Menjadi pegiat literasi atau pendiri taman bacaan masyarakat dan sebagainya adalah bagaimana kita mengkampanyekan budaya membaca. Meski arti literasi sangatlah luas pemaknaannya tentu saja hal yang paling mendasar adalah tentang arti makna literacy dari bahasa Inggris, yaitu kemampuan membaca dan menulis.
Lalu bagaimanakah ketika kita ikut larut dalam sebuah gerakan literasi, mengkampanyekan literasi seperti taman bacaan masyarakat/TBM atau perpustakaan jalanan sementara kita sendiri tidak doyan kepada bahan bacaan meski sudah terfasilitasi baik online maupun offline, secara online kita dapat mengakses melalui ebook atau konten-konten bacaan yang berseliweran di sosial media. Begitupun offline seperti buku, koran, majalah dan lain sebagainya. Atau jangan-jangan itu semua cuma sebatas retorika saja.
Lantas, masih pantaskah kita disebut pegiat literasi?
Dalam sebuah tulisan yang pernah saya baca menyatakan bahwa: "bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat malas membaca buku atau media cetak lainnya. Berdasarkan penelitian UNESCO, hanya 1 orang dari 1.000 orang Indonesia yang punya minat baca serius."
Dan masih banyak lagi artikel-artikel yang bisa kita baca tentang rendahnya minat baca bangsa ini, dan celakanya itu juga berlaku bagi kita sebagai pegiat literasi yang selalu sibuk mengkampanyekan budaya membaca, melapak buku, terkadang buku-buku hanya kita jadikan pajangan dikamar kita tanpa sekalipun ada niat untuk membacanya.
Sebagai relawan Gerakan Perpustakaan Anak Nusantara (GPAN) Reg. Lamongan saya sendiri merasakannya, sibuk mengkampanyekan membaca tapi diri sendiri malas membaca, disitulah saya merasa berdosa membiarkan buku-buku menjadi pajangan dirak-rak ruangan, mengabaikan orang yang telah menyumbangkannya yang kita tidak pernah tau bagaimana mereka mengumpulkan buku tersebut.
Berbekal perasaan bersalah itu saya selalu