Hallo guys...
How are you?
Masih nungguin cerita ini nggak? Aku sangat berharap masih.
Cerita ini emang gaje, tapi aku akan terus menulisnya hingga cerita ini tamat.
Ini part paling panjang. Jadi sabar ya bacanya... Aku harap kalian nggak marah karena terlalu panjang. Harusnya malah seneng sih.
╭━─━─━─━─≼✯≽─━─━─━─━╮
Terkadang kepedulian seseorang tidak dapat dilihat oleh mata tapi bisa dirasakan jiwa.
╰━─━─━─━─≼✯≽─━─━─━─━╯
Oke,Fokus
Pencet bintang pojok kiri
Dan happy reading guys...
Bel pulang berbunyi. Siswa-siswi bersorak senang ketika pelajaran hari ini usai. Mereka membereskan alat tulis ke dalam tas masing-masing. Dan keluar kelas berhamburan menuju parkiran sekolah.
Lagi-lagi Dito menghampiri Didi ke dalam kelasnya. Didi berdecak malas ketika melihat Dito yang barusan saja memasuki kelasnya yang sudah sepi.
Didi berjalan keluar kelas dan diikuti oleh Dito dari belakang. Didi berjalan hendak ke toilet terlebih dahulu agar Dito berhenti mengikutinya.
"Mau kemana?" tanya Dito melihat Didi hendak pergi.
"Toilet." Alibi Didi.
"Ngapain?" tanya Dito lagi.
"Setau lo toilet fungsinya buat apa?" Didi bertanya balik.
"Nggak tau." Jawab Dito polos.
Didi pergi ke toilet dan Dito mengintilinya di belakang. Didi masuk ke dalam toilet, Dito menunggunya di luar sambil berdiri. Didi berada di dalam kamar mandi cukup lama, berharap Dito pergi meninggalkannya.
"Di," panggil Dito dari luar.
"Anjir, tuh anak nggak pergi-pergi." Kesal Didi.
Tak mau buang-buang waktu lagi, Didi akhirnya keluar dari toilet karena ia yakin bahwa Dito akan terus disana ketika ia belum keluar. Dito mengikuti Didi dari belakang.
"Pulang bareng yuk." Ajak Dito sambil berjalan menjajarkan langkahnya dengan Didi.
"Nggak." Didi menolaknya.
"Sekali ini aja," rayu Dito, "ayolah."
"Gue bilang nggak, ya nggak." Tolak Didi tegas.
Dito masih merayu. Satu tangan Dito meraih tangan Didi, "sekali aja kamu mau aku anterin pulang gitu..." mereka berhenti.
"Lo ngerti bahasa manusia nggak sih?" Didi melepaskan tangannya dari tangan Dito.
"Ayolah..." Dito memohon.
Didi berjalan keluar dari pekarangan sekolah. Dito berlari menuju parkiran kemudian keluar melewati gerbang sekolah. Ia melihat Didi sedang menunggu angkot.
"Mending pulang sama aku aja, Di. Gratis tidak dipungut biaya." Ucap Dito masih duduk di atas motornya.
"Gerimis, Di... buruan naik!" benar rintik hujan mulai turun. Dengan segera Didi menaiki motor besar Dito dengan terpaksa. Dito tersenyum senang melihat itu. Ia menatap spionnya dan melihat wajah Didi yang cemberut. Dito dengan kelajuan tinggi membawa motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kontrizon
RomansaAKU MENANTANG KAMU UNTUK MEMBACA CERITA INI, MEMASUKAN CERITA INI KE DALAM LIBRARY & STAY IN THIS STORY HINGGA TAMAT!!! BERANI TERIMA TANTANGANKU? COME ON TEMAN... Delidi Ambita Britanita, kerap dipanggil Didi oleh orang sekitar. Gadis pendiam tetap...