Briefing pagi dari Pak Lukman atasanku seperti desisan angin. Tidak ada yang masuk ke pikiranku. Berkali kali Mas Diga menyenggolku karena aku terlihat tidak fokus. Setiap hari Senin memang ada briefing pagi, sedikit evaluasi kerja seminggu yang lalu dan deadline deadline untuk seminggu ini.
"Kamu kenapa sii Tha?" Nggak butuh waktu lama buat Mas Diga untuk menyampaikan rasa penasarannya. Begitu Pak Lukman keluar ruangan, dia langsung mencekal tanganku menyuruhku duduk kembali. "Beberapa kali tadi kamu kena teguran,kaya bukan Pitha yang biasanya."
"Nggak papa loh Mas, agak mual dan pusing aja. Si dedek nggak mau di ajak kompromi pagi ini."
"Jadi beneran hamil ?? Wah, selamat yaaa... Senengnya mau punya ponakan. Sekarang istirahat di klinik aja deh Tha kalau masih pusing, nanti kerjaanmu aku bantuin. Apa mau makan apa gitu nanti aku cariin," Mas Diga menjawab heboh.
"Nggak usah Mas, aku mau bikin teh hangat saja di Pantry."
"Aku bikinin, ibu hamil nggak boleh capek." Setelah mengatakan itu Mas Diga langsung bergegas keluar, kayaknya beneran bikin teh ke pantry. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala. Betapa beruntungnya nanti yang jadi istri Mas Diga. Semoga dia segera bertemu jodohnya, do'aku dalam hati.
Kalau Mas Diga aja seheboh ini kira kira bagaimana reaksi Mas Adit kalau tahu aku hamil.
Aku memang belum memberi tahunya. Masih jengkel. Kemarin sampai pagi tadi aku mendiamkannya. Kalau dia mencoba memancing pembicaraan aku hanya menjawab seperlunya. Yahh tidak seperti hari hari sebelumnya, yang sering pergi saat subuh tadi pagi dia tidak kemana-mana. Mungkin karena mau mengawasi para tukang.
Hufhhtt ... Aku masih sangat jengkel kalau ingat kejadian kemarin. Material bangunan yang ku kira punya tetangga ternyata untuk bangun ruko di rumah, untung saja aku belum menegur tetangga depan rumah. Kan bisa runyam urusannya.
Kemarin Mas Adit pergi setelah menerima telpon dan kembali hampir jam 12 siang, saat para tukang sedang istirahat makan siang. Dia kembali tanpa motor besar kesayangannya,mungkin masuk bengkel. Tapi aku memilih acuh, tidak bertanya.
Motor besar itu aset kesayangan Mas Adit. Dia membeli motor itu dari hasil jerih payah kerja pertamanya. Kata dia motor itu pembuktian kalau dia mulai bisa mandiri tanpa bantuan orang tua. Karena itu dia sangat menyayangi motor itu.
Selama ini aku jarang sekali diantar jemput saat kerja pake motor itu, bukan karena dia nggak mau antar jemput tapi aku yang nggak mau. Perjalanan dari rumah ke tempat kerjaku 45 menit tanpa macet, kalau macet bisa sampai 2 jam. Bisa encok ke pinggang kalau setiap hari naik motor seperti itu. Makanya aku lebih suka menggunakan jasa ojol. Lebih nyaman dan cepat sampai, karena driver biasanya hafal jalan tikus.
Mas Diga kembali ke ruang administrasi nggak cuma membawa teh hangat tapi juga sekantung besar makanan. Ada buah buahan dan roti. Dia bilang calon ponakannya nggak boleh kelaparan.
Karena terlalu banyak aku membagi baginya dengan rekan kerjaku yang lain. Bahkan staff keuangan yang ruangannya bersebelahan dengan ruang administrasi juga kebagian. Mereka sampai heboh karena mengira Mas Diga ulang tahun.
Tapi dengan bangga Mas Diga mengumumkan kalau akan punya ponakan dari aku, tak ayal ucapan selamat dan do'a membanjiriku pagi ini.
Karenanya suasana jadi semakin rame, untung para boss sedang meeting di lantai atas, jadi kami tidak kena teguran.
Tak lama kericuhan itu segera berhenti, semua staff kembali ke pekerjaan masing-masing begitupun aku.
Tapi ternyata mengerjakan laporan di depan komputer makin lama membuat mual dan pusingku menjadi jadi. Teh yang kuminum tadi tidak membantu sama sekali.

KAMU SEDANG MEMBACA
BAHTERA !!! (Completed)
RomanceMenikah dengan cinta tak selamanya berjalan dengan bahagia .. selalu ada jalan terjal dan penuh liku !! ini kisahku... Cerita ini dibuat untuk meramaikan anniversary GWT yang ke 2. Selamat membaca 😊😊