Hari ini aku pulang kerja tepat waktu, jadi sebelum Maghrib aku sudah sampai rumah. Seperti beberapa hari terakhir ini, setiap pulang kerja rumah selalu dalam keadaan gelap dan sepi.
Mas Adit belum ketahuan rimbanya. Untunglah besok hari Minggu. Jadi aku bertekad malam ini untuk begadang menunggunya pulang. Segala rasa penasaran harus segera dituntaskan, tekadku.
Setelah menyalakan lampu, kuambil perlengkapan bersih bersih rumah. Tanpa mandi dulu karena aku malas kalau sudah mandi tapi berkeringat lagi.
Dapur tidak terlalu kotor karena beberapa hari ini aku memang nggak masak. Tidak ada yang makan jadi mubadzir kalau masak tapi malah terbuang. Kalau cuma sendiri biasanya pagi aku cuma sarapan roti, malam hari aku jarang makan. Awalnya karena penghematan tapi lama kelamaan malah jadi kebiasaan.
Selesai bersih bersih kubawa tas kerjaku ke kamar. Berniat ambil ponsel di dalam tas, malah kutemukan bungkusan plastik kecil. Ahh iya, tadi aku sempat beli testpack saat perjalanan pulang. Tidak tanggung-tanggung aku beli 5 alat testpack dengan merk berbeda-beda.
Kuambil salah satu testpack, lalu kubaca instruksi cara penggunaannya yang tertera di bungkus bagian belakang. Pelan-pelan karena aku harus benar-benar memahami. Aku belum pernah menggunakan testpack sebelumnya.
Oke!! Jadi akurasinya paling bagus kalau digunakan saat pagi hari, dari urine pertama saat bangun tidur. Tapi rasa penasaranku nggak bisa ditunda sampai besok, jadi kusobek salah satu pembungkus testpack lalu kubawa ke kamar mandi.
Kuambil wadah plastik kecil untuk menampung urine lalu kucelupkan testpack kedalamnya.
Sambil menunggu testpack bekerja, kutinggal mandi lalu shalat maghrib, sekaligus untuk pengalihan rasa deg degan yang sedari tadi menguasai perasaanku.Selesai shalat, tidak langsung ku lihat testpacknya. Ada perasaan takut yang teramat kuat.
Banyak pengandaian yang tidak perlu tapi malah aku pikirkan. Kenapa hatiku malah galau seperti ini ?Setelah kutenangkan hati, beranjak kuambil testpacknya. Bismillah....
Tanganku sedikit gemetar saat memegangnya. Ada 2 garis disana. Satu terlihat jelas dan ada garis samar di sebelahnya. Positif !! Mataku berkaca-kaca. Aku akan jadi seorang ibu.
Ada perasaan bahagia dan takut secara bersamaan. Bahagia karena aku akan sempurna sebagai seorang istri, takut juga karena dia akan hadir disaat kondisi keuangan dan emosiku yang tidak stabil. Aku takut tidak bisa memberikan yang terbaik di kehidupannya.
Tanpa bisa kucegah, air mataku tidak berhenti mengalir. Perasaan takut terlalu kuat mendominasi perasaanku. Takut tidak bisa memberikan kehidupan yang layak, takut tidak bisa menjadi ibu yang baik dan ketakutan ketakutan lain yang membuatku semakin menangis tersedu-sedu.
Kuletakkan testpack itu ke nakas, lalu perlahan aku berbaring di ranjang. Kubungkus tubuhku dengan selimut, masih sedikit terisak tapi aku mencoba menenangkan diri, Sambil memejamkan mata tapi lama kelamaan aku jatuh dalam lelap.
***
Aku terbangun saat kurasakan ada usapan usapan lembut di pipiku. Mataku terbuka perlahan. Saat membuka mata, kutemukan Mas Adit sedang duduk di samping ranjang sedang menatapku dengan intens. Melihatku terbangun dia tersenyum.
"Mas... Pulang jam berapa tadi?" Tanyaku sambil melihat jam dinding. Sekarang sudah jam 11 malam.
"Jam setengah 11 tadi sampai rumah," jawab Mas Adit sambil menggenggam tanganku.
"Udah makan ?" Tanyaku lagi.
"Sudah, kamu ?" Kujawab dengan anggukan kepala, aku sudah makan tadi siang di Pabrik. Berati aku nggak bohong kan ??
"Mau kemana ?" Tanya Mas Adit saat melihatku bangun dari tempat tidur.
"Mau minum, mau ke kamar mandi, mau shalat isya' juga. Tadi ketiduran belum sempat shalat."
"Ouh, ini air putihnya sudah Mas bawain tadi, ya udah shalat dulu sana,"
Kulihat di nakas ada segelas air putih. Selama ini aku memang terbiasa menyiapkan segelas air putih saat tidur. Jaga jaga kalau tengah malam terbangun dan merasa haus.
Kuminum segelas air itu hingga tandas, lalu ke kamar mandi dan dilanjutkan shalat isya'.
Selesai shalat, kulihat Mas Adit sudah berbaring di ranjang. Di tepuk tepuknya sisi sebelah kirinya. Tanda dia memintaku mendekat.
Kubaringkan tubuhku di sisinya. Mas Adit lalu merengkuhku dalam pelukan. Rasanya hangat dan sangat mendamaikan. Seperti menemukan kembali kenyamanan yang beberapa hari ini hilang.
"Ada yang mau Mas ceritakan ?" Tanyaku.
"Banyak, banyak sekali yang pengen Mas ceritakan. Tapi sekarang dah malam. Mas capek, kamu capek. Lebih baik besok aja yaaa... Lagian Mas kangen banget peluk kamu kayak gini."
Terdengar masuk akal memang, masih ada hari esok. Lagi pula besok aku libur, jadi punya waktu seharian untuk mengintrogasinya.
"Ya udah, tapi janji ya besok harus cerita,"
"Hu umm... tidur lagi gih," ucap Mas Adit sambil mengecup keningku.
Pelukan yang nyaman lama kelamaan memang membuaiku kembali dalam mimpi.
***
Aku terbangun pagi sekali. Jam 4 pagi aku sudah terjaga. Perasaanku sangat sangat jauh lebih baik. Mungkin efek puas tidur atau pelukan nyaman suami, ahh entah lah.
Dengan sayang ku usap perut rataku, maafkan ibu nak yang sempat menangisi kehadiranmu, mulai sekarang akan kujaga dengan sepenuh jiwa raga ibu.
Pagi ini ku awali dengan shalat subuh lalu memasak nasi, karena belum sempat berbelanja sayuran mungkin nanti kubuat jadi nasi goreng saja untuk sarapan.
Lalu kusiram tanaman yang di depan rumah, sekaligus membersihkannya. Tanamanku terlihat tidak terawat. Huffhhtt ...
Saat menyiram tanaman, kulihat ada tumpukan material bangunan di pinggir jalan depan rumah, kemaren saat pulang kerja aku tidak melihatnya. Ahh, mungkin karena aku kurang memperhatikan.
Sepertinya tetangga depan rumah mau renovasi. Tapi kenapa di taruh di depan rumah orang lain. Ingatkan aku untuk menegurnya saat dia terlihat nanti.
Karena terlalu asyik membersihkan tanaman aku sampai lupa waktu, tau tau Mas Adit sudah ke teras sambil membawa segelas kopi yang masih mengepul. Astaga...nyiapin kopi buat suami saja aku sampai terlupa.
"Ehh Mas, jam berapa sekarang ? Keasyikan ini sampai lupa bikin kopi,"
"Jam 6, nggak papa lah Mas bikin sendiri. Sekali sekali, semenjak punya kamu Mas jadi malas ngurusin diri sendiri."
Ingin ku balas dengan kalimat yang ada di salah satu iklan televisi, kalau istri bisa kerja kenapa suami nggak bisa masak. Tapi ternyata aku nggak cukup tega untuk mengatakan kalimat seperti itu.
Nggak lama terdengar teriakan tukang sayur keliling. Kubersihkan tangan lalu ku ambil uang kedalam rumah.
"Mas pengen di masakin apa?"
Mumpung hari libur aku memang pengen masak masak. Beberapa hari nggak masak membuatku kangen bereksperimen di dapur.
"Apa aja Tha, apapun yang kamu masak pasti Mas makan,"
Bibirku mencebik. Sok iyess banget dia itu. Awas aja kalau sampai aku masak tapi malah nggak di makan.
"Tapi Mas nggak kemana mana kan hari ini ?"
"Nggak kok, Mas di rumah aja. Pengen deket deket istri, kangen,"
Kuputar bola mataku, pagi pagi kok dah nggombal kayak bikin kenyang aja.
Kulihat tukang sayur sudah mendekat area rumahku. Waktunya belanja.
***
Tbc
Selamat membaca, dan terimakasih buat yang mau Voment 🙏🙏🙏

KAMU SEDANG MEMBACA
BAHTERA !!! (Completed)
RomanceMenikah dengan cinta tak selamanya berjalan dengan bahagia .. selalu ada jalan terjal dan penuh liku !! ini kisahku... Cerita ini dibuat untuk meramaikan anniversary GWT yang ke 2. Selamat membaca 😊😊