1. Ikut Papa🍎

175 43 23
                                    

╭━─━─━─━─≼✯≽─━─━─━─━╮
         
Hidup masih berlanjut meski orang yang kamu sayang hilang.

╰━─━─━─━─≼✯≽─━─━─━─━╯

Happy reading...

Seminggu setelah kepergian ayahnya, kehidupan Didi berubah. Ia tidak memiliki semangat untuk hidup sekarang. Ia sudah seperti mayat hidup, Wajahnya pucat, tubuhnya seperti tidak bernyawa.

"Makan dulu, Di." Suruh Rosa yang baru saja masuk ke kamar anak sulungnya, sambil membawa nampan berisi bubur dan air putih.

"Didi kenyang, Ma." Ujar Didi tiduran sambil memainkan handphonenya, melihat video dan poto-poto kebersamaannya dengan ayahnya.

"Kamu belum makan dari kemaren, ayo makan sayang." Kata Rosa membujuk anaknya itu.

Rosa menaruh nampan itu dinakas, lalu duduk dipinggir ranjang anaknya mengambil ponsel yang sedang anaknya perhatikan dari tadi.

"Bukan hanya kamu yang sedih ditinggal papa disini, tapi Mama sama Tata juga." Ujar rosa. Matanya menyiratkan kesedihan tetapi ia tidak menangis dan malah tersenyum.

"Cepet makan. papamu bakalan sedih kalau liat kamu kayak gini." Ucap mamanya sambil mengelus lembut puncak kepala Didi.

"Bangun, mama suapin kamu!" perintah mamanya.

Didi menurut, ia bangun dan makan beberapa suap bubur kemudian minum.

"Udah, Ma. Didi udah kenyang." Ucap Didi.

Rosa tersenyum, "Sayang, disini bukan cuma kamu yang sedih dan merasa kehilangan. Mama sama Tata juga sedih, ikhlasin papa. Dia udah tenang disana." Ujar Rosa memberitahu anak sulungnya dengan lembut.

"Buruan kamu mandi, terus turun kebawah. Hidup masih berlanjut meski orang yang kamu sayang hilang." Rosa mengatakan itu sambil tersenyum, kemudian keluar dari kamar anak sulungnya itu.

Kini Rosa sudah berada di ruang makan, sibuk membereskan meja.

"Mau kemana kamu, Tata?" tanya Rosa melihat Tata turun dari tangga berpakaian rapih.

"Main." Jawab Tata sekenanya.

"Kerjaan kamu cuma main ya, papa kamu barusan pergi kamu malah seneng-seneng." Ceramah Rosa kepada anak bungsunya.

"Terserah." Ucap Tata kemudian berjalan meninggalkan ruang makan.

"Dasar, anak nggak tau diuntung!" teriak rosa naik darah.

Jedor

Suara pintu terdengar keras.

"Dasar anak durhaka!"

"Kenapa, Ma?" tanya Didi yang barusan turun dari tangga yang menghubungkan kamarnya dengan lantai bawah.

"Itu adik kamu," jawab mamanya dengan wajah berapi-api.

"Jangan terlalu keras ke Tata, Ma." ucap Didi memberi saran, sambil duduk dikursi ruang makan.

"Adik kamu nakal, nggak bisa dikasih tau baik-baik." Kata Rosa masih emosi.

"Oh ya... kamu mau lanjut sekolah kemana, Sayang?" tanya Rosa, sekarang nadanya lembut.

"Terserah mama aja." Jawab Didi sekenanya.

"Kok terserah mama sih, kan kamu yang mau sekolah." Ujar Rosa sembari mengupas buah apel.

"Ya terserah mama aja, pilihan mama pasti pilihan yang bagus buat Didi." Ucap Didi sambil tersenyum.

KontrizonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang