Pukul satu dini hari, kami diturunkan oleh Lee di sebuah bukit kecil. Kegelapan menyelimuti udara. Tidak ada suara apa pun yang terdengar kecuali desau angin menerpa daun. Sepeninggal mobil yang mengangkut aku, Tristan dan Kingkong. Kami melangkah perlahan menyusuri jalan setapak lalu berhenti tepat di kelokan.
"Kalian lihat gedung di sana?" Tristan menunjuk salah satu bangunan yang terlihat menjulang di tengah bukit.
"Bukankah itu rusun?" tanyaku tidak yakin.
"Iya, itu rusun dan dikeliling pagar berduri. Elektra, kamu masuk dari belakang. Aku dari samping dan Kingkong--."
"Dari depan tentu saja," sela Kingkong dengan suaranya yang dalam.
Tristan menggangguk dalam kegelapan. Akhirnya kami memutuskan untuk berpencar. Kukencangkan lagi sarung tangan, memastikan dua pedang panjang di punggungku tersimpan rapi. Ada beberapa jenis senjata yang kubawa malam ini, selain pisau pendek, ada dua buah pistol yang kuselipkan di paha dan tentu saja bintang beracun yang efektif melumpuhkan lawan. Malam ini setelan hitam elastis dengan sepatu but menjadi pilihanku. Setelah memakai kacamata yang khusus dipakai dalam gelap, aku berlari menuruni bukit menuju rusun di depanku.
Pintu pagar belakang hanya dijaga dua orang. Dari tempat dudukku di balik tanaman perdu yang berada tepat di seberang mereka, kulihat keduanya sedang berdiri sambil mengobrol seru. Suara tawa terdengar samar-samar.
"Samping clear!" Suara Tristan terdengar dari headset. Kami semua terhubung satu sama lain dengan Lee sebagai operatornya.
Aku berdiri, menghitung sampai tiga dan berlari mendekati penjaga. Kulemparkan dua bintang beracun tepat mengenai leher dan dada mereka.
"Si-siapa, kau." Salah seorang dari mereka sempoyongan memegang dada dan berusaha mencabut pistol. Kudekati dan menghujam dengan pisau pendek. Sedangkan salah seorang lainnya sudah ambruk lebih dulu.
Setelah memastikan keduanya tak bergerak, aku mendorong pintu. Sebuah gedung tua atau lebih tepatnya rusun terlihat mentereng tapi juga menakutkan. Aneh, tidak ada orang berlalu-lalang di halaman belakang.
"Lee, bisa pantau di halaman belakang? Tidak ada orang di sini." Aku berbicara dengan Lee dari pelantang kecil di krah baju.
Tidak lama terdengar suara Lee menjawab. "Aman Elektra, tidak ada manusia. Masuk dari sisi kanan, ada celah dari sana dari pada melewati gerbang belakang."
Mengabaikan perasaan aneh karena gedung sebesar ini tidak ada satu pun penjaga yang mondar-mandir, aku melangkah melintasi halaman dan mencongkel gerbang belakang. Lagi-lagi tanpa penjagaan sewaktu kubuka gerbang dari besi dengan mudah.
Aku berdiri menghadap lorong panjang dan sepi. Ada ruko yang sudah tutup di sisi kanan dan kiri.Menurut informasi yang kuterima, tempat anak-anak disekap ada di lantai tiga. Entah kejahatan apa lagi yang disembunyikan Gonzales di sini, aku tidak tahu. Melangkah perlahan, kuamati keadaan di sekitar. Terlalu sepi.
Setelah melewati lima ruko, langkahku terhenti. Mendadak terdengar suara derap kaki. Bukan hanya sepasang tapi banyak sekali. Berikutnya suara besi beradu dengan lantai. Tidak lama muncul dari belokan ujung, belasan orang bersenjata tajam. Mereka melangkah cepat sekali menghampiriku. Kucabut dua pedang dari punggung dan bersiap.
"Bunuh, jalang ituh!" teriak seorang yang paling depan dengan parang di tangan.
Mereka berlari menerjang, kuayunkan pedang membabat kepala yang terdekat. Lalu kutekuk lutut untuk menyabet kaki. Kilatan parang melitas di sisi kepala sebelah kanan. Aku berkelit, menegakkan tubuh dan menusuk dua orang yang hendak menusukku dari samping. Darah berceceran dan teriakan kesakitan membelah malam saat kubantai mereka. Tersisa empat orang yang paling kuat gerakannya. Salah seorang berusaha memukulku dengan tongkat kasti, aku mengelak. Kusikut lehernya dan membuatnya terhuyung. Menggunakan kesempatan aku melompat ke atas punggungnya dan menebas leher dua orang yang sedang berusaha memenggal kepalaku. Tanpa perlawanan berarti, kuhabisi dua lagi termasuk si pembawa tongkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARAH DAN CINTA ELEKTRA ( 18+ ) Tamat.
ActionKisah pembunuh bayaran bernama Elektra dan lika-liku hidupnya. Petualangan dalam menyelesaikan misi dari sang tuan dan kisah cintanya.