Sudah berkali kali Lian melirik murung jam dinding. Suasana kelas yang membosankan tanpa ada satu pun yang nyaman diajak berbicara.
Kedua sahabat Lian sedang fokus mengerjakan tugas.
Menyebalkan.
Sok ambisius sekali mereka padahal kadang mereka yang paling malas untuk belajar.
Bel istirahat yang ditunggu tunggu akhirnya berdering nyaring.
Lian tersenyum lega dan membereskan peralatan menulis di atas meja.
"Lagi badmood?" Tanya Amel
Lian mendongak "Hah, nggak" Jawabnya singkat
"Lo sakit?"
"Gapapa Amel gue baik-baik aja kok"
"Mau ke lapangan indoor gak?" Tanya Irma yang baru saja selesai menulis
"Gue sih mau aja, disana pasti rame. Juna lagi tanding basket sama Bryan" Jawab Amel
"Ada masalah apa sampai juna harus tanding sama brandalan SMA LANGIT?" Tanya Lian penasaran
"Katanya sih kemarin Bryan mukulin anak SMA RAJAWALI. Sebagai Panglima Tempur, Juna gak terima sepupunya di pukul gitu aja. Makanya kemarin gengnya Juna nyerang pas pulang sekolah"
"Astaga! Emang Juna gak mikirin reputasinya sebagai ketua osis?"
"Justru itu, habis tawuran Briyan nantangin Juna buat tanding basket karna gak terima kekalahan. Dan kalau Juna nolak, bakalan dikatain ketua osis yang pengecut dan gak berwibawa"
"Oh tapi kayaknya gue gak bisa ikut deh, gue dikelas aja" Tolak Lian halus
Setelah Amel dan Irma keluar kelas, Lian tersenyum kepada mereka lalu duduk menunggu di kelasnya. Semakin lama kelas semakin sepi hingga hanya dirinya seorang.
Langkah kaki terdengar membuat Lian sejenak membeku.
Lalu terdengar suara berat menggema di kelas yang sepi, "Lian?"
Itu suara Arjuna.
Saat Juna menyebut namanya, terasa asing namun terdengar familiar.
"Juna" Suara Lian terdengar pelan
"Gue ke sini mau sampein kalau lo dipanggil Pak Reon di ruang guru"
"Lo nggak tanding?"
"Entar habis dari ruang guru" Ucap Juna sambil memutuskan pandangannya dengan gadis berwajah manis itu
Lian mengikuti langkah Juna dengan patuh, tapi dia sama sekali tidak mensejajarkan langkahnya dengan Juna.
Bukan tanpa alasan, Lian hanya tidak ingin di pandang risih jika berjalan berduaan dengan most wanted sekolah di tengah koridor.Sesampainya di ruang guru, Juna membuka pintu lalu masuk ke dalam menemui Pak Reon.
"Selamat siang pak, ada apa ya bapak manggil saya ke sini?" Tanya Lian dengan sopan
"Siang Lian" Balas pak Reon ramah, "saya memanggil kamu untuk membuat pengumuman di mading untuk seluruh siswa siswi kalau minggu depan sekolah kita akan mengadakan acara dan mengundang sejumlah artis"
"Oh iya saya hampir lupa, tepat di pertengahan acara saya ingin diadakan pesta dansa" Tambah pak Reon
"Maaf sebelumnya tapi, ini dalam rangka apa ya pak?" Tanya Lian dengan sopan
"Itu gak penting, kamu buat aja brosurnya"
ANEH!
"Lalu bagaimana dengan yang tidak memiliki pasangan pak?" Tanya Juna yang diam menyimak sejak tadi
"Itu urusan kamu, kalau bisa secepatnya cari pasangan. Saya ingin pesta dansa itu tetep dilaksanakan."
"Baik pak, akan saya usahakan"
Lian dan Juna bergegas keluar ruangan. Sebelumnya mereka mencium tangan Pak Reon. Lalu mereka berdua menuju gedung olahraga indoor.
"Gue ke lapangan" Pamit Juna setelah sampai di dalam gedung
"Iyaa semangat, lo harus menang" Jawab Lian langsung berbelok menuju tribun penonton
Suasana saat ini sangat ramai dan ribut. Para suporter sejak tadi menyorakan semangat buat jagoan mereka, Juna dan Bryan.
"Pantesan tadi diajakin gak mau, ternyata kesininya bareng doi" Senggol Amel menggoda
"Alay, Juna bukan doi gue. Lagian tadi kita habis dari ruang guru dipanggil sama Pak Reon"
"Ngapain? Lo bikin onar ya?" Tuduh Irma menilik wajah Lian intens
"Dih ya enggak lah, tadi Pak Reon nyuruh gue buat brosur acara sekolah minggu depan"
"Seriusan demi apa lo?" Tanya Irma antusias
"Serius demi nenek lo"
"Kok nenek gue di bawa-bawa sih" Ucap Irma mendelik
"Selain itu pak Reon juga pengen ngadain pesta dansa di tengah acara"
"Yaelah lebay banget itu guru, pasangan buat ke acara sekolah aja gak ada. Gimana pasangan dansa nya?" Komen Amel mendramatisir
"Lagian ini acara dalam rangka apa sih? Gak jelas banget"
"Udah-udah bahas itu entar aja, kita fokus dulu sama pertandingan basketnya. Eh itu cowok gue yang dribble bola! Semangat sayang" Teriak Irma memberi Romeo semangat
"Irma gak usah lebay yah" kesal Amel menutup kupingnya
Babak kedua berakhir, seperti biasanya Juna memenangkan pertandingan. Keahliannya dalam bidang olahraga itu memang sudah tidak bisa diragukan lagi, terlebih di bidang akademik. Pantas saja jika Juna di dapuk sebagai ketua osis dan kapten basket.
Saat Lian ingin bergegas kembali ke kelas, tiba-tiba saja juna datang dan memcegatnya. Keringat basah yang membanjiri pelipis dan rambut yang acak acakan, menghipnotis kaum hawa di kursi tribun termasuk Lian yang diajak bicara.
"Bisa kita bicara sebentar?"
Lian mengangguk.
"Ikut gue ke taman belakang, di sini rame"
Lian kembali mengangguk dan mengikuti Juna yang berjalan memimpin
"Ada apa?" Tanya Lian setelah mereka berdua duduk di sebuah kursi di bawah pohon
"Lo mau gak jadi partner dansa gue?"
Lian mematung.
"Hello kok diem aja" Tegur Juna menaik turunkan telapak tangannya di hadapan Lian
"Mau gak?"
"Gabisa gue gak jago dansa" Cicitnya kecil
"Masih minggu depan kok, masih ada waktu buat latihan"
Lian melamun tanpa menjawab.
"Jadi gimana?"
Lian tetap diam.
"Lo diam berarti artinya iya, gue duluan. Pulang sekolah gue jemput lo di kelas" Ucap Juna berdiri dan berjalan ke luar taman
Lian masih tetap diam tak menggubris, lidahnya terasa kelu, detak jantungnya tak tertahankan.
*****
Jangan lupa vote dan koment
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak SMA
Fiksi RemajaKatanya, masa SMA itu... Masa yang paling indah. Masa di mana kehidupan kita tidak hanya abu-abu saja. Masa dengan berjuta kisah menarik. Lalu bagaimana dengan warna-warni kisah, Berlian Samudera. Gadis manis yang selalu bermimpi memiliki kisah inda...