Bab.5

4.7K 371 4
                                    


"Apa kamu bisa menggunakan senjata yang diberikan Paman?" tanya Zeus saat mobil yang kami tumpangi melaju kencang di jalanan.

Aku meraba rantai gelang yang disangga bulatan menyerupai gelang lengan. Meliuk hingga ke pergelangan tangan, membentuk belitan ular. Aku sudah memeriksanya, ada perekat otomatis yang bisa dibuka dan untuk mengaitkan antara gelang kanan dan kiri.

"Harusnya nggak masalah, panjang kisaran dua meter?"

Zeus mengangguk. "Awas bintang beracun di rambutmu."

Aku mengangguk. Malam ini gaun yang aku pakai terbuat dari bahan lentur mirip air. Tanpa lengan dan panjangnya hanya sebatas dengkul. Aku memakai sepatu but panjang warna hitam hingga mencapai atas paha. Sekilas tidak ada yang aneh dari sepatu jika tidak memeriksa bagian tapak kaki. Rambutku berwarna senada dengan gaun, wig merah panjang bergelombang dengan hiasan bintang besar di samping kanan kepala. Bintang yang bisa kurekatkan di ujung rantai, sebuah senjata mematikan.

Dalam waktu satu jam kami tiba di tempat pesta. Sebuah vila luas di pinggiran kota dan belum banyak penduduk di sini. Saat turun dari mobil, aku lihat Zeus meraih undangan tebal di balik kursi dan kami berjalan beriringan. Sekilas, kami terlihat pasangan tamu yang sempurna. Apalagi Zeus, dengan tubuh tinggi berotot dan wajah tampan. Kujamin akan banyak wanita di pesta yang tergila-gila padanya.

Mataku berkeliling mengamati keadaan tempat pesta. Vila di kelilingi tembok tinggi dengan kawat berduri. Ada banyak penjaga berpakaian hitam berdiri menyebar. Saat Zeus dan aku diperiksa oleh penerima tamu, mataku menghitung cepat, ada sepuluh orang di luar. Berarti lebih banyak lagi di dalam.

Pesta yang ramai tapi berkelas, para tamu wanita datang mengenakan gaun terbaik mereka. Begitu pula para pria. Banyak pelayan berpakaian putih, hilir mudik dengan nampan di tangan. Sementara musik lembut yang menyerupai petikan harpa menghibur telinga para tamu, di antara riuh obrolan mereka.

"Yang manakah Tuan Kim?" bisikku pada Zeus.

Lama tak ada jawaban, kulihat Zeus mengedarkan pandangan ke sekeliling pesta. Lalu dagunya terangkat pelan.

"Laki-laki pendek dengan jenggot putih di sana. Memakai kimono, itulah dia."

Pandanganku tertuju pada Tuan Kim yang sedang berdiri mengobrol. Ada sekitar delapan orang pengawal di sampingnya. Kenapa terlihat mencolok sekali? Apa dia sudah tahu mau diserang?

"Ayo, membaur sebentar," bisik Zeus.

Dia meninggalkanku sendiri dan mulai melangkah ke arah kerumunan beberapa wanita yang sedari tadi memandangnya penuh minta. Aku menyambar minuman dari tangan salah satu pelayan dan melangkah berkeliling. Mencoba menikmati pesta dan menghitung kekuatan lawan. Sekilas kulihat Tristan dengan seragam putih dan nampan di tangan. Rambutnya yang bisa berantakan hari ini tersisir rapi.

Tidak lama Zeus kembali ke sampingku. "Kita ke teras, sebentar lagi dia akan ke sana. Lee akan membuat keributan."

Aku mengangguk, menggandeng lengan Zeus dan berjalan menuju teras rumah yang lebih sepi dari para tamu. Kami berdiri seakan sedang mengobrol. Sementara banyak penjaga berlalu lalang melewati pintu di sebelah kanan dari tempat kami berdiri yang menghubungkan rumah dengan halaman tempat pesta.

Zeus mengeluarkan sesuatu dari dalam krah bajunya. Aku bersiaga dan mulai mencopot gelang rantai secara diam-diam dan merekatkannya menjadi satu. Tidak lama terdengar teriakan panik dan para tamu terlihat kalang kabut.

"Kebakaran!"

"Kebakaran!"

Tuan Kim diapit para penjaganya berjalan tergopoh-gopoh memasuki rumah. Zeus mengerling, aku mengambil bintang di rambut dan melekatkannya di ujung rantai.

"Siapa yang berbuat begitu, pasti ada sabotase." Terdengar teriakan Tuan Kim. "Cepat cari tahu, jangan sampai mereka merusak pestaku!"

Saat kakinya mencapai pintu, matanya melirikku. Kuayunkan rantai ke arah kepalanya, nyaris saja jika dia tidak merunduk.

"Sialan! Berani kalian!" teriaknya marah.

Detik itu pula, anak buahnya datang menyerang kami. Menggunakan rantai di tangan aku menerjang siapa pun di depanku. Mereka tidak tahu jika ujung rantaiku ada bintang beracun. Zeus bertarung dengan pisau kecil di tangan, tak lama dia mendapatkan sebuah pedang yang entah dia rebut dari mana. Sedangkan aku, masih mengandalkan rantai untuk melukai penjaga Tuan Kim yang seakan datang tiada habisnya.

Seorang penjaga berhasil kulumpuhkan, aku mengambil tongkat bisbolnya. Menghantam tubuh atau kepala terdekat.

"Awas!" teriak Zeus saat terdengar letusan senjata tajam.

Sial! Aku merunduk dan berlari ke balik tanaman. Sedangkan Zeus menggunakan tubuh seorang penjaga untuk menamenginya.

Saat kami terdesak, tiba-tiba sebuah trus besar datang dan menghancurkan gerbang. Semua menoleh keheranan. Meluncur turun dari dalam truk, Kingkong dengan senjata di tangan.

"Yang tidak berkepentingan, keluar dari pesta sekarang!" teriaknya.

Aku berguling masuk ke dalam rumah saat Kingkong sedang membalas tembakan mereka. Tugasku adalah mencari Tuan Kim. Aku yakin teman-temanku mampu menhadapi anak buah Tuan Kim yang seakan tidak terhitung. Bau anyir darah bercampur bubuk mesiu menusuk hidung.

Di dalam rumah, langkahku terhenti tatkala melihat seorang wanita dengan kimono dan kipas di tangan menghadangku.

Wajahnya bertato sebagian dan tersenyum sinis.

"Tuan Kim bilang, ada seorang wanita mengejar dan berniat membunuhnya." ucapnya dengan suara yang serak aneh.

Aku menegakkan tubuh dengan tongkat bisbol di tangan kanan. "Lalu, apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanyaku padanya.

"Memberimu pelajaran anak kecil."

Aku merunduk ke lantai saat dia menggerakkan kipas dan banyak jarum keluar dari dalamnya. Aku yakin itu jarum beracun. Tidak dapat melukai kepalaku dia mengarahkan jarum ke arah tubuh dan kaki, kutangkis menggunakan tongkat. Aku bergerak cepat, melompat dan memutar, perlahan mendekatinya dan mengayunkan tongkat nyaris menghantam bahunya. Di melompat ke belakang, mulai memasang kuda-kuda dengan wajah menyeringai bengis.

Kami , dua wanita jauh dari kata rapuh jika terlihat perkelahian. 

DARAH DAN CINTA ELEKTRA ( 18+ ) Tamat.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang