Happy Reading!
Setelah pemaksaan yang berlebihan─menurut Zyra─dari Davin. Akhirnya Zyra mau pulang ke rumahnya. Davin dan Qila mengantar gadis itu sampai depan rumahnya, memastikan bahwa Zyra sudah masuk ke dalam rumahnya.
Zyra memandang layar ponselnya, tak ada satu pun pemberitahuan di sana. Dia hanya bisa memanyunkan bibirnya serta alis yang semakin berkerut , menunjukkan bahwa mood-nya semakin down. Bagaimana bisa seorang Kenrei tidak mengirimkan pesan pada kekasihnya? Baik! Memang iya, Zyra hanya sebatas kekasih virtualnya, tidak lebih. Tapi, apa tidak bisa menganggap Zyra sebagai orang yang berarti di hidupnya?
Apalagi di tambah dengan malas bertemu dengan Hansol. Entahlah antara marah, kesal, benci, sakit dan tidak tahu harus bersikap bagaimana jika ketemu Hansol. Yang jelas gadis itu belum sudi bertegur sapa dengan saudara kandungnya itu. Masih terbayang jelas di otaknya saat Hansol merendahkan dan membentak kasar lalu meninggalkannya begitu saja dan kini cowo itu tidak mencari tahu keberadaannya.
Baru beberapa ia melangkahkan kakinya memasuki rumah, Zyra menyadari sesuatu hal yang aneh. Bahwa di sekitarnya gelap. Bukan hanya rumsh mereka yang gelap, rumah tetangganya pun juga. Mungkin saja pemadaman listrik bergiliran.
"Gelap banget, mana serem lagi...," rengek Zyra pelan, melirik ke sana –sini mencoba memberikan rasa aman terhadap dirinya."Bunda sama bang Hansol mana sih...," bisiknya paada diri sendiri.
Dengan bantuan penerangan dari ponselnya, Zyra menelusuri tangga menuju lantai dua. Tidak ada tanda-tanda satu orang pun. Zyra memutuskan untuk memeriksa kamar Hansol, namun nihil. Dia tak menemukan sosok Hansol di kamarnya.
Zyra hendak menutup pintu kamar Hansol, namun gerakannya terhenti ketika sekilas matanya menangkap bayangan menyeramkan, sesuatu di sana, berdiri di dekat balkon kamar dengan baying-bayang hitam. Mulanya Zyra ingin menjerit karena mengira itu adalah sosok makhluk ghaib penunggu rumahnya. Tapi saat cahaya ponselna menyinari sosok itu. Zyra menyadari bahwa itu adalah Hansol.
Zyra melangkah ragu, makin mendekat dia makin menyadari bahwa itu benar-benar Hansol, "Bang Hansol?" tanyanya.
Lelaki itu mengangkat kepalanya pelan, wajahnya tampak kaget melihat kehadiran Zyra yang kini memandanginya dengan keheranan.
"Gue cari lilin dulu," Zyra hendak berbalik.
Grepp!
Hansol meraih tangan Zyra dan dalam satu hentakan menariknya mendekap gadis itu erat.
"Bang Hansol...," Zyra melirih.
Zyra membatu dalam pelukan Hansol. Dia melupakan sesuatu. Kenapa Hansol bersikap seperti ini? Bukankah kemarin ia membentak dan memaki Zyra?
Zyra ragu untuk mengangkat tangan yang setengahnya terkungkung oleh lengan Hansol. Berusaha menepuk-nepuk pelan punggung Hansol dengan lembut. Hanya saja dia ingin melakukannya. Jujur saja, karena hatinya sedikit terganggu melihat abangnya seperti ini.
Zyra mengeryitkan alisnya ketika seluruh penerangan tiba-tiba kembali berfungsi, menyinari seluruh penjuru ruangan hingga suasana kembali terlihat terang menderang.
Ragu-ragu Zyra berbisik, "Bang, lampunya udah nyala. L-lo ngapain sih..."
Spontan Hansol mengangkat kepalanya untuk memeriksa sendiri, dan tanpa di duga justru Hansol hendak beranjak dari tempatnya tanpa berniat mengatakan apa pun pada adiknya.
Zyra merasa tertampar, segera rasa kesal dan marahnya kepada Hansol yang tadi terlupakan kini kembali karena sifat menyebalkan Hansol. Kenapa dia tak ingin pulang cepat, tak ingin bertatap muka dengan Hansol, bertemu dengan Hansol.
