-Dua-

1.4K 134 1
                                    

Sebelum membaca putar video diatas ya teman-teman. Biar lebih seru bacanya. Terimakasih

Arghhhh... bagaimana ini? Mengapa aku begitu peduli padanya? Padahal biasanya aku tidak terlalu peduli dengan orang lain. Arghhh... teriak husein dalam hati. Ia sangat terlihat gusar saat ini. Berkali kali ia mondar mandir di depan ruang operasi. Berharap harap cemas atas keadaan vania.

Saat Husein dan para suster tadi sibuk memindahkan Vania ke ruang operasi. Terlihat seseorang yang memperhatikan mereka dengan seksama. Pria itu seperti mengenal sosok wanita yang sedang menghadapi masa kritisnya. Kemudian pria separuh baya itu mulai mengikuti mereka menuju ruang operasi.

" Maaf tuan, anda tidak bisa masuk kedalam. Silahkan menunggu diluar. Percayakan pasien kepada kami, kami akan melakukan yang terbaik", kata suster mencoba memberi pengertian pada husein agar tidak ikut keruang operasi. Baik suster.

"Permisi, kalau boleh tau pasien yang dibawah ke ruang operasi sakit apa ya?" tanya pria paruh baya itu pada husein.
Bapak kenal dengan pasien yang ada di dalam? Tanya husein yang mulai penasaran dengan kehadiran bapak tersebut.
Ia saya mengenal gadis itu. Dia adalah Vania, keponakan saya.
Kalau boleh tau vania sakit apa?
Kebetulan saya dan vania adalah korban kecelakaan beruntun pak.

"Jangan panggil bapak dong, panggil om aja. Kan saya om vania.
Kamu pasti pacarnya ya?

Hah? Husein terkejut dengan pertanyaan pak dandi. Menurutnya pertanyaan ini sedikit mengejutkan. Karena dia saja baru bertemu vania tadi sore.

"Iya kan kamu pacarnya kan?" Tanya pak dandi yang masih penasaran dengan husein.
"Eh iya pak", jawab husein sambil tersenyum kikuk.

Maaf pak sebelumnya, eh maksud saya om. Om saya boleh minta tolong gak ni om? Saya belum mengabarkan pada orangtuanya vania ni om mengenai kecelakaan ini. Saya gak punya nomor keluarga vania om. Saya tadi sempat panik, gimana caranya mau mengabarkan ke keluarga vania sedangkan hp vania rusak total om.

Untuk masalah itu kamu serahin ke om aja ya. Nanti om kabari ke orangtuanya.

Pasti kamu bingung kan kenapa om kebetulan bisa ada dirumah sakit ini. Om tadi baru ngantarin temen om yang istrinya mau lahiran. Terus gak sengaja om tadi liat kamu terlihat sangat gusar, makanya om tadi ngikutin kamu dari belakang. Apalagi gadis yang terbaring lemah menuju ruang operasi itu keponakaan om.

Oiya nama kamu siapa?
Saya husein ibrahim om. Oiya kenalkan saya dandi, om nya vania.
Saya panggil kamu ibrahim aja boleh? Soalnya anak saya pernah bilang kalau vania manggil kamu baim.

Degh. Bagaimana mungkin vania kenal ama aku dan tau nama panggilan aku kalo di rumah. Sedangkan ini pertama kalinya aku ketemu sama dia.

"Baim, hei baim, kog melamun kamu?,perkataan pak dandi membangunkan husein dari lamunannya.

"Iya om boleh."

Di jakarta vania tinggal bersama dengan asisten rumah tangga mereka. Vania adalah anak yang mandiri dan anak yang manis. Tidak banyak permintaan dan sangat patuh pada orang tuanya. Walaupun orang tuanya sesekali mengunjunginya tapi ia gak pernah kesal dengan orang tuanya. Ia sangat mengerti mengapa orang tuanya jangan berkumpul bersama vania.

Ayah dan ibunya tinggal di Singapura. Mereka mengurusi bisnis yang ada disana. Dan untuk disini mereka menyerahkan pada om untuk mengurusnya. Karena om juga sibuk, jadi om lalai untuk mengurus vania. Om merasa gagal sebagai om vania.

