'Cincin dan permata. Kedua benda itu sama-sama harta yang berharga namun berbeda'
•
•
Happy Reading...
Ali POV"Hei babo setelah ini kita akan lewat ke jalan mana?" Tanyanya, masih dengan nada dingin miliknya. Sembari mata elangnya tak hentinya fokus pada kemudi.
"Setelah perempatan di depan, kita belok kanan oppa" sahutku, yang masih terus menatap keluar jendela.
Di sinilah Aku, di dalam mobil hitam milik Namjoon. Tidak ada pembicaraan lain kecuali Namjoon yang menanyakan arah tujuannya.
Setelah sudah merasa dekat dengan tujuan, aku menghembuskan nafas kasar. Aku memang sudah berjanji di depan makam orang tuaku bahwa aku akan membawa Kim Namjoon seperti saat ini.
"Oppa kita sudah sampai"
Namjoon menepikan mobilnya dan mulai menatap keluar jendela dengan bingung, karena yang dia lihat saat ini adalah sebuah pemakaman umum.
"Hei babo! kau tidak hanya bodoh tapi juga gila. Kenapa kau membawaku ke..." tanpa memperdulikan komentar Namjoon, aku langsung keluar dari mobil untuk mendahului nya.
Namjoon mulai menyusulku dari belakang. Aku berhenti tepat di depan makam kedua orang tuaku. Sambil duduk aku tersenyum di ikuti Namjoon yang masih memasang wajah kebingungannya.
Jemari lentikku mulai mengusap batu nisan milik eomma. Air mataku masih setia terbendung, karena aku tidak ingin Namjoon melihatnya.
"Annyeong appa, eomma. Aku bermaksud mengunjungi kalian lagi. Tapi untuk kali ini aku tidak sendiri, karena ada seseorang yang ingin ku perkenalkan pada kalian sudah lama. Kim Namjoon, dia adalah orang yang aku cintai." Jelasku, tanpa kusadari air mata turun perlahan dari sudut mataku. Namjoon yang melihat hal itu hanya terdiam menatapku.
Sesegera mungkin aku menyeka cepat air mataku sebelum Namjoon melihat lebih banyak lagi.
"Aah-mianhae oppa, kau boleh mengatakan sesuatu pada eomma dan appa." ucapku, tersenyum tipis. Namjoon berdengus, tanpa aba-aba dia menarik pergelangan tanganku untuk pergi dari tempat itu.
******
Namjoon Pov
'Ck, apa dia sudah gila membawaku ke pemakaman' batinku
"Hei babo! Kau tidak hanya bodoh tapi juga gila. Kenapa kau membawaku ke...ck!" Aku berdecak kesal begitu Ali keluar dari mobil tanpa mendengarku.
Tak banyak berfikir aku segera keluar dari mobil untuk menyusul Ali.
Ali duduk di depan sebuah makam di ikuti olehku yang mulai duduk disampingnya.
Aku menatap foto seorang wanita dan pria yang terpampang di depan batu nisan yang tengah diusap Ali saat ini.
Seorang pria dan wanita yang sudah lanjut usia tengah tersenyum di sana dengan kalungan bunga yang menghiasi foto mereka. Walaupun begitu, mereka masih terlihat cantik dan juga tampan.
Pandanganku teralih pada Ali yang masih menatap makam dengan pandangan kosong.
"Annyeong appa, eomma. Aku bermaksud untuk mengunjungi kalian lagi. Tapi untuk kali ini aku tidak sendirian, karena ada seseorang yang ingin ku perkenalkan pada kalian sudah lama. Kim Namjoon, dia adalah orang yang aku cintai"
'MWO?' Batinku, pandanganku masih tertuju pada sosok disampingku. Menatap tak percaya dengan apa yang baru kudengar dari mulutnya.
'Apa itu sebuah ungkapan?' Batinku.
Pandanganku tertuju pada air mata disudut mata Ali. 'Dia menangis? Apa yang terjadi?' Ini pertama kalinya aku melihat Ali menangis. Yang aku tau Ali selalu tersenyum walau seseorang sepertiku mencoba untuk melukai hatinya.
Entah kenapa, ingin sekali aku menghapus air mata itu. Tapi ku urungkan niatku saat Ali mulai menyekanya dengan kasar.
"Aah-mianhae oppa. Kau boleh mengatakan sesuatu pada eomma dan appa." Ucapnya, tersenyum tipis.
'Hhu, bodoh' batinku, aku berdengus kesal. Tanpa menanggapi ucapan Ali aku menarik pergelangan Ali untuk pergi dari tempat itu menuju mobil. Aku membukakan pintu mobil untuk Ali dan segera memutar tubuhku untuk masuk kepintu kemudi.
"Ada apa oppa?" Tanyanya, raut heran masih terpancar diwajahnya.
"Ck, masih bertanya. Sudah jelas kau bodoh berbicara dengan orang yang sudah tiada" ketusku, tanpa memandang Ali.
"Oppa, walaupun begitu mereka tetap bisa mendengarku di sana. Aku yakin."
"Kalau begitu simpan keyakinanmu itu. Kita akan pergi ke caffe untuk segera menyelesaikan tugas ini. Aku tidak ingin berlama-lama menghabiskan waktu denganmu hanya karena tugas kita belum siap." Jelasku, yang masih memfokuskan diri pada kemudi.
Aku mendengarnya berdengus kesal sembari menyandarkan tubuhnya menatap jendela luar. Aku yang sedari tadi fokus mengemudipun tersenyum dibuatnya.
'Lucu sekali'
******
Author Pov
"Hyung, aku tidak melihat adikmu disini" Tanya seorang pria, sembari pandangannya tak henti menatap sekeliling tempat itu untuk mencari orang yang dia cari.
"Dia baru mengabariku kalau dia akan pulang terlambat karena tugas kelompoknya."Jawab Seokjin, pandangannya masih menatap tv yang menyala di depannya.
"Ooh" pria itu mulai duduk disamping Seokjin.
"Hyung" Panggil pria putih pucat itu.
"Ha?" Singkat Seokjin, dia masih fokus pada acara memasak kesukaannya.
"Lapar" lirih pria itu dengan wajah memelasnya.
"Yak Yoongi! Kau ingin aku meninggalkan acara memasak itu" dengus Seokjin, sembari memukul pelan pundak sahabatnya.
"Wae kau dengan teganya membiarkanku kelaparan" Yoongi mengerucutkan bibir bawahnya.
"Ara tunggulah di sini" ucap Seokjin sebelum berlalu.Yoongi yang mendengar ucapan Seokjin hanya terkekeh kecil.
Yoongi adalah teman sekampus Seokjin sekaligus sahabat. Usia mereka terbilang berbeda beberapa bulan dari Seokjin. Lebih tepatnya Seokjin lebih tua dibandingkan dengannya.
Pria pendek berkulit putih pucat itu selalu datang ke apartemen Seokjin dengan tujuan, ingin bertemu Ali untuk membaca karangan novel maupun cerpen miliknya.
Yoongi dan Ali memiliki hobi yang sama. Maka dari itu Yoongi selalu memohon ke Seokjin untuk mengijinkannya mampir ke apartemen Seokjin. Tapi untuk saat ini, Ali sedang tidak ada di apartemen. Jadi terpaksa Yoongi harus terjebak dengan kakaknya ini.
____________________________________
Vote and coment ne^^
KAMU SEDANG MEMBACA
'Mianhae' Kim Namjoon
Teen FictionAli seorang siswi pendiam, tak pandai bergaul, Selalu gagal dalam setiap mata pelajaran, tentu diam-diam menyukai seorang Kim Namjoon. Siswa terpopuler akan ketampanan dan kepintarannya yang suka membully Ali dan memperlakukan Ali layaknya pesuruh. ...