"Gitu? Setelah lo kemarin bentak-bentak gue, terus tadi meluk gitu aja dan sekarang lo mau pergi?" ucapnya berhasil membuat Hansol berhenti, menatap Zyra dan kembali menyandarkan tubuhnya ke dinding.
Mata itu mengintimidasi Zyra, kemarahan dan emosi masih terlihat di sana. Zyra tidak menyerah, hanya balas menatapnya geram. Menggambarkan mimik kesal di wajahnya.
"Setelah bentak bentak gue, ngatain gue kayak cewe murahan, setelah itu abang meluk Zyra tanpa mengatakan sesuatu?"
Zyra melempar ponsel yang di pegangnya ke dada Hansol. Berusaha menyalurkan sesak yang mengganja di dadanya.
"Apa di mata abang gue itu gampangan? Iya? Jawab bang!"
Hansol mengubah tatapannya yang sadis itu ketika melihat cairan bening mengaliri pipi titus Zyra.
"Dek..."
"Apa? Mau minta maaf? Harus berapa kali abang bilang 'maaf' tapi nyatanya udah ngebentak Zyra. Abang tau gue gasuka di bentak. Tapi, bisa nggak abang nganggep gue lebih baik dari sekedar itu, bukan kayak cewek mur−"
"Psst! Nggak, lo gak gitu dek..." Hansol menghentikan kalimat Zyra, dia tak sanggup jika adiknya harus mengingatkan apa yang dilakukannya. Itu akan menyakiti hati adiknya sendiri. Rasa bersalah itu semakin dalam menggali dadanya.
Isakan Zyra pecah saat Hansol mendekapnya. Harusnya Zyra bisa menolak kasar, memukul atau bahkan mendorong Hansol agar melakukannya atau membuatnya makin sakit.
"Gue minta maaf... abang mohon jangan nangis lagi..." Hansol mengusap surai Zyra, "Salah abang kemarin...salah gue."
"Bentak aja lagi, abis itu minta maaf terus...dasar bego!" isak Zyra kecil karena tertutup bahu Hansol, menyumpahi abangnya bego sama sekali tidak membuatnya takut, dan Hansol sama sekali tidak mempermasalahkan.
"Makasih dek..."
"Makasih? Untuk?"
"Udah maafin gue," sahut Hansol seraya tersenyum.
Zyra mendengus kesal, "Najis! Gue belom maafin lo ya..."
Hansol terkekeh karena ucapan Zyra, ia merasa bahwa sikapnya keterlaluan terhadap adiknya. Tapi hanya itu lah, salah satu cara untuk melindungi adik satu-satunya itu.
"Yaudah, gimana nanti setelah lo pulang dari jogja, lo ikut gue ke Amsterdam? Sekalian liburan di sana...," tawar Hansol.
"Serius bang? Tapi kok lo tau kalo gue bakal ke studytour kesana?"
"Davin tadi telepon, dia juga yang buat gue sadar bahwa sikap gue keterlaluan. Selama ini gue hanya takut lo kenapa-napa dek. Gimana, call?"
"Call!" teriak Zyra semangat.
Mereka berdua masih di tempat yang sama. Bersandar di salah satu sisi dinding kamar Hansol. Mereda emosi satu sama lain, berusaha mengerti satu sama lain. Hansol berusaha melindungi adiknya bagaimana pun caranya, walaupun cara dia salah. Namun, Zyra berusaha mengerti dan memaklumi sikap abangnya. Karena semua itu, demi kebaikan dirinya sendiri. Tapi bagi Zyra, Hansol tetaplah abang yang menyebalkan, bodoh, dan sangat sarkas!
: : : :
GUYSSSSSSS!!!!!!! PART JOGJA NIH, SPOILER DIKIT NIH. BERARTI TANDA NYA ZYRA BAKALAN..........
APA HAYOOOO
WKWKWKWKWK.
TUNGGUIN TERUS UPDATE-AN NYA.
JANGAN LUPA VOTE! Hargailah AKU SETIDAKNYA GUYS DAN BIAR SEMANGAT UPDATE:))
THANK YOU
TBC
LANJUT?
KAMU SEDANG MEMBACA
ZYRA
Teen Fiction"Bagamaina bisa mencintai seseorang yang tidak nyata?" [ON REVISI]