3. Pangeran Kebaikan🍎

116 39 9
                                    

╭━─━─━─━─≼✯≽─━─━─━─━╮
         
Carilah teman dimana engkau dihargai, bukan hanya dibutuhkan. Lebih baik tidak mempunyai teman daripada harus berteman dengan orang yang diam-diam ingin menjatuhkan.

╰━─━─━─━─≼✯≽─━─━─━─━╯

Happy reading...

Kalian mulai baca jam berapa nih?

Oke-oke

Happy reading, Friend...

Kegiatan belajar-mengajar mulai berjalan teratur hari ini, setelah melakukan kegiatan MPLS tiga hari berturut-turut.

Bel istirahat SMA Merah Putih berbunyi sejak lima belas menit yang lalu. Didi kini berada di taman sekolah. Ia duduk anteng ditempat duduk semen yang terdapat di bawah pohon beringin sekolahnya, ditemani dengan susu kotak cimory rasa coklat juga sebungkus kerupuk seblak tak lupa sebuah apel di sana. Ia memiringkan benda pipih sambil berceloteh sendirian sedari tadi. Memainkan game WormsZone yang booming dikalangan anak remaja beberapa waktu lalu. Didi sangat menggemari game itu walau sekarang sudah tidak banyak yang memainkannya.

Sudah tiga hari sekolah di SMA Merah Putih, tetapi Didi belum mendapatkan seorang teman. Ia terlalu pemilih dalam berteman. Katanya buat apa teman kalau hanya fake friend, ia mencari teman yang dimana ia merasa dihargai bukan hanya dibutuhkan saja. Baginya lebih baik tidak mempunyai teman dibandingkan harus berteman dengan orang yang diam-diam ingin menjatuhkannya.

"Anjirlah lo, ngerebut makanan gue dari tadi." Didi kembali berceloteh.

"Liat aja lo, nahkan... kan... mampus lo maen-maen sih lo sama gue. Udah tau dimaenin itu sakit, masih aja mainin gue." Ucap Didi yang sedari tadi geram menatap layar ponselnya.

"Eh anjir, kenapa lagi cacing nih satu ngikutin gue, dasar sialan ya lo makanan gue direbut mulu!" Didi mulai emosi.

"Liat aja lo bentar lagi," ujar Didi tersenyum miring.

"Nah kan, mati kan lo hahaha..." Celoteh Didi sambil tertawa lepas hingga cacingnya menabrak cacing lain hingga saat berikutnya layar ponselnya memunculkan tulisan Kesempatan terakhir. dan kemudian terpampang tulisan Game usai!

"Dih, sialan lo ya!" kesal Didi lalu mematikan layar ponselnya dan menaruhnya disaku.

Tangannya kini bergerak memakan kerupuk seblak dengan tenang, tidak merasakan kepedasan sama sekali. Kemudian beralih kesebuah apel. Bagi Didi apel adalah segalanya. Ia sangat menyukai apel. Ketika ia sedih, gelisah ataupun senang pun selalu ada apel disisinya. Apel seolah mempunyai daya tersendiri untuk membuatnya sedikit tenang.

Didi memperhatikan sekitarnya. Ia melihat siswa-siswi berlalu lalang, ada juga yang mojok pacaran.

Mata Didi kini terfokus pada lelaki yang sedang sibuk membuka lembaran-lembaran kertas didepan ruang osis. Terlihat dengan sengaja cewek yang berada di depan cowok itu menabrak lengan cowok itu, sehingga kertas-kertas itu berhamburan kemana-mana.

"Eh sorry, gue nggak sengaja." Ucap cewek yang menabrak itu memelas.

Cowok itu hanya diam saja. Didi masih memperhatikannya sambil memakan apelnya. Setelah apelnya habis ia membuang sisa gigitannya sembarang kemudian berjalan menuju ruang osis, dimana cowok dan cewek itu masih memunguti lembaran kertas.

Didi ikut membantu memunguti kertas itu setelah selesai ia memberikannya kepada cowok itu.

"Mbaknya, sengaja ya nabrak." Tuduh Didi kepada gadis berambut ombre merah itu. Bukan menuduh sih tapi emang kenyataannya begitu.

KontrizonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang