Masakan dah siap, setelah berkutat di dapur selama hampir 2 jam akhirnya masakanku selesai juga. Hanya masakan sederhana. Sayur lombok, tempe bacem, lalapan sama udang goreng tepung.
Lagi kangen masakan ibu di kampung. Kutata makanan di atas meja, lalu kupanggil Mas Adit. Dia tampak asyik dengan ponselnya saat aku mendekat.
"Mas,"
"Ehh, iya ?"
"Sarapan dulu, udah aku siapin itu di meja. Duluan sarapan gih, aku mandi bentar," kataku sambil berlalu mengambil handuk di jemuran.
"Iya." Jawabnya singkat.
Sampai aku selesai mandi ternyata Mas Adit masih asyik dengan ponselnya, belum beranjak dari kursi yang dia duduki. Hufhht ... Kutarik nafas sebentar, menahan jengkel.
"Main hp memang nggak bikin lapar ya?" Sindirku.
Dia tersenyum lebar, lalu diletakan ponselnya."iya sayang, yuk makan baunya dari tadi bikin cacing cacing dalam perut demo."
Bibirku mencebik. Lapar kok asyik main hp. Kami sarapan dalam diam, nggak tau karena lapar atau karena kangen masakan ibu, aku makan dengan lahap. Nggak ada mual. Mudah mudahan debay terus seperti ini, nggak rewel. Kapan ya kira kira waktu yang tepat buat ngasih tau Mas Adit kalau aku hamil...hmmm kayaknya nanti malam saja sebelum tidur, pillow talk. Jadi nggak sabar pengen tau reaksinya.
"Sini Mas yang cuci piring, kamu yang beresin meja," suara Mas Adit memecah lamunanku.
Sebelumnya kami memang biasa berbagi tugas rumah. Jadi nggak aneh kalau melihat dia cuci piring atau menjemur pakaian. Aku selesai membereskan meja bersamaan dengan Mas Adit selesai mencuci piring.
Lalu aku memintanya duduk di kursinya lagi, perut sudah kenyang. Aku rasa waktu yang pas untuk interogasi.
"Duduk sini deh Mas," pintaku.
"He emm, bentar Mas ambil hp dulu."
Dia kembali sambil membawa ponselnya, lalu di letakkan di atas meja makan. Tanganku bersedekap menunggunya duduk.
"Auranya kok serem," kata Mas Adit berusaha mengajak becanda.
Aku abaikan, karena aku dalam mode serius.
"Beberapa hari ini kemana saja?" Tanyaku mengawali interogasi.
"Mas ke Jakarta, ngurusin beberapa hal,"
"Hal apa ?"
Saat Mas Adit akan menjawab, tiba tiba dari arah depan ada yang memanggil. Tamu ? Sepagi ini ... Ckk yang benar saja. Benar benar tamu di saat yang tidak tepat.
"Permisi .... Assalamualaikum.... "
Terdengar suara dari depan. "Bentar Mas lihat dulu,"
Aku hanya mengangguk, terdengar percakapan mereka samar samar. Lalu tidak lama terdengar suara gasrak gusruk. Akhirnya aku masuk kamar depan, berusaha mengintip dari jendela. Karena penasaran. Ternyata tamunya ada beberapa orang. Semuanya laki laki ada sekitar 8 orang.Terlihat Mas Adit mengajak mereka semua ke samping rumah, sambil menunjuk nunjuk. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Salah satu dari mereka lalu mengambil meteran, mulai mengukur ukur.
Tidak lama kemudian Mas Adit masuk ke dalam rumah. "Interogasinya lanjut nanti malam ya, Mas mau ngasih pengarahan tukang tukang itu dulu,"
"Tukang tukang itu mau apa ?"
"Mas berencana bangun ruko 2 lantai di sisa tanah yang kita punya. Mas mau pakai buat usaha disitu,"
"Usaha apa? Dana untuk bikin ruko sama usahanya dari mana ?"
"Nanti malam Mas jelasin, sekarang Mas mesti ngasih pengarahan ke mereka, mereka harusnya mulai besok tapi nggak taunya malah maju hari ini."
Mas Adit berbalik keluar, tapi belum sampai pintu dia berucap lagi,
"Eh iya, tukang nya tukang lepas. Jadi kita nggak nyediain makan, paling cemilan sama minum aja nanti,tapi nggak wajib kok kata mandornya terserah kita aja."
Ya ya ya ... Terserah kamu saja lah. Berasa jadi istri yang bodoh banget ini aku. Nggak tau apapun, nggak diajak berdiskusi dan nggak dilibatkan dalam mengambil keputusan.
Kok nyesek yaaaa ....
Kembali ke dapur melihat ada bahan makanan apa yang bisa di buat cemilan untuk tukang. Ada sayuran yang rencananya mau kubuat sayur SOP besok, itu saja nanti bisa aku bikin jadi bakwan. Simple dan cepat bikinnya. Bisa untuk cemilan bisa untuk tambahan lauk makan mereka juga nanti.
Saat meracik sayuran kudengar ponsel Mas Adit berdering. Ponselnya di atas meja makan. Berisik sekali, karena orangnya di luar jadi nggak dengar. Kuambil ponsel itu,
Rahma calling
Siapa Rahma ? Males menduga-duga kupanggil saja dia.
"Mas ada telpon nih..." Teriakku,"Iyaa, dari siapa ?" Tanya Mas Adit sambil berjalan mendekat.
Kugedikkan bahuku tanda tidak tahu, memang aku nggak tahu kan siapa itu Rahma ?? Kuangsurkan ponselnya, dia menerima lalu melihat caller ID nya.
"Halo," sapa Mas Adit sambil berjalan menjauh, masuk kamar lalu pintu ditutup.
Suaranya terdengar hanya samar samar, kulanjutkan kegiatanku sebelumnya. Meracik sayuran. Nggak lama Mas Adit keluar lagi, tapi sudah berganti baju. Celana jeans panjang atasannya kaos dilapisi jaket.
"Mas keluar sebentar, ada urusan. Nggak lama kok paling 1 atau 2 jam." Mas Adit berjalan mendekat, mencium keningku lalu berjalan keluar dengan terburu buru. Bahkan dia tidak memberiku kesempatan untuk merespon.
Urusan apa sebenarnya ? Kenapa jadi banyak hal yang aku nggak tau ? Rahasia apa yang dia simpan ? Rasa sesak itu datang lagi, meremas kuat hatiku.
Tanpa bisa dicegah, air mataku luruh berjatuhan.Tbc.
Deadline challenge semakin dekat, tapi aku masih bingung gimana menuangkan ide di kepala ku biar jadi tulisan yang enak di baca.
Ternyata jadi penulis memang nggak semudah nyinyirin hidup tetangga. 😀😀
Jadi merasa berdosa sering nagih updetan otor² pemes.

KAMU SEDANG MEMBACA
BAHTERA !!! (Completed)
RomanceMenikah dengan cinta tak selamanya berjalan dengan bahagia .. selalu ada jalan terjal dan penuh liku !! ini kisahku... Cerita ini dibuat untuk meramaikan anniversary GWT yang ke 2. Selamat membaca 😊😊