Happy Reading!
"Wah! Davin, Kevan!" jerit Zyra saat menemuka dua orang cowo yang sedang duduk di bangku taman, "Ternyata kalian mau kencan ya! Sori kalo gue ganggu double date kalian..." Zyra merangkul Davin sebentar lalu duduk di sebelahnya. Sebelumnya Kevan menyuruh Davin untuk datang ke sini untuk menemui Zyra, saat ia mendapat kabar dari Dila bahwa dirinya mengajak Zyra dan juga Qila.
"Double date?" Davin menggeleng, "Kami nggak double date, Cuma tadi Kevan nyuruh gue nyusul ke sini".
"Tetep aja gue nggak enak sama Kevan."
"Nggak apa-apa Zy, gue justru seneng banyak yang ik
ut, jadi rame," Kevan nyengir lebar, Zyra hanya membalasnya dengan senyuman lesu.
Davin menangkap sinyal tak beres dari gadis itu yang terlihat hampa.
"Kenapa kok murung? Masih berantem sama bang Hansol ya gara-gara semalem?"
Zyra mengangguk samar. Davin tepat sasaran. Entah bagaimana Davin dengan mudah mengetahui isi hatinya. Apa wajahnya terlalu mudah di tebak?
"Emang dia marahin lo gimana?"
Zyra tampak meninbang-nimbang, dia tak yakin bahwa Davin akan bersikap netral karena ia sangat dekat dengan Hansol. Namun akhirnya, Zyra memutuskan, "Dia itu... Hahh.." Zyra mendesah kasar, "Dia bilang gue kayak cewek murahan yang suka pulang malem dari bar."
"Beneran?!"
"Dia kelewatan! Padahal kan sebelumnya bunda udah izinin gue pergi kan, gue pulang malem bukan berarti murahan!"
"Ya ampun! Yaudah nanti gue coba telepon dia, kan memang konsernya selesai malam. Dia udah gede tapi nggak bisa di jaga mulutnya...," keluh Davin menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir.
Tapi, wajar saja Hansol semarah itu. Hansol marah begitu karena khawatir pada Zyra, karena ia tidak mau hal yang tidak di inginkan terjadi. Hanya saja cara dia menyampaikan nasihat pada gadis itu salah.
"Nih makan dulu. Gelato untuk gadisku yang cantik!" seru Davin tiba-tiba menyodorkan sebuah cup berisi gelato kesukaan Zyra.
"Sejak kapan gue jadi gadis lo, hah?!" dengus Zyra tak terima.
"Yaudah belom jadi gadis gue, tapi akan..."
"Dih! Nggak sudi!"
∞∞
"Vin, apa nggak apa-apa ninggalin Zyra sendirian gitu? Kasihan tuh..."
Mereka semua memandang ke pinggiran danau, memfokuskan bola mata pada satu titik yang tadinya adalah Zyra. Mereka yakin Zyra sekarang sedang cemberut.
"Ck, kalo kita nggak tinggalin dia sendiri, dia gak bakal mau pulang dan gak bisa nyelesain masalah," jelas Davin seraya menghela napasnya.
"Bener juga sih...," Dila setuju. "Terus tadi kenapa kamu ajak Davin kesini juga?"
"Aku tau Cuma Davin yang bisa nenangin dia," sahut Kevan.
"Dia Cuma perlu waktu sebentar buat nenangin pikiran, Zyra itu keras kepala, gak mau ngalah," jelas Davin.
"Kadang bang Hansol nya juga gak mau ngalah...," gerutu Qila yang membuat mereka semua tertawa.
"Yah, mungkin itu salah satu kesamaan mereka dan itu sama sekali bukan hal yang baik...," sambung Kevan.
"Bener, gak kayak aku yang doyan ngalah," Dila berucap seraya memandang jauh ke depan, di mana hamparan air danau memerah karena senja di sore hari.
Kevan menatap lembut gadisnya yang berada di sebelahnya, mengagumi wajah halus yang tertimpa mentari sore yang terlihat berkilauan. Kevan benar-benar mengaguminya, membuatnya ingin merengkuh tubuh itu. Tapi, ia menahannya karena tak mau dikira kurang ajar.
"Kalo kamu sama aku, aku akan selalu ngalah buat kamu Dil. Jadi jangan pernah ngalah lagi ya...," ucap Kevan tulus, dan Dila membalasnya dengan seulas senyuman.
∞∞
"Zyra! Udah waktunya pulang, lo harus istirahat buat studytour hari minggu!" celoteh Davin yang penyakit cerewetnya keluar.
"Gak mau! Kalo kalian pengen pulang, pulang aja duluan. Gue bisa sendiri kok!" Zyra menolak, memakan cilok yang ditusuk dengan garpu. Mereka sekarang berada di pinggir jalan di mana ada satu pedagang cilok mangkal, mereka memesan cilok untuk mengisi perut karena belum makan malam.
"Gak mungkin gue tinggalin lo sendirian malem-malem gini, Zyra! Gak peduli, habisin ciloknya habis itu kita pulang!" lagi-lagi Davin bercerewet ria.
"Abis ini kita ke mal yuk!" sembur Zyra semangat seraya mengangkat tinggi garpu sampai memercik kea rah Davin Zyra tersenyum lebar, dipaksakan. Setelah melihat mata Davin mendelik lebar ke arahnya, ia menurunkan tangannya, mulai menyuapkan sebuah cilok lagi ke mulutnya dan bersikap seakan tidak pernah melihat tatapan itu.
"Gue pastiin lo pulang setelah ini, habis itu baru gue antar Qila pulang, Oke?"
Qila tertawa tanpa suara, memandangi sikap manis nan lucu kedua sahabatnya. Qila tak menyangka jika Davin begitu perhatian pada Zyra. Sudah beberapa hari ini Davin menunjukkan sikap tegas dan berkharismanya pada Zyra.
Namun hal itu tidak di sadari oleh Zyra, gadis itu terlalu sibuk dengan kekasih virtualnya. Sampai akhirnya tidak menyadari bahwa ada hati yang sudah sejak lama menyimpaan perasaan padanya.
____________________________________
Don't forget like and coment^^
thanks for reading.
coment disini kalian team Zyra&Davin / Zyra&Ken?
tbc
LANJUT?
KAMU SEDANG MEMBACA
ZYRA
Teen Fiction"Bagamaina bisa mencintai seseorang yang tidak nyata?" [ON REVISI]