[O] Chapter 8

1.5K 155 2
                                    

'Kau mengambil permata itu lalu menghancurkannya untuk memastikan apa permata itu masih kuat'

Happy Reading...


Setelah menyiapkan kimbab di atas meja, Seokjin tengah menunggu seseorang di meja makan. Sudah 5 menit dia menunggu, tapi yang ditunggu belum juga menampakkan diri.

Dengan malasnya Seokjin melangkahkan kakinya menuju kamar Ali yang terletak di lantai atas apartemennya.

Dia mengetuk beberapa kali pintu kamar Ali namun tiada jawaban. Saat mendapati pintu Ali yang tidak terkunci, Seokjin membuka pintu itu perlahan.

"Ali cepat ma...ASTAGA ALI!!"

Seokjin berlari menghampiri Ali yang tergeletak di samping tempat tidur kamarnya.

Seokjin terkejut saat mendapati darah pekat di telapak tangan dan hidung Ali.

Tanpa banyak berpikir, Seokjin segera menggendong Ali ala bridal style menuju mobil.

Dia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Untung saja jalanan kota seoul malam ini tidak begitu ramai.

Di sinilah Seokjin, di depan ruangan ICU. Dia panik sungguh. Dia tak hentinya bergerak sana-sini seperti seorang suami yang menunggu persalinan istrinya.

Dia menghentikan kegiatannya saat dokter Jeon keluar dari ruang ICU. Dengan cepat, Seokjin menanyakan tentang kondisi Ali saat ini.

"Maaf anda siapa?" Tanya Dokter Jeon.

"Saya kakaknya" ucap Seokjin, Panik tentu saja. Dia tidak akan membiarkan adiknya sakit seperti saat ini.

"Sebaiknya anda ikut keruangan saya. Ada yang ingin saya bicarakan." Ucap dokter Jeon, berjalan mendahului Seokjin.

"Penyakit kanker darah yang di derita Ali sudah akan menginjak stadium akhir" ucap dokter Jeon, saat sudah berada di ruangannya.

Seokjin bungkam. Apa dia tidak salah dengar. 'Kanker darah' batinnya.

"Tunggu, apa maksud dari perkataan dokter? Ali tidak mempunyai riwayat penyakit seperti itu." Tanya Seokjin, untuk memastikan.

"Aku ragu, jika anda belum mengetahui penyakit yang di derita Ali beberapa bulan terakhir ini. Sebenarnya Ali mempunyai penyakit leukimia yaitu kanker sel darah putih. Penyakit ini menghambat sel darah putih dalam melawan infeksi. Saat Ali memiliki penyakit tersebut, sum-sum tulangnya tidak mampu memproduksi sel-sel darah merah yang cukup untuk memasok kebutuhan tubuh. Jadi..." dokter Jeon menjeda kalimatnya, seakan dia tidak ingin melanjutkannya.

Seokjin yang sedari tadi mendengar penjelasan dari dokter Jeon mulai bergetar. Dia seakan tak ingin dokter di depannya memberi kabar yang akan membuat hatinya hancur.

"Dalam perhitungan dokter, hidup Ali tak akan lama lagi. Kemungkinannya sangat kecil Ali akan sembuh" ucap dokter Jeon, entah sadar atau tidaknya dokter Jeon perlahan menitihkan air mata.

Seokjin bergetar. Dia ingin menangis sekeras-kerasnya untuk melampiaskan semua kesedihannya.

"Apa maksud dokter! Kau bukan tuhan yang akan memprediksi umur seseorang bukan?!..Apa kalian tidak melakukan kemoterapi atau operasi hah?!.." ucap Seokjin, dia sedikit meninggikan nada suaranya di depan dokter jeon. Dia tidak perduli berteriak pada siapa. Dia benar-benar larut akan emosinya.

"Maafkan kami. Sebenarnya kami sudah menyarankan pada Ali dari awal untuk segera melakukan operasi sum-sum tulang maupun kemoterapi. Tapi dia justru menolak. Dia tidak ingin menjadi beban untuk orang di sekitarnya. Dia justru berkata padaku cepat atau lambat, ada maupun tidak adanya pengobatan, tuhan tetap akan mengambil nyawanya." Jelas dokter Jeon, dia bahkan tidak dapat lagi membendung air matanya. Walau bagaimana pun, Ali sudah dia anggap seperti putrinya sendiri.

Air mata Seokjin tak dapat terbendung. Tubuhnya bergetar hebat. Dia sungguh takut akan kehilangan Ali.

"Sekarang Ali bahkan sudah menginjak stadium akhir. Jadi operasi atau bahkan kemoterapi sudah tak dapat menyelamatkannya, mengingat tubuhnya yang semakin melemah."

Mendengar penjelasan dari dokter Jeon, tubuhnya semakin bergetar di sertai isak tangis yang memenuhi ruang itu.

"Ya tuhan, bisakah kau mengubah takdir" gumamnya, disela isakannya.

******

"Jungkookie" isak seseorang dari seberang sana.

"Eomma apa kau baik-baik saja?" Jungkook khawatir mendengar isakan eommanya.

"Pasien yang eomma maksud sedang berada di rumah sakit. Kau bilang ingin menemuinya bukan? Kau harus datang kemari Kookie dia sedang di rawat."

"Nde eomma, aku akan segera ke sana"

Jungkook yang kebetulan berada di sekitar rumah sakit, langsung sesegera mungkin menuju rumah sakit tempat eommanya bekerja.

Dia sedikit berlari menyusuri koridor rumah sakit. Sembari pandangannya tak henti mencari pintu ruang inap yang di tunjukkan suster padanya.

Setelah menemukan ruang yang di maksud, pandangannya tertuju pada sosok pemuda yang yang tengah duduk di depan ruangan yang akan dia masuki. Pemuda itu menunduk sembari tangannya ia gunakan untuk menopang wajahnya. Jungkook mengenali pemuda itu. Tak banyak berpikir Jungkook segera mendekatinya.

"Seokjin hyung, apa yang kau lakukan di sini? Apa kau baik-baik saja?" Tanya Jungkook.

Seokjin mendongak, dia tau betul siapa pemilik suara itu.

"Kookie Ali... hiks... Ali dia... hiks" Seokjin kesegukan, dia menarik Jungkook dalam pelukannya.

"Hyung ada apa dengan Ali?" Tanya Jungkook, dia merasakan tubuh Seokjin yang bergetar.

"Ali dia..dia sangat lemah Kookie...hiks...dia di dalam sana" Jungkook diam, dia tidak menyangkah bahwa seseorang yang di maksud eommanya adalah Ali.

"Hyung apa yang terjadi padanya?" tanya Jungkook, untuk memastikan.

Jungkook terus memeluk tubuh bergetar Seokjin yang masih setia mengeluarkan air mata.

"Kookie dia mempunyai penyakit leukimia yang sudah akan menginjak stadium akhir" lirihnya.

Seokjin terus menangis melampiaskan semuanya di pelukan Jungkook.

Jungkook hanya diam. Dia tidak menyangkah bahwa Ali, seorang korban bullyan Namjoon dan dirinya memiliki penyakit itu. Karna yang Jungkook tau, Ali bersikap biasa saja seperti tiada beban di dirinya.

Seokjin melepas pelukan Jungkook, saat merasa seseorang keluar dari ruang inap Ali.

"Ali sudah sadar, kalian bisa menemuinya sekarang" ucap dokter Jeon yang di balas anggukan kecil dari Seokjin.

Seokjin segera masuk ke ruang itu, meninggalkan Jungkook dan dokter Jeon yang masih berdiri di sana.

Jungkook yang masih berdiri di depan ruangan Ali hanya terdiam. Dia menatap eommanya dengan tatapan sendu. Dokter Jeon yang melihat hal itu mulai mempertanyakannya.

"Kookie apa yang kau pikirkan?"

"Eomma, pasien yang kau maksud adalah nuunaku di sekolah"

Mendengar perkataan Jungkook, dokter Jeon berusaha tersenyum tipis.

"Kalau begitu kau harus menemuinya ne?" Dokter Jeon menyentuh pundak Jungkook dan segera meninggalkan pria itu.

____________________________________

Voment^^

Mianhae typo bertebaran T_T

'Mianhae' Kim NamjoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang