[N] Chapter 9

1.5K 139 4
                                    

"Oppa mianhae" lirih Ali, dia merasa akhir ini Seokjin hanya mendiaminya.

Ali tau dia bersalah karena sudah merahasiakan hal ini dari Seokjin. Seperti saat ini, Seokjin menyuapinya tapi tidak mengajaknya berbicara sedari tadi.

"Oppa" panggil Ali, mencoba memulai pembicaraan.

"....."

"Oppa" untuk kali ini lebih meninggi.

Merasa di acuhkan, Ali semakin merasa bersalah pada Seokjin.

"Oppa mianhae hiks...oppa mianhae aku bersalah...ku mohon.. hiks.. jangan hukum aku seperti ini..hiks.."

Seokjin bungkam, sebenarnya dia tidak ingin terus seperti ini. Tetapi emosinya yang membuatnya terus seperti ini.

"Mianhae" lirih Seokjin, yang masih bisa di dengar oleh Ali.

"Aniyo oppa, seharusnya aku yang meminta maaf karena sudah menyembunyikan hal ini darimu."

******

Flashback ON

Ali berlari sepanjang koridor dengan tangannya masih setia menyumbat darah yang mengalir semakin deras di hidungnya.

Dia terus berlari tanpa menghiraukan tatapan siswa-siswi yang sempat di lewatinya.

Saat merasa di UKS tiada seorang pun, Ali menghembuskan nafas lega. Dengan segera dia meraih kotak P3K untuk mencari sesuatu yang sekiranya dapat dia gunakan untuk menyumbat darah di hidungnya.

Ali benafas lega saat darah di hidungnya berhenti mengalir.

"Apa hidungku terluka karena bola itu? Tapi kenapa aku tidak merasakan sakit di hidungku."

Ali menghembuskan nafas kasar sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Ku rasa aku akan memeriksakannya sepulang sekolah."

******

"Apa luka di hidungku sangat parah dok?"

"Sebenarnya gejala yang anda alami saat ini bukan karena terluka. Melainkan gejala sebuah penyakit." Ucap dokter Jeon.

"Apa maksud dokter?"

"Sebenarnya menurut gejala-gejala yang anda ceritakan adalah gejala penyakit leukimia atau kanker sel darah putih. Penyakit ini menghambat darah putih dalam melawan infeksi. Sum-sum tulang anda tidak lagi mampu memproduksi sel-sel darah merah yang cukup dan trabosit untuk memasok kebutuhan tubuh. Jadi saran saya anda harus segera mengikuti operasi sum-sum tulang anda untuk segera mencari pendonor yang cocok dan juga anda harus rajin melakukan kemoterapi setiap bulannya demi kesembuhan anda." Jelas dokter Jeon.

"Apa setelah aku melakukan semua itu, kemungkinan besar aku akan sembuh?" Tanya Ali, untuk memastikan.

"Kami belum menjamin soal itu"

"Kalau begitu aku menolak pengobatan itu"

Dokter Jeon menaikan sebelah alisnya heran. Bagaimana tidak, dia baru pertama kali mendengar jawaban pasiennya yang menolak untuk sembuh.

Selama ini banyak pasiennya yang akan menerima pengobatan. Apapun caranya agar mereka dapat sembuh. Tetapi, berbeda dengan sosok gadis muda yang ada di depannya ini.

"Kenapa anda menolak pengobatan yang akan menyembuhkan anda? Apa anda meragukan kami?" Tanya dokter Jeon, dia masih tidak mengerti dengan gadis di depannya.

"Aniyo dok, hanya saja aku tidak ingin hidup bergantung pada alat itu. Aku juga tidak ingin menghabiskan waktuku di rumah sakit. Aku ingin mewujudkan impianku dan juga appa"

Ali mulai berdiri, tak lupa dia menundukkan kepala untuk berterima kasih.

"Aah dokter sebelum aku pergi ijinkan aku memperkenalkan diri. Namaku Ali, kau tidak perlu memanggilku seformal itu ne" ucap Ali, sebelum beranjak dari tempat itu.

Flashback OFF

******

"Kookie, kenapa kau terus di luar? Masuklah, Ali pasti senang melihatmu."

"Ne hyung. Kau akan kemana hyung?" Tanya Jungkook, saat mendapati Seokjin yang akan pergi dari tempat itu.

"Aku harus segera mengurus administrasi Ali. Kau jaga Ali sampai aku kembali."

Jungkook hanya mengangguk tanda mengerti. Setelah merasa punggung Seokjin yang semakin menjauh, Jungkook dengan perlahan masuk kemudian mendapati Ali bersandar di kepala tempat tidur sembari menatap ke luar jendela ruang itu.

Saat merasa Ali tak menyadari keberadaannya, Jungkook berdehem bermaksud mengalihkan pandangan Ali.

Jungkook POV

"Kookie"

Dia tampak terkejut melihatku. Aku mendekatinya dan segera duduk di sisi ranjangnya.

"Nuuna, bagaimana keadaanmu?"

"Em..jauh lebih baik"

Dia tersenyum, nuuna kau pasti berbohong tentang keadaanmu. Aku tau senyum itu di paksakan. Membuat seolah semuanya baik-baik saja. Hah..yang benar saja! Dia sangat menderita saat ini.

"Em..Kookie-ya" panggilnya, dia tampak berpikir sejenak.

"Tolong, jangan beritahukan hal ini pada Namjoon oppa ne?"

Aku menaikan alisku heran. Toh untuk apa aku melakukan itu. Pada dasarnya Namjoon tetap tidak akan memperdulikan Ali walau sudah mengetahuinya sekali pun.

"Arasseo"

Tak lama setelah pembicaraan itu, Seokjin kembali dengan membawa roti.

"Oppa aku ingin roti itu" ucap Ali, dengan mata berbinar.

Aku dan Seokjin hyung terkekeh melihat Ali merebut roti itu dan mulai memakannya lahap.

Aku sadar jika ada pekerjaan yang harus aku selesaikan. Jadi aku bermaksud untuk pergi tak lupa berpamitan pada mereka berdua dan segera berlalu.

******

Author POV

"Oppa aku ingin pulang. Aku ingin ke sekolah untuk bertemu Namjoon oppa" ucap Ali, dengan mata berbinar.

Seokjin menghentikan kegiatan menyuapi Ali sejenak dan mulai menatap Ali tajam.

Ali yang sadar akan tatapan kakaknya itu langsung menatap ke arah lain.

"Aish..Ali-ya kau masih menginginkan pria tower itu?" Dengus Seokjin, dia sungguh kesal jika Ali terus memikirkan orang yang bahkan tidak memperdulikannya sedikit pun.

"Yak oppa! Kenapa kau memanggilnya tower?"

Ali mengerucutkan bibir bawahnya. Dia tidak terima jika Namjoon di juluki tower.

"Memang dia tower, karena dia terlalu tinggi."

"Oppa kau hanya lebih pendek darinya beberapa senti."

Jika kalian bertanya, tinggi Seokjin hanya setelinga Namjoon. Sedangkan Ali, dia hanya sebatas dagu Namjoon.

"Oppa aku ingin pulang" lirih Ali, sembari menyatuhkan kedua tangannya di depan dada. Ali sungguh tidak penyukai tempat ini. Bau obat, suasana, bahkan makanan. Dia hanya ingin pulang.

Melihat Ali memohon, membuat Seokjin menyerah. Dia tidak habis pikir dengan adiknya. Seokjin menghembuskan nafas kasar sebelum berbicara.

"Baiklah, aku akan bicarakan ini pada dokter Jeon."

____________________________________

Voment^^

Mian typo bertebaran T_T

'Mianhae' Kim NamjoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang