Chapter 2 Kak Raja

1.8K 60 1
                                    

"Berlian!"

Seruan itu menghentikan langkah Lian yang baru menaiki dua tangga. Lian berbalik tanpa minat.

"Diem, jangan bergerak!" Perintahnya gusar sambil berjalan mendekat ke arah lian.

"Apa?" Respon Lian malas, "Nggak tuli kok. Jadi nggak usah teriak-teriak, ya." Ucapnya memperingatkan

"Bilang apa lo sama papa?" Tudingnya langsung, membuat Lian mengernyit bingung.

"Hah? Apasih?"

"Lo bilang apa sama papa?" Ulangnya.

"Nggak bilang apa-apa. Apaan sih nuduh-nuduh?" rengutnya sebal. Membuat moodnya menjadi berantakan. Baru berniat kembali menaiki tangga, seruan itu kembali menginterupsi gerakannya.

"Berlian. Jangan bergerak!"

"Ya Tuhan" Lian mendengus lalu kembali berbalik "apa?"

"Mobil gue nyaris di sita," ungkapnya sedikit frustasi, "Jangan gitu dong, lo tau sendiri kan kalo tim basket gue lagi mempersiapkan diri buat pertandingan antar sekolah." Sambungnya memelas.

"Gue nggak bilang apa-apa Raja Samudera."

"Gue lebih tua ya, Berlian! Gue kakak lo" peringatnya sambil mendelik

"Mobil. Gue. Nyaris. Di sita". Tekan Raja sekali lagi "karena gue nggak angkat telfon papa buat jemput lo di sekolah"

"Masalahnya ke gue apa?" Ucap lian sambil bersidekap

"Ya ampun lian, sekolah lo itu jauh banget dari sekolah gue" Raja memijat pangkal hidungnya, "Gue bakal jemput kalo gak terdesak kayak gini. Basket lagi butuh gue-"

"Gue juga butuh lo". Sela Lian tak ingin di duakan oleh basket.

"Lian..." melas Raja tidak tahu harus bagaimana lagi. Demi keselamatan mobil kesayangannya. Tapi lebih sayang Lian sih, "Liat nih, gue udah rela ninggalin basket demi memastikan lo udah pulang apa belum."

Lian sejenak memerhatikan tubuh Raja dari atas hingga ke bawa--yang percaya atau tidak--lebih tampan saat mengenakan seragam basket di tambah keringat yang membanjiri tiap sela kulit kakaknya itu. Rambut gelap Raja jatuh di dahi. Jauh dari kata rapi namun mampu menghipnotis kaum hawa yang melihat. Warna kulit raja yang putih kini memerah dikarenakan paparan sinar matahari.

"Gue berulang kali nelpon lo karena sumpah gue beneran khawatir banget saat tau kalo lo lagi gak ada yang jemput. Gue telpon, lo gak angkat. Gue susul ke sekolah lo, taunya lo udah gak ada". Jelas Raja panjang, dari nada suaranya dia beneran khawatir.

"Hp gue silent, jadi gue gak tau"

"Lo pulang naik apa?"

"Terbang" ucap Lian asal ceplos

"Lian.." panggil raja serius yang hanya di balas cengiran oleh Lian "pulang sama siapa?"

"Nggak penting" Lian mengibaskan tangan "kakak Ajaa... Lian mau minta-"

"Nggak" cegah Raja sebelum Lian melanjutkan kalimat yang paling anti di hidupnya, "Gue yang salah", lalu menghela berat.

Anak SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang