07

1.6K 346 40
                                    

"Lo..lo siapa?"








"Lo ga perlu tau gue siapa" kata minju

"Lo apain gue di masa depan?!" Kata yujin memegang bahu minju.

"Itu lo dengan keputusan lo untuk mengakhir hidup"

"Ngga" yujin mundur.

Yujin benar benar di buat bingung dengan apa yang ia lihat barusan. Kematiaannya sangat tragis, dan ia yang dewasa sekitaran umur 20, berarti itu tak lama lagi mengingat umurnya sudah 17tahun.

Yujin memegang kepalanya berusaha menghapus apa yang ia lihat tadi, dan berharap ini semua mimpi, bahkan ia berharap bertemu minju itu hanya mimpi.

Tapi percuma, ini nyata, ini sungguhan. Minju masih ada di depan matanya. Ia tak tau apa sebenarnya minju ini, kenapa dia bisa memberi gambaran masa depan.

Yujin pulang sendiri meninggalkan minju disana, ia tak ingin pulang membawa makhluk astral.

Yujin pov

What the hell!! Cantik cantik bukan manusia? Oh shit. Dan tadi dia ngasi liat gambaran masa depan gue. Dia dukun, malaikat, bidadari atau apaa?!

Udah gila, jaman sekarang ada orang bisa begitu dan ngajak gue terlibat lagi.

Tapi kenapa gue di masa depan mau bunuh diri. Gue ngrasa sekarang gue baik baik aja, ga ada tekanan dalam hidup gue. Ah, konyol!

End

Yujin pulang ke rumahnya. Yujin seperti orang stress yang tak berhenti mondar mandir karna kepikiran hal itu terus.

Yujin sampai tertidur saking lelahnya berfikir dan mengkhawatirkan dirinya sendiri membuat ia tertekan. Jika ia bunuh diri sekarang, minju lah penyebabnya.

.
.
.
.

Yujin bangun dengan seluruh badan yang sakit, badannya mendadak menggigil, kepalanya pusing, ia demam sekarang.

Akibat berfikir keras membuat yujin jatuh sakit. Ia di rumah hanya bersama pembantu, rumahnya tak terlalu besar dan ia hanya punya 1 pembantu.

Satu lagi, yujin tinggal di rumah peninggalan ibunya. Yujin memang anak yang punya sekolah, tapi sesungguhnya ia tak ikut ayah nya yang konglomerat.

Ayah yujin mengirim uang ke rekening yujin secara rutin, tapi yujin selalu membangkang pada ayahnya. Yujin punya abang dan abangnya tinggal bersama ayahnya.

Yujin tak suka dengan ayahnya yang menceraikan ibunya, tapi hubungan yujin dan abangnya masih berjalan baik.

Yujin masih berdiam di kasur dengan tubuh bergetar, ia tak bisa memanggil siapa siapa, tenaganya beneran hilang sekarang.

Yujin hanya bisa terbaring lemah berharap demamnya cepat turun. Ia tak sekolah dan tak bisa mengabari teman temannya.

.
.
.
.

"Yujin mana?" Tanya chae sang ketua kelas pada hyewon dan yena.

Hyewon dan yena menatap kursi yujin lalu beralih saling memandang dengan pandangan 'mana'.

"Ngga tau" jawab yena.

"Kan lo temennya" kata chae.

"Yujin ngga ngabarin kita hari ini" kata hyewon.

Yena dan hyewon heran kemana yujin. Hp nya mati, jika ia mau cabut pasti sudah ngabarin.

Mungkin telat, dia kan masuk sekolah suka suka dirinya. Biasa, anak yang punya sekolah.

.
.
.
.

Terasa ada yang mengompres kepala yujin. Yujin perlahan membuka matanya yang berat, yang ia lihat adalah jo yuri. Yuri mengompres dirinya dengan wajah yang tampak khawatir.

"Lo nga..pain disini?" Tanya yujin tak berdaya.

"Tadi pagi gue anterin sarapan dari nyokap, terus kata bibi lo sakit" jelas yuri.

Yuri dan yujin tetanggaan, mama yuri juga sangat mengenal mama yujin dulu. Yujin sudah di anggap anak oleh keluarga yuri.

Yuri sampai tidak sekolah karna tadi melihat kondisi yujin dengan demam tinggi. Yuri khawatir sampai mau manggil ambulance, tapi mama yuri mencegah dan menyuruh yuri untuk mengompres yujin saja.

"Makasih" kata yujin pelan.

"Udah lo istirahat aja"

Yujin kembali tidur, kompresan dari yuri sangat membantu menghangatkan tubuhnya kembali. Yujin benar benar tepar.

Bersyukur dia punya tetangga seperti yuri dan keluarga, saat sakit dan sendiri gini yuri selalu membantunya. Panas yujin pun perlahan mulai turun.

.
.
.
.

Hyewon dan yena datang ke rumah yujin untuk memastikan kemana anak itu hari ini.

Saat masuk kamar yujin, mereka menemukan yuri yang memegang dahi yujin. Yena agak cemburu melihat itu.

"Eh doggy, lo sakit?" Tanya hyewon.

"Lo bisa sakit njirr?" Tanya yena.

"Jangan berisik, orang sakit ini" kata yuri.

"Cuma demam" jawab yujin.

"Cuma demam tu katanya, ngga sekarat. Jadi gapapa berisik" kata yena dengan sedikit ketus. Efek cemburu

"Kenapa ngga mati sekalian?" Kata yena pada yujin.

"Anjir lo" kata yujin yang tak berdaya.

"Lo lagi sakit banyak istigfar, jangan banyak mengumpat" kata hyewon.

Tak banyak yang mereka bicarakan karna yujin belum sanggup banyak bicara. Yena dan hyewon pun pamit meninggalkan yujin dan yuri.

"Yuri" panggil yujin berusaha untuk duduk.

"Apa?"

"Kalau ada orang bisa liat masa depan itu apa ya?"

"Hah? Ngomong apa sih?" Tanya yuri heran.

"Ga jadi deh" kata yujin.

"Btw ngomongin masa depan, gue pernah baca dewa Prometheus. Dewa yang bisa liat masa depan" kata yuri.

"Terus?"

"Gue cuma tau itu sih" kata yuri.

Yujin kembali bergelut dengan pikirannya. Jadi minju itu keturunan dewa, anak dewa atau siapanya dewa?

Lebih baik setelah ini yujin tak lagi menemui minju yang aneh itu agar tak membuat hidupnya lebih buruk lagi.

Siapa pun minju, dia udah membawa sakit kepala buat gue. Gak sehat

















------

[END] Fantôme 🎃 JinjooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang