Chapter 5 Baper

2.2K 72 2
                                    

Berulang kali Lian menggigit pulpen nya. Yaps! Kegiatan yang biasa di lakukan nya ketika merasa kesulitan mengerjakan soal. Lian tidak suka Matematika. Sangat tidak suka. Ia jauh lebih suka pelajaran Fisika dan Bahasa Inggris.

Sesungguhnya Lian ingin mengikuti olimpiade itu tapi, Arjuna yang dipilih sekolah untuk mengikuti olimpiade itu. Itu juga termasuk satu alasan mengapa Lian benci Juna.

"Butuh bantuan?" tanya Juna lemah lembut

Lian tersenyum sinis. Ia begitu muak melihat pemuda di hadapan nya. Sok baik!
Begitu pemikiran Berlian.

"Enggak. Makasih." Arjuna mengangguk. Tawaran nya di tolak mentah-mentah

"Gue duluan, ya" pamit Juna dengan senyuman nya yang menawan bak Pangeran berkuda putih yang biasa hadir di dalam cerita dongeng. Bukan nya terpesona, Lian malah jijik melihat nya. Andai saja Iqbal yang tersenyum padanya!

Arjuna bergegas meninggalkan Lian yang tak menghiraukan nya.

"Kenapa Lian apa soalnya ada yang sulit" tanya pengawas dari arah depan

"Iya Pak maaf, kayak nya saya tidak bisa mengikuti olimpiade matematika ini"

Pengawas itu terlihat menghela napas

"Baiklah kalau begitu Lian, saya tidak bisa memaksamu"

"Kalau begitu saya permisi keluar" jawab Lian sembari meninggalkan ruangan

*****

"Gimana Lian soalnya gampang?" tanya Amel dari arah depan

"Nggak mel, gue ngundurin diri"

"Kenapa" tanya Irma yang ikut penasaran

"Gue gak bisa"

"Lian katanya kamu ikut olimpiade matematika yah? tanya Iqbal entah datang dari mana

"Gak bal gue ngundurin diri. Soalnya terlalu rumit buat gue pecahin. Gue nyerah"

"Yaudah kalo gitu kamu gak usah sedih. Pulang sekolah kita jalan yuk?"

"Hm. Boleh"

"Gue duluan yah. Entar gue jemput di kelas" ucap Iqbal berjalan ke arah tangga

"Iya bal"

"Cie yang mau jalan bareng"

"Hm doi semakin memberi kode" ucap Amel dan Irma bersautan

"Apa sih Lo berdua"

*****

Sesuai perjanjian Iqbal beneran menepati janjinya untuk mengajak Lian jalan-jalan

"Mau jalan sekarang?" tanya Iqbal memastikan setelah Lian berada tepat di samping nya

"Kita mau ke mana emang?"

"Kita nonton aja yuk? Katanya banyak film bagus minggu ini"

"Oke kita berangkat sekarang" ujar Lian dengan semangat 45 dan motor vespa biru itu berhasil keluar dari gerbang sekolah

Mereka hanya butuh menghabiskan waktu 30 menit di perjalanan hingga akhirnya mereka sampai di tujuan. Tidak jarang mereka asik bernyanyi bersama saat di jalanan.

"Kita beli baju dulu yuk. Gue gak nyaman berkeliaran pake seragam sekolah"

"Yaudah yuk" jawab Lian tak keberatan

Iqbal membeli baju kaos couple berwarna putih kemudian mereka mengganti baju di toilet yang berbeda. Lian hanya memakai liptint dengan sedikit tap-tap pada bibir mungil nya lalu keluar dari bilik toilet

Iqbal dan Lian masuk ke dalam Cinema 21
Tak lupa membeli popcorn dan minum

Tidak menunggu lama, studio 01 terbuka dan mereka duduk di kursi paling ujung bagian ke 2 dari atas

Lian sama sekali tidak mengetahui film yang akan di tonton nya sampai ketika di pertengahan film, sosok menyeramkan tampil di layar kaca. Wajah Lian pucat pasi. Ia sangat benci film horor. Mengerti akan gerakan tubuh dan wajah Lian yang pucat, Iqbal menghentikan tontonan nya dan menggandeng Lian keluar dari bioskop

"Kamu gak papa? Aku gak tau kamu takut nonton film horor" aku Iqbal menyesal

"Iya gak papa. Kita ke rooftop aja ya" ajak Lian terlihat sedikit tenang

Saat di atas rooftop, angin segar langsung menerpa wajah Lian yang terlihat anggun malam ini

"Kamu cantik" tutur Iqbal dengan senyuman menawan

Lian yang mendengar itu tersentak kaget dan tersenyum malu

"Makasih"

"Kamu tunggu di sini" ucap Iqbal berlalu

Tak lama, Iqbal tiba di belakang sana dengan membawa sebuah gitar dan nyanyian yang indah

"Kau begitu sempurna... "
"Di mata ku kau begitu indah"
"Kau membuat diriku akan selalu memuja mu"

Suara itu begitu terdengar merdu di telinga Lian

"Di setiap langkah ku, ku kan slalu memikirkan dirimu"
"Tak bisa ku bayangkan hidup ku tanpa cinta mu"
"Jangan lah kau tinggalkan diriku"
"Takkan mampu menghadapi semua"
"Hanya bersama mu ku akan bisa"

Suhu tubuh Lian mengalir hangat di seluruh tubuh. Wajahnya merah merona

"Kau adalah darahku
Kau adalah jantungku
Kau adalah hidupku
Lengkapi diriku
Oh sayangku, kau begitu
Sempurna.. Sempurna.."

Dag...dig...dug

Bersamaan dengan terhentinya lagu itu, Berlian Samudera 'baper'

Lian menatap wajah Iqbal lekat dan Iqbal tersenyum sangat manis ke arah Lian

Anak SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang