"Secinta-cintanya kita sama seseorang, kalo memang dia salah, ya tegasin kalo itu salah. Jangan pikirin dia mau ngatain kita kayak apa, nggak usah di dengerin." -Irena Zavier.
👑👑👑
Di pagi hari ini, cuaca yang sedang tidak mendukung membuat beberapa orang merasa kesal. Pasalnya, hujan yang tidak terlalu deras dapat terasa lebih lama dan membuat suhu di sekitar sekolah Irena menjadi terasa cukup terbilang dingin.
Walaupun cuaca sedang mendung, itu semua tidak mengubah suasana kebahagiaan Irena. Senyum nya terus saja mengembang, ia tak menghiraukan tatapan orang-orang yang berjalan melewatinya. Ia juga tak menghiraukan komentar yang kemungkinan 'besar' mengatakan bahwa Irena sedang tidak sehat atau pun memiliki otak yang setengah penuh. Miris sekali.
Dengan menggenggam plastik berisi bekal dan susu cokelat kotak di tangannya, dan bersandar tepat di depan pintu kelas membuatnya seperti orang yang sedang ingin memalak orang yang tengah berlalu lalang di depannya.
Irena nampak berpikir untuk mengingat sederet kata-kata yang telah ia hapalkan. Seorang laki-laki memakai jaket berwarna abu-abu itu pun berjalan dengan tegap, matanya yang tajam membuatnya semakin terlihat sangat berwibawa.
Irena menarik nafas, lalu membuangnya. Ia melakukan kegiatan tersebut secara berulang-ulang, untuk sekedar menghilangkan rasa grogi yang menyerangnya.
"Good morning, Adista Zabimanyu." Sapa Irena seraya Adista mulai mendekat ke arah Irena. Adista berhenti, langkahnya terhenti karena Irena bersandar tepat di depan pintu dan aksi Irena mengakibatkan niat Adista untuk memasuki kelas menjadi tertunda.
Adista menaikkan satu alisnya, yang menandakan ia sedang bertanya.
Irena berdecak, "Selamat pagi, Adista Zabimanyu." Ulang Irena, mencoba memahami pertanyaan Adista.
Namun, ternyata bukan itu pertanyaan dari sang pangeran es, melainkan 'Kenapa-bacot-gitu-ke-gue?' Jika disimpulkan, inti pikiran Adista seperti itu.
Irena diam, namun senyumnya tak pernah pudar.
Adista mulai sebal, cewek di depannya ini tak kunjung mengerti bagaimana jalan pikirannya. Menyebalkan!Sungguh, pagi ini Adista sedang tidak ingin berlama-lama dengan Irena. Selain menyebalkan, Irena adalah sosok wanita yang 'telmi'.
"Minggir." Perintah Adista.Irena menggeleng, "Gantian ucapin selamat pagi dulu. Abis itu Lo boleh masuk ke kelas, tanpa harus gue ganggu lagi, deh." Kata Irena menghadang pintu menggunakan kedua tangannya yang sedang menggenggam bekal.
"Minggir."
Irena menggeleng, "Ucapin selamat pagi dulu apa susahnya sih? Itung-itung bales budi udah ada yang ngucapin selamat pagi selain mbak-mbak Indomaret apa susahnya?" Cerca Irena mulai gemas.Adista melangkahkan satu langkah ke depan, membuat Irena menjadi was-was. Belum lagi dengan tatapannya yang selalu tajam.
Irena meneguk salivanya, "I-iya deh, nggak usah ngucapin selamat pagi." Ucap Irena pasrah karena ia takut jika saja Adista melakukan hal-hal aneh yang tak terduga.
KAMU SEDANG MEMBACA
1. My Ice King
Teen Fiction"Dalam hubungan itu nggak ada pemaksaan, kalo emang nggak suka, tolak aja terus." -Adista Zabimanyu. "Susah ya, ngomong sama pangeran es. Padahal, udah dikasih tau setiap detik kalo gue itu jatuh cinta sama dia. Tapi, dia selalu nolak ke gue, terus...