Tiga

1.1K 110 2
                                    

Putar juga ya video yang di atas. Biar lebih enak bacanya. Terimakasih

-Rumah Ibrahim Adam-

Arghhhhh...... sebenarnya kamu dimana vania? Kenapa kamu ninggalin aku? Teriak ibrahim yang mulai frustasi sambil memegang rambutnya.

Brughhhhh, seketika buku-buku yang tersusun rapi kini berserakan di lantai.

Dia kelihatan lesu dan kacau saat ini. Vania bagai menghilang di telan bumi. Tiada lagi cahaya terang bagi baim, kini hanya ada kegelapan.

Kejadian beberapa waktu silam seperti terulang dalam ingatan.  Tiada semangat dan tak ada lagi harapan untuk kedepannya bagi baim. Dunia nya telah hilang, vania nya telah pergi dari hidupnya.

Tak ada lagi senyuman, tak ada lagi baim kuat. Kini hanya ada baim yang rapuh.

*flash back on*

"Huhhuuuuuu" "jangan tinggalin baim ma pa" baim butuh mama dan papa. "Ayo bangun ma, pa. Temenin baim main", terdengar suara tangisan seorang anak laki2 di salah satu sudut rumah sakit. Anak laki2 itu berusia 8 tahun. Dia menangis tersedu sedu ketika orang tuanya dinyatakan telah tiada. Orang tuanya meninggal dalam kecelakaan sewaktu perjalan pulang ke rumah ketika ingin memberikan kejutan di hari ulang tahun baim.

Anak itu menangis sejadi jadinya. Orang tuanya telah dinyatakan tiada. Semua anggota keluarga nya satu persatu mulai memeluknya, seakan akan ingin menyalurkan kekuatan untuk baim.

"Heiiii, kamu kenapa? Jangan nangis lagi ya.... ini aku ada permen sugus untuk kamu.  Aku harap kamu suka.Aku sangat suka permen sugus, ia punya banyak rasa.

Kalau aku lagi nangis, mama aku sering kasih sugus ke aku. Karena kamu lagi nangis, jadi aku kasih ini aja. Jangan nangis lagi ya" kata gadis itu sambil tersenyum manis, sambil berjalan menghampiri anak laki2 itu mencoba meraih tangan anak itu dan memberikan permen sugusnya.

Gadis itu mulai mengusap air mata anak laki2 itu dengan tulus. Kata mama kalo anak laki2 nangis itu berarti mereka memang lagi merasa sakit. Sakit yang lebih sakit dari yang aku rasakan.

Kemudian tanggan gadis itu mulai meyentuh dada anak itu lalu ia berkata " ini pasti sakit ya?,
Lalu anak laki2 itu mulai menganggukkan kepala sambil berkata, ia. Perlahan anak laki2 itu mulai meraih tangan gadis itu yang ada di dadanya sambil tersenyum.

"Terimakasih banyak ya. Kamu udah menghibur aku." Kata anak laki2 itu.

Ia sama -sama. Oiya kita belum kenalan. Aku vania. Vania Manisha. Nama kamu siapaa? Aku ibrahim. Ibrahim adam. Panggil aja baim. Jawab anak laki2 itu sambil menjabat tangan vania.

"Vania sayang kamu dimana?" , terdengar suara wanita paru bayah yang mulai panik mencari anaknya.

Eh udah dulu ya baim, aku pergi dulu. Mama aku pasti lagi panik nyariin aku ni. Bye baim. Kamu jangan nangis lagi ya. Kalo kamu mau nangis, kamu makan aja permen sugus nya, biar kamu gak nangis lagi. Hehehe...

Eh tunggu dulu. Kamu mau kan jadi teman aku? Kata baim sambil mengulurkan jari kelingkingnya.
Ia mau aku mau, kata gadis itu sambil mengaitkan jari kelingking nya ke kelingking baim.

Janji ya kalo suatu saat nanti kita ketemu lagi kalau udah besar, kamu gak bakal ninggalin aku lagi.
Ia aku janji. Kan kalo aku udah gede aku gak perlu di cariin mama kayak gini. Ini kan aku masih kecil jadi belum bisa terus nemenin kamu.

Nanti kalau aku maen mulu sama kamu, nanti mama dan papa aku cemburu lagi. Hehee.

Ya udah kamu pergi aja sana. Kasihan mama kamu nyariin kamu. Pertintah baim pasa gadis itu. Dada baim. Jangan nangis lagi yah.. kata

Tangisan baim kembali pecah ketika berada di pemakaman. Ia seakan tidak siap di tinggal orang tuanya. Baim histeris, baim berusaha meraih orang tua yang akan mulai di masukkan ke liat lahat. Paman nya berusaha menenangkan baim.

"Sabar sayang, sabar. Papa dan mama sudah ada di surga. Kamu yang kuat ya sayang ada om dan tante." Kata pak Azzam menenangkan baim sambil mengelus rambut dan mendekap baim. Baim mulai tenang dan ia mulai tertidur dalam dekapan pak Azzam. Mungkin ia lelah. Hanya kata itu yang terlintas di pikiran pak Azzam.

*flash back off*

-kamar baim-

Suasana kamar yang begitu gelap, tirai yang masih terbentang rapat. Tidak ada udara segar dan cahaya matari yang menyapa ke dalam kamar. Hanya ada ruangan pengap dan barang2 yang berantakan. Makanan dan minuman yang masih tersisah banyak di tempatnya.

"Tok tok tok, baim kamu udah bangun nak?. Ayo sarapan sama2. Om sudah lama gak liat kamu. Kamu gak lagi sakit kan? Terdengar suara pak Azzam dari seberang kamar. Pak azzam mulai khawatir dengan keadaan baim yang beberapa hari ini tidak keluar kamar. Beliau takut baim balik seperti dulu lagi. Baim yang pemurung.

Tidak ada suara dari kamar baim. Baim mendengar perkataan pak azzam, tapi ia belum siap berhadapan dengan siapapun untuk saat ini.

Ia mulai beranjak dari tempat tidurnya, ia mulai memandangi foto foto vania yang ada di ruangan pribadinya. Semuanya tertara sangat rapi dan indah.

Dulu, sebelum berangkat ke kampus atau kemana pun, ia selalu menyapa vania lewat fotonya. Ia berbicara sendiri dengan foto vania bercerita tentang apa yang di laluinya hari ini serta apa harapan harapan yang ingin ia capai saat ini. Bagi baim meletakkan foto vania di kamar nya seperti merasakan ada vania di dekatnya.

Ia sangat mencintai vania. Bahkan vania tidak tahu kalau baim sangat sangat mencintainya. Bagi baim vania adalah segalanya. Kekosongan yang ada sejak ditinggal orang tuanya mampu diisi oleh vania. Itu sebabnya vania segalanya bagi baim. Tidak hanya sebagai pacar, tapi vania mampu menjadi sosok ibu bagi baim. Vania yang keibuaan dan mandiri mampu memanjakan baim dengan caranya.

Selama beberapa hari ini baim tidak bisa menghubungi vania. Ia seakan mulai putus asa. Ia tidak tahu ingin menghubungi siapa yang bisa ditanya mengenai keberadaan vania. Ia tidak mengenal kerabat vania. Vanianya adalah gadis yang cukup tertutup. Dia hanya tau vania tinggal sendiri bersama asistennya. Orang tuanya jarang menemuinya.




Permainan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang