"GUE SELALU DIEM SELAMA INI... LO SELALU GANGGU GUE, RUSUHIN IDUP GUE, MALU-MALUIN GUE, LO SELALU LAKUIN HAL YANG LO MAU. GUE MASIH SABAR, TAPI SEMAKIN KESINI LO MAKIN NGGAK TAU DIRI, DITO!" Bentak Didi emosi.
"Gue minta maaf, gue nggak bakal malu-maluin lo lagi. Sekali lagi gue minta maaf." Dito tak menyangka Didi akan mengatakan ini, apalagi ini di depan umum dan hanya karena apel? Perasaannya sekarang benar-benar campur aduk. Dito pergi meninggalkan kantin.
Didi kini sadar dengan apa yang barusan ia ucapkan. Perasaannya campur aduk. Orang-orang berbisik-bisik, bahkan menyindir Didi. Dan Menatap Didi tak suka. Tetapi Didi tak peduli, ia hanya memikirkan apa yang barusan ia lakukan. Ia tidak berniat mengatakan itu tadi, tapi dirinya lepas kontrol lantaran emosi.
"Dito dah cabut?" tanya Bika yang barusan menghampiri Didi. Didi hanya diam, tatapannya kosong. Bika tak tau orang-orang sedang menatap sinis Didi.
"Lo kenapa sih?" tanya Bika tak mengerti.
"Kelas aja yuk, udah mau bel." Ajak Didi terburu-buru risih dengan orang-orang yang menatapnya tak suka.
"Masih lama, Gue masih laper." Ucap Bika tak mau.
Didi bangkit dan menarik tangan Bika. Ia segera berjalan ke kelasnya.
---
"Loh, kok udah masuk aja, biasanya lima belas menit setelah bel lo baru masuk, Cong..." kata Pian heran, "nggak ngapel?" lanjutnya bertanya.
"Nggak." Jawab Dito malas, ia segera duduk dikursinya.
Juanda yang sedang memainkan ponselnya lantas menaruhnya, "kenapa?" tanya Juanda ikut heran.
"Nggak—papa." Jawab Dito singkat.
Juanda dan Pian saling menatap tak mengerti. Tak biasanya Dito seperti ini.
"Lo kenapa, Cong?" tanya Hans serius kali ini, "cepet cerita," lanjutnya.
Dito memperhatikan wajah sahabatnya ini satu persatu. Lalu ia menceritakan semuanya yang terjadi di kantin.
"Udahlah, Cong. Santai aja mungkin dia lagi pms jadi gitu," Respon Hans menenangkan.
"Kayak nggak tau cewek aja, marahkan tandanya sayang." Ucap Pian sambil tertawa jahil.
"Masa nyerah, sia-sia perjuangan lo selama ini." Juanda ikut angkat suara karena Dito berniat berhenti mengejar Didi.
"Seorang Acong masa nyerah cuma digituan doang," Hans menggoda Acong sambil tertawa kecil.
Semangat Dito kini kembali menyala.
"Masa digituin aja gue nyerah." Ucap Dito membuat sahabat-sahabatnya tersenyum sekilas lalu menyemangati.
"Semangat."
"Nah itu baru cowok." Ucap Hans senang.
🍎🍎🍎
Sore ini Didi hanya rebahan di kamar sambil bermain ponsel. Ia terus mengecek roomchat-nya. Biasanya terdapat banyak sekali pesan dari nomor yang berujung 525, Sudah bisa dipastikan itu nomor Dito. Didi merasa ada yang mengganjal setelah kejadian di kantin tadi dengan Dito.
Hari biasanya Dito selalu menghampirinya ketika kelas selesai, tetapi untuk hari ini tidak. Didi merasa bersalah karena tadi ia mengatakan hal yang mungkin tidak seharusnya dikatakan. Didi berniat untuk meminta maaf besok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kontrizon
Storie d'amoreAKU MENANTANG KAMU UNTUK MEMBACA CERITA INI, MEMASUKAN CERITA INI KE DALAM LIBRARY & STAY IN THIS STORY HINGGA TAMAT!!! BERANI TERIMA TANTANGANKU? COME ON TEMAN... Delidi Ambita Britanita, kerap dipanggil Didi oleh orang sekitar. Gadis pendiam tetap...