ekstra part 2

6.8K 304 25
                                    

Spesial mas Diga aku kasih visualisasi 👆👆

Pov Diga

Hei siapa dia, kok manis. Manisnya nggemesin karena terlihat malu malu. Tapi masih anak SMA bukan ya kok kecil.

Masih kuingat pagi itu, saat lewat ruang HRD kulihat cewek mungil yang terlihat sangat pemalu. Dia akan tersenyum kecil dan langsung menunduk saat ada yang melihatnya.

Tapi rasa penasaranku tak berlangsung lama karena saat jam 9 pagi Pak Lukman, kepala bagian divisiku membawanya masuk. Mengenalkan sebagai staff baru pengganti Arista yang akan resign pasca menikah.

Puspitha Dianti namanya. Umur 23 tahun berasal dari Wonogiri, ughh dari Jawa pantesan manis. Apalagi kalau senyum ada lesung pipinya. Ya ampun dikarungin bawa pulang mau nggak ya....

Aku pikir, perasaan sukaku cuma suka biasa tapi semakin mengenalnya ternyata semakin membuat candu tersendiri. Ada ketergantungan dalam diriku yang ingin melihatnya setiap hari.

Kalau hari libur aku akan berulang kali melihat potonya yang ada profile picture sosial medianya. Yaaahh ternyata jatuh cinta membuatku segila itu.

Aku tidak mengungkapkannya, memilih menyimpan dalam hati sampai ibuku merestui pilihanku. Aku lahir dan besar di Garut, dan yaaa aku orang sunda. Dari dulu ibu selalu mewanti-wanti tidak boleh menikah dengan orang Jawa.

Ibuku punya trauma dengan romantisme percintaan dengan orang Jawa.

Aku adalah hasilnya. Yaa aku lahir bukan dari pernikahan resmi, ibuku dulu punya pacar orang jawa,entah jawa mana. Hubungan mereka terlalu jauh hingga melakukan hubungan tak pantas sebelum pernikahan.

Lalu saat ibuku hamil (aku) dan berniat memberi tahu pacarnya yang notabene adalah ayahku, dia tidak ditemukan.

Hanya sebuah surat yang dititipkan ibu kostnya yang menyatakan kalau dia pulang kampung dan akan menikah dengan wanita yang dijodohkan orang tuanya.

Lelaki yang harusnya kupanggil ayah ternyata sebrengsek itu.

Ketika ibuku mencoba menghubungi ponsel lelaki itu ternyata sudah tidak aktif. Dan ibuku menyerah, tidak berusaha mencari lagi memilih membesarkanku seorang diri.

Kisah itu aku tahu saat kelas 2 Sekolah Menengah Pertama. Ibu berpikir aku sudah cukup besar untuk tahu kisah yang sebenarnya.

Dulu saat kecil aku selalu berpikir kenapa tidak ada kakek nenek yang menyayangiku, tidak ada ayah yang membesarkanku, kenapa aku berbeda dengan teman temanku.

Saat Sekolah Menengah Pertama itulah aku tahu, kenapa aku seperti itu, kenapa aku dipanggil anak haram.

Masih sangat kuingat bagaimana masa kecilku yang tidak biasa seperti anak yang lain. Banyak cemoohan, banyak hinaan. Tapi ibu sangat tegar. Beliau bekerja sangat keras untuk membesarkanku.

Menjadi penjahit, membuat makanan kecil lalu di titipkan di warung warung, menjadi buruh mencuci dan setrika lalu membuka warung sembako kecil dirumah kontrakan kami. Yaa rumah kontrakan. Karena hamil diluar nikah ibu terusir dari keluarganya.

Banyak yang ibu perjuangkan untuk hidupku. Dari situ aku berjanji akan selalu membahagiakan beliau. Meski dengan nyawaku.

Tapi tekad itu tergoyahkan dengan kehadiran Pitha, semakin kutahan perasaan itu semakin besar rasa sayang yang tersimpan.

Pelan pelan aku mencoba mendekati ibu dan meyakinkan beliau kalau tidak ada yang salah dengan orang Jawa, tidak menyama ratakan semuanya hanya karena seorang lelaki masa lalunya. Laki laki tidak bertanggungjawab yang bahkan tidak tidak tahu kalau benihnya menjadi anak.

Aku membenci lelaki itu, sangat. Tapi aku tidak ingin ibu menjadi apatis dengan orang Jawa.

Aku memperjuangkan Pitha meski dia tidak tahu perasaan yang kusimpan.

Tapi meyakinkan ibu tidak segampang yang ku harapkan. Apalagi saat beliau tahu ada gadis dari Jawa yang kuinginkan.

Lalu BOOM itu datang menghancurkan perasaanku hingga tinggal kepingan.

Hari itu hari pertama Pitha masuk kerja setelah cuti seminggu karena pulang kampung.

Ada aura yang berbeda darinya lebih ceria, lebih murah senyum, lebih mudah tersipu. Tiba tiba ada alarm dalam hatiku. Dan itu bukan pertanda baik.

Dan jawabannya kutemukan saat jam kerja usai. Pitha mengumumkan pernikahannya dengan raut berseri seri. Hancur ... lebur ....
Tapi aku tetap tersenyum memberinya ucapan selamat.

Di tempat parkir aku melihatnya, lelaki yang mengambil pujaan hatiku. Pitha terlihat bahagia saat membonceng di belakangnya.

Semoga kamu bahagia Tha...

Aku ingin membuat pengandaian seandainya dalam setahun kita mengenal ini aku mengungkapkan perasaanku, apa sekarang kamu yang akan tertawa di boncenganku Tha?

Ternyata sakitnya hati karena di tolak tak seberapa dibandingkan rasa sakit hati karena orang yang kita cintai diam-diam, bahagia bersama orang lain.

Jika bagi orang lain patah hati adalah bagian dari proses pendewasaan, mungkin kalau buatku patah hati adalah proses penuaan. Patah hati di usia kepala tiga, ckk ....

***

Cuma mau ngelunasin janji update POV DIGA. Meski rada Gaje yang penting lunas 😂😂

Daannnn meski tak sebagus lapak lain tapi terimakasih bnyk buat yang mampir dan baca cerita ini.

Spesial thx buat Mak nya izam CahyaTaruma
Makasih bgt lohh Mak . Sering nagih updetan via chat. Itu sangat menyemangati aku 😘😘😘

Akhirnya ku ucapkan bye bye ... Sampai jumpa lagiiii....

BAHTERA !!! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang