5 - Diary hitam

23 4 0
                                    

Ingin rasanya henti, tapi hati tak ingin pergi

Ingin rasanya pergi, tapi jiwa masih tetap disini

Ingin rasanya mati, tapi raga tak merestui

Sekarang..

Boleh kah aku minta sesuatu?

Aku hanya ingin istirahat, sebab penat ku teramat sangat  -oriana

- - - - - - - - - -

"Hidup itu bakal berarti kalo kamu bisa berguna bagi orang lain nak, gak cuma sesama manusia, tapi juga untuk alam, hewan, tumbuhan.... apapun itu.
Percaya sama ayah, kalo kamu terus berbuat baik pasti nanti bakal di bayar tuhan"  Ucapan ayah iana yang selalu ia ingat

Itu yang membuat iana mengumpulkan hewan-hewan terlantar di jalanan dan merawat nya di rumah, iana juga punya taman besar yang banyak di tumbuhi tanaman

Iana sangat menyukai hewan juga tanaman, mungkin ini yang bisa ia lakukan di sisa hidup nya yang tak berarti, setidaknya ia berguna bagi hewan-hewan di sekitarnya

Iana tak pusing untuk makan hewan-hewan itu, harta orang tua nya yang terlalu banyak tak akan habis hanya untuk membeli makanan itu.

Hidup di rumah besar sendirian bukanlah hal yang mudah, ia memang suka sendirian, tapi bukan berarti ia tak takut jika sendirian, begini-begini iana juga takut terhadap makhluk 'gaib'

Iana tak pernah telat memberi makan hewan-hewan di rumah nya, apalagi menyiram dan memberi pupuk ke tanaman nya

Hanya satu yang ia lupakan, perut nya. Ia selalu lupa mengisi perut nya, mungkin bukan lupa, tapi tak ingin. Itu yang menyebabkan iana sangat kurus dan menderita maag akut. Iana tak peduli dengan dirinya, baginya tak ada penting tentang hidup nya, bahkan dirinya.

Iana hanya berharap penderitaan nya segera berakhir, itu saja

Menenteng sebuah minuman soda kaleng kesukaan nya, iana berjalan menuju kamar nya yang berada di lantai 2

Sebuah kamar ber-cat hitam yang hanya di terangi sebuah lampu tidur yang tak terlalu besar, dan jangan lupakan ratusan glow in the dark yang menempel di setiap sudut kamarnya, cahaya kesukaan iana ketika malam hari selain bintang.

Iana mengambil buku diary hitam  di atas meja belajar nya, membawa nya ke arah teras

Sambil berayun di ayunan rotan nya, iana meneguk minuman kaleng yang ia bawa, dan perlahan membuka lembaran-lembaran diary hitam setebal 5cm yang di beri orang tua nya ketika ia kecil

Kusam

Itu gambaran cover dan kertas diary berumur kurang lebih 10 tahun itu

Hampir seperempat buku itu adalah tulisan ia ketika kecil, tulisan dari pertama ia belajar menulis dan beberapa gambaran khas anak kecil

Ia sangat ingat bagaimana sang ibu mengajarkan nya cara menggambar kupu-kupu kala itu, iana hanya tersenyum mengigat kembali kisah masa kecil nya yang bahagia, tak seperti sekarang

Iana kembali tersadar ketika handphone di kantong nya bergetar menandakan ada line masuk

"Arun?" Tanya iana yang melihat nama arun di lockscreen nya

Arun : hai

Kening iana mengerut, kenapa arun bisa meng chat dia? Padahal mereka tak pernah bertukar id line atau apapun itu.

Dengan berpikir berapa kali iana pun menjawab chat arun

Iana: hai juga

Arun : save ya, ini arun ganteng😎

Iana : iyadeh hhe

Arun : oh iya, gua dapet kontak lo dari ketua kelas lo

Arun : sorry ya gak izin minta

Iana : iya gapapa santai

Arun : yaudah, sampe ketemu besok! Good night!

iana hanya meng-read chat terakhir arun, aneh batin nya

Semua terlalu cepat berlalu, bertemu, mengobrol, bernyayi, menari, dan sekarang arun meng chat nya... mungkinkah?

"Nggak nggak... jangan berharap ianaaaaa" ucap iana sambil menggeleng-geleng kan kepala nya sendiri

Dari pada memikirkan hal itu, ia lebih baik tidur karna besok ada pelajaran ipa yang menunggu nya di sekolah

Hai jangan lupa vote ya!🖤
-iyak

orianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang