'Kau terus menggesekkannya walaupun kau tau permata itu sudah tergores'
•
•
Happy Reading...
"Oppa aku pulang" ucap Ali, dia terus berjalan menuju dapur untuk menemui Seokjin yang masih sibuk dengan alat memasaknya."Ali- Aah kau sudah pulang, kenapa lama sekali?" Tanya Seokjin, tangannya dengan perlahan menaruh kimbab yang baru dibuatnya di atas piring.
"Aah, itu tadi ada tambahan pelajaran oppa" bohong Ali, menggaruk tekuknya yang tidak gatal.
"Baiklah kalau begitu makanlah" Seokjin menarik lengan Ali bermaksud untuk menyuruhnya duduk.
"Ne oppa"
Ali mulai meraih kimbab yang berada tepat di depannya.
Hening sesaat, yang ada hanya bunyi alat makan yang mereka gunakan.
"Bagaimana sekolahmu?" Pertanyaan Seokjin memecah keheningan di ruang itu.
"Ehm, baik" jawab Ali, seadanya.
"Benarkah?"
"Iya"
Hening kembali menyelimuti keduanya.
Sebenarnya keheningan seperti ini tidak pernah mereka alami. Ali selalu berbicara dan mencari topik yang sekiranya menarik. Entah itu tentang Novel kesukaannya atau apapun itu.
Sedangkan Seokjin hanya mendengarkan. Meskipun begitu, dia tidak pernah bosan sekalipun. Seokjin justru merasa terhibur akan semua yang diceritakan Ali. Tapi tidak untuk saat ini, seakan Ali larut pada pikirannya sendiri.
"Ali..." lirih Seokjin, yang cukup membuat Ali tersadar akan lamunannya.
"Apa kau ada masalah?" Lanjut Seokjin
"Aniyo oppa, hanya saja aku ingin bertanya satu hal" ucap Ali, yang hanya menatap makanan yang belum dia habiskan.
"Tentu apa yang ingin kau tanyakan?"
"Oppa, aku tidak yakin apa aku bisa mewujudkan mimpiku dan mimpi appa"
"Apa maksudmu?"
"Oppa kau tau kan kalau appa menyuruhku untuk belajar dengan giat dan mendapat beasiswa ke jepang. Aku berfikir apa aku mampu dengan nilai yang masih di bawah rata-rata."
"Mwo? Dulu kau sangat antusias untuk mewujudkan mimpimu dan appa, tapi sekarang kau seperti kehilangan semangat hidup"
Ali diam, Seokjin benar. Kenapa seorang Ali bisa selemah ini cuma gegara masalah yang terlalu dibesarkan. Ali menatap Seokjin seraya tersenyum lebar. Seokjin benar dan Ali tau apa yang harus dia lakukan selama sang pencipta masih memberikannya kesempatan walau hanya esok, lusa, bulan, dan tahun yang akan datang.
******
"Ali kenapa kau menaruh kepalamu di atas meja?" Tanya Sejin, dia tak habis pikir dengan siswinya yang tertidur disaat jam pelajaran.
"Ssaem" Ali mendongak mendapati Sejin yang berdiri tepat di depannya sembari melipat tangannya di dada.
"Ali ada apa denganmu, kenapa kau tidur disaat jam pelajaranku berlangsung?" Tanya Sejin, guru fisika di kelas Ali.
"Mianhae saem"
"Apa kau sakit, lihatlah wajahmu sangat pucat. Kurasa kau harus ke UKS" ucap Sejin, dia tau betul bahwa Ali tidak sedang baik-baik saja saat ini.
"Aniyo, aku baik-baik saja"
"Baiklah, tapi kau harus mengangkat kepalamu itu" tegas Sejin, mulai kembali menerangkan.
"Baiklah kalau begitu saya akan memberikan kalian tugas kelompok. Setiap kelompok akan terdiri dari 2 orang. Untuk tugas, kalian cukup mencari beberapa contoh dari materi yang sudah saya terapkan. Apa ada pertanyaan?" Jelas Sejin.
"Aniyo saem!" Jawab siswa-siswi serentak.
"Baiklah kalau begitu saya akan membagi kelompok kalian"
"Kenapa saem tidak membiarkan kami memilih sendiri?!" Ucap salah satu siswa dari bangku yang paling belakang.
"Aniyo, yang terpenting kerja sama suatu kelompok tidak perduli siapa itu. Kalian mengerti?"
"Ne saem!" Serentak
"Akan saya mulai. Park Yoojin dengan Hoseok, Mihyun dengan Dohyuk, Eunjae dengan Doyool, Daniel dengan Yoorin, dan yang terakhir Ali Dengan Namjoon" Ali dan Namjoon membulatkan matanya tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
"Mwo?! Apa aku tidak salah dengar saem. Aku tidak ingin sekelompok dengan si babo ini. Akan lebih baik jika aku mengerjakan tugas ini sendiri." tolak Namjoon keras, dia benar tidak ingin sekelompok dengan orang yang dibencinya.
Ali hanya diam tak berani menatap Namjoon ke belakang. Karena takut mungkin saat ini Namjoon tengah menatapnya tajam.
"Namjoon-Ssi, kau harus bekerja sama dengan Ali" tegas Sejin, yang berhasil membuat Namjoon memutar kedua bola matanya malas.
"Ne saem" setelah mengatakan hal itu, Namjoon kembali duduk karena tadi sempat berdiri.
Kring...(Bel pulang sekolah)
"Kurasa cukup sampai di
sini. Jangan lupakan tugas kelompok kalian" ucap Sejin, sebelum berlalu.Nampak siswa-siswi dengan antusias keluar kelas menyisahkan Ali dan Namjoon yang masih belum beranjak dari tempat itu.
Ali menopang tas miliknya dan akan segera beranjak, namun panggilan Namjoon membuatnya menghentikan langkahnya.
"Hei babo!" Ali membalikkan tubuhnya untuk menghadap Namjoon yang masih duduk bangkunya.
"Mwo?"
"Apa aku mengijinkanmu untuk pulang?"
"Mianhae oppa, aku hanya tak sabar ingin bertemu kedua orang tuaku" jawab Ali, tersenyum tipis.
"Kalau begitu aku ikut" Namjoon mulai berdiri dari bangkunya.
"Mwo?" Ali menautkan alisnya heran.
"Aku bilang aku mau IKUT" ulangnya, menekan kata 'ikut'.
"Kau yakin?" Tanya Ali memastikan. Dia masih tak percaya dengan apa yang dikatakan pria berlesung pipi di depannya. Apa dia sedang sakit?, atau dia baru saja terbentur sesuatu? Aah entahlah Ali masih tidak percaya.
"Hei babo, kita sedang ada tugas kelompok sekarang. Jadi aku ingin meminta ijin kedua orang tuamu untuk mengajakmu mengerjakan hari ini juga."
'Blush'
Pipi Ali merona, dia senang sungguh. Tapi ada rasa takut dihati Ali, takut bahwa Namjoon akan mengetahui kelemahannya saat itu juga.
____________________________________
Mianhae untuk chapter kali ini sedikit pendek dari biasanya T_T
Untuk Vomentnya terima kasih^^
KAMU SEDANG MEMBACA
'Mianhae' Kim Namjoon
Teen FictionAli seorang siswi pendiam, tak pandai bergaul, Selalu gagal dalam setiap mata pelajaran, tentu diam-diam menyukai seorang Kim Namjoon. Siswa terpopuler akan ketampanan dan kepintarannya yang suka membully Ali dan memperlakukan Ali layaknya pesuruh. ...