Chapter 11 Hujan

1.8K 61 0
                                    

Bunyi hujan yang turun dari langit terdengar sangat indah bagai melodi yang mengalun merdu di setiap telinga manusia. Namun tidak bagi Lian, dia harus berlarian kesana kemari mencari tempat untuk berteduh karena lupa membawa payung. Niat Lian ingin membeli coklat yang tempatnya berada di tengah taman saat tiba-tiba hujan turun dengan derasnya tanpa pertanda.

"Hujannya lebat banget mana gue gak bawa payung lagi" Gerutu Lian setelah berada di halte yang terlihat sepi

"Ini hujannya bakalan lama gak ya? Guekan kagak bawa hp. Mau pulang naik apa? Nggak ada kendaraan yang lewat depan sini"

Lian memandangi hujan yang turun dengan tatapan nanar. Berulang kali dia menepuk jaket army yang dikenakannya lalu mengelusnya. Lian kedinginan.

"Ini kok jalanan sepi sih? Biasanya rame kalaupun hujan deras gini"

"HELLO ADA ORANG GAK DI SINI? KENAPA KENDARAAN GAK ADA YANG LEWAT -LEWAT SIH???" Teriak Lian cukup kesal

Lalu kembali mencicit kecil "Gue takut"

"Woy berisik banget lo! Emang gak liat gue di sini hah? Lo kira gue setan?" Sentak pria yang posisinya berada di belakang

Lian terkejut, dia tidak tahu jika ada seseorang di sekitarnya. Tadi dia cukup kalut mencari tempat berteduh tanpa memperhatikan siapa di sekitarnya.

Namun saat hendak berbalik, Lian merasa familiar dengan suara itu.

"LIAN?" Kaget orang itu

Seorang pria yang dulu sangat dekat dengan Lian. Ia memakai jaket garis berwarna putih dengan celana jeans selutut berwarna hijau army yang melekat pada tubuh atletisnya dengan kulit putih bersih dan rambut basah yang terlihat acak-acakan. Sangat tampan! Puji para wanita yang jika melihat pria itu saat ini.

"DEAS" Teriak Lian tidak menyangka tapi segera tersenyum senang, akhirnya ia tidak sendirian. Ada Deas sekarang yang menemaninya.

"Ck, kebiasaan kamu gak pernah berubah dari dulu sering ngomel terus gak pernah fokus liat sekitar. Ini udah sore kamu mestinya hati-hati, untung ketemunya sama aku bukan orang jahat"

"Kenapa malah kamu yang jadi ngomel sekarang? Kita kan baru ketemu setelah sekian lama. Bukannya senang atau apa kek" Lian jadi cemberut

"Gausah ngambek, kamu jadi gemesin. Sini duduk di samping aku" Ujar Deas lembut menepuk kursi di sebelahnya

Lian tidak menjawab, matanya menerawang ke depan memperhatikan keadaan sekitar yang sudah tidak sepi seperti sebelumnya. Banyak anak-anak yang berlarian dengan senyuman gembira menikmati guyuran air hujan yang menjatuhinya.

Deas berdiri dari duduknya, melepas jaket lalu menyampirkannya ke pundak Lian.

"Aku tahu kamu kedinginan jadi jaketnya gak usah di lepas, pake aja" Pinta Deas saat melihat Lian berniat melepas jaketnya

"Emang kamu gak dingin? Cuma pake kaos doang"

"Enggak papa, Aku cowok jadi udah biasa dengan udara dingin" Ujar Deas mendudukan Lian di sebelahnya

"Gimana kabar kamu?"

"Baik kok, Deas gimana? Asik nggak tinggal di Malang?"

"Iya di sana suasananya sejuk, bagus buat kesehatan. Apalagi rumah Papa dekat dengan kebun teh. Orang-orang di sana juga pada ramah, punya empati tinggi"

Deas itu, teman kecil Lian. Mereka dulu tetanggaan dan sekolah di tempat yang sama namun saat kelas 5 Sekolah dasar, Keluarga Deas pindah ke Malang. Selain urusan pekerjaan, orang tua Deas juga katanya ingin tinggal dekat dengan keluarga berhubung mereka orang asli kota Malang.

Anak SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang