Pagi ini Lian sengaja berangkat sekolah lebih pagi. Selain menghindari tatapan orang-orang yang selalu menjadikannya pusat perhatian, ia ingin mengetahui alasan mengapa Juna menjauhinya.
Cukup lama menunggu di depan gerbang sekolah sampai akhirnya sebuah mobil hitam melesat melewatinya. Lian tidak tinggal diam, ia berlari menuju parkiran yang lumayan sepi karna masih terlalu pagi.
Juna tampak kaget melihat kehadiran Lian di hadapannya. Dia berusaha menghindar tapi Lian segera menghadang langkahnya.
"Udah tiga hari Jun lo ngehindar. Entah salah gue apa"
Lian mendongak dan menatap Juna yang tak bereaksi apapun
"Kenapa Jun? Lo marah sama gue?"
Juna tetap diam
"Lusa acara sekolah, gue harap lo gak lupa"
Lian berbalik meninggalkan Juna yang sama sekali tak menggubrisnya
Selama jam pelajaran, lian tampak uring-uringan dan tidak begitu fokus dengan pelajaran.
"Lo kenapa?" Tanya Amel
"Juna kenapa ya? Kok dia slalu menghindar dari gue?"
"Mungkin dia mikir lo sama Deas pacaran"
"Nggak mungkin. Gue sama Deas temenan dari kecil"
"Lo kenapa jadi sekalut ini hanya karna Juna ngejauh?" Tanya Irma yang menyimak dari tadi
"Lo suka sama Juna?" Tanya Amel tepat
Lian diam lalu "Iya gue suka Arjuna" jawaban itu keluar dari mulutnya
"Sejak kapan?" Tanya Amel
Lian membayangkan kejadian di rumah Juna. Dia merasa nyaman berada di pelukan Juna meski itu hanya sebuah latihan. Dan ketika Juna mengatakan bahwa menyayangi dirinya, Lian tidak tahu perasaan apa itu yang pasti jantungnya berdegup kencang.
Suara ketukan papan menghentikan pembicaraan mereka bertiga
"Berlian, kamu dipanggil pak Reon sekarang" ucap bu guru yang sedang mengajar
Lian berdiri lalu bergegas meninggalkan kelas
Di ruangan pak Reon ternyata sudah ada Juna lebih dulu
"Permisi pak" Ucap Lian mengetuk pintu
"Silakan masuk, saya kesini ingin memberi tahukan bahwa acara sekolah yang akan diadakan itu batal"
"Kenapa pak? Acara dimulai lusa loh pak" Tanya Lian kecewa
"Artis yang kita undang batalin perjanjian gitu aja cuma karna dia pendarahan akibat tanam benang di wajahnya"
"Aelah daripada tanah benang mending tanam saham sekalian"
Pak Reon tertawa renyah "Saya sangat menyesali keputusan ini tapi mau bagaimana lagi"
"Baiklah pak kalau begitu, saya pamit"
"Silakan.. silakan"
Lian keluar kelas diikuti Juna. Mereka berjalan bersisian di koridor, sesekali Lian menatap Juna yang sama sekali tak ingin memandangnya.
Lian berbelok menuju taman belakang. Ia sudah tak berminat mengikuti jam pelajaran.
Satu bulir bening berhasil lolos dari matanya. Pohon beringin di sampingnya memang mengerikan tapi Lian tidak peduli. Dia hanya ingin menangis saat ini juga.
Usapan lembut di punggungnya membuatnya berbalik dan mendapati Juna tersenyum kearahnya
"Maaf, gue gak pernah bermaksud buat lo sedih" Ucap Juna
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak SMA
Teen FictionKatanya, masa SMA itu... Masa yang paling indah. Masa di mana kehidupan kita tidak hanya abu-abu saja. Masa dengan berjuta kisah menarik. Lalu bagaimana dengan warna-warni kisah, Berlian Samudera. Gadis manis yang selalu bermimpi memiliki kisah inda...