasa dan tidak sedikitpun memaparkan luka dihatinya. Sungguh, Irena sangat pandai melakukan aksi menutupi kesedihannya ini.
"Anak-anak, hari ini ibu tidak bisa mengajar kalian. Ibu ada urusan dadakan, jadi kalian mengerjakan tugas kelompok saja." Ucap Bu Lita, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Semua orang yang di dalam kelas mengangguk paham.
"Baiklah, kalian membuat kelompok dengan anggota yang berjumlah 5 orang. Anggotanya terserah kalian mau memilih siapa saja, yang terpenting 5 orang. Tugasnya adalah, kalian mendiskusikan bab membuat cerpen, tugas dikumpulkan. Semuanya harus mengumpulkan, jika satu tidak mengumpulkan, semua tidak dapat nilai. Paham?" Perintah Bu Lita menggenggam ponsel di tangannya, dengan sesekali mengecek ponselnya.
"Paham, Bu." Jawab Seluruh siswa.
Bu Lita menatap Irena, "Dan kamu. Kamu sebagai ketua kelas harus bisa mengarahkan teman-teman mu agar semuanya mengumpulkan, kamu harus memastikan teman-temanmu agar tidak keluar meninggalkan kelas. Paham?" Tanya Bu Lita mengarah kepada Irena.Irena mengangguk, "Paham, Bu." Jawab Irena tersenyum.
"Ya sudah, kalian buat sekarang." Kata Bu Lita berjalan meninggalkan kelas dengan langkah yang terburu-buru.
Seluruh isi kelas nampak riuh, ada yang berdiri, berjalan, dan sesekali mengeluh karena bingung ingin memilih kelompok yang mana.
Saat seluruh isi kelas menjadi ramai, Irena berjalan ke depan kelas dengan membawa buku absen kelas 10-5.
Irena menepuk telapak tangannya untuk memberi instruksi agar mereka memusatkan perhatian kepadanya.
Saat semua orang memusatkan pandangannya, kecuali Adista, Irena berdehem untuk menormalkan suaranya.
"Dari pada kalian berisik, dan ganggu kelas sebelah. Biar gue aja yang bagi kelompoknya, gimana?" Tanya Irena dengan seulas senyumnya. Sebagai ketua kelas 10-5 yang baru, Irena harus menjadi ketua yang bertanggung jawab. Ia juga harus mengatur kelas agar kelas berjalan dengan baik.
"Yaudah deh, gue setuju. Dari pada ribut nggak jelas, mending Lo aja yang milihin kelompoknya." Kata Mila, cewek yang duduk di depan Kenzie.
"Iya, bener tuh. Buruan gih, Lo aja yang milihin." Ujar Fella, Cewek yang duduk paling depan, tepatnya di depan meja guru.
Irena mengangguk paham, lalu ia berjalan mengambil spidol yang berada di atas meja guru. Irena membuka daftar absen, ia berjalan ke arah papan tulis dan menuliskan sederet nama pada kolom kelompok masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
1. My Ice King
Teen Fiction"Dalam hubungan itu nggak ada pemaksaan, kalo emang nggak suka, tolak aja terus." -Adista Zabimanyu. "Susah ya, ngomong sama pangeran es. Padahal, udah dikasih tau setiap detik kalo gue itu jatuh cinta sama dia. Tapi, dia selalu nolak ke gue, terus...