Kalau tampak dari luar ia seperti orang yang sangat bahagia dan berlimpah kasih sayang. Padahal tidak, dia adalah gadis yang kesepian yang kurang perhatian dan kasih sayang. Om merasa bersalah sering meninggalkan vania sendirian. Om kadang sering keluar kota untuk mengurus keperluan bisnis. Jadi vania sendirian. Kalau dirumah dia lebih sering di kamar atau membaca buku di dekat kolam sambil memandangi bintang. Dia selalu berharap tiba tiba saja orang tuanya ada dirumah. Ternyata itu hanya harapan vania belaka. Orangtuanya lebih peduli akan bisnisnya daripada vania.

Bahkan di hari ulang tahun nya hanya ada hadiah di atas meja serta ucapan kertas ulang tahun diatas meja yang dikirim orangtuanya. Paling mereka sekedar video call vania. Ketika menerima video call vania sangat senang. Tapi setelah video call berakhir dia menangis terseduh seduh. Asistennya vania hanya bisa menatap senduh pada vania yang sangat merindukan kehadiran orang tuanya. Mereka mengganggap vania sudah dewasa dan tidak terlalu perlu perhatian mereka. Vania sangat pandai sekali merahasiakan perasaannya. Dia selalu bilang sama orang tuanya baik baik saja. Padahal tidak.

Om selalu dikabari sama asisten rumah tangganya kalau vania sering menangis kalau di kamar. Ia seperti sangat merindukan orang tua. Ia selalu bertanya kepada asiten dirumahnya.
"Mengapa orang tua jangan sekali pulang kerumah, apakah vania nakal makanya papa dan mama jarang pulang?", bukankah vania sudah menjadi anak yang baik?"
Ia selalu menanyakan hal itu pada asisten mereka.

Banyak hal yang diceritakan pak dendi tentang vania dari kecil sampai di usianya yang sekarang. Husein masih setia mendengarkan pak dendi yang bercerita. Ia seperti masuk kedalam dunianya vania, ia seperti merasakan apa yang dialami vania selama ini. Dia semakin ingin tahu tentang dunianya lebih banyak lagi. Ia ingin menjadi tempat berbagi untuk vania.

*drettt dretttt* suara getaran hp husein berhasil memberhentikan cerita pak dendi.

Sebentar ya om, saya angkat telpon dulu. Silahkan, jawab pak dendi sambil tersenyum.

"Iya ada apa Na nelpon?

Ada apa pale lo peang. Lu gak liat ini udah jam berapa? Lu dimana sih? Kog gak pulang pulang? Mama khawatir ni, dari tadi nanyain lu mulu. Pulang lu jangan keluyuran mulu lu" tanya Aina panjang lebar.

Di rumah sakit gue Na.

Siapa yang sakit? Lu sakit? Sakit apaan lu? Perasaan tadi pagi baek baek aja.

Bukan gue, tapi....

Tapi apaan?

"Paaaaaa caaaar gue Na." Jawab husein sambil terbata-bata. Mau gak mau husein harus bilang pacarnya karena pak dendi kebetulan lagi melihat kearah husein yang telponan.

Pacar lu? Pacar lu yang mana? Sejak kapan lu punya pacar? Tanya aina yang mulai penasaran karena percaya gak percaya adiknya punya pacar.

Ah berisik lu. Nanti dirumah gue ceritaan. Tapi bilang ama mama gue gak balik ni hari. Gue nginap di rumah sakit.

Oke deh. Tapi lu nanti cerita ama gue ya. Penasaran gue gimana bentuk pacar lu. Hahaha.. jawab ina sambil tertawa disebarang telpon sana.

Iya udah ah bye.

"Siapa nelpon nak? Tanya pak dendi yang mulai penasaran.

Kakak saya pak, biasa si ratu kepo.
Jawaban husein berhasil membuat pak dendi tertawa melihat hubungan husein dan aina yang lucu menurutnya.


"Aku kira wanita itu manja. Aku kira wanita itu sangat haus akan perhatian. Tapi aku salah, kamu tidak seperti itu. Kamu sangat kesepian tapi mengapa kamu katakan kamu baik baik saja. Tuhan berikan aku kesempatan untuk mengenalnya. Izinkan aku menjadi tempat berbagi untuknya", lirih husein dalam hati.


Permainan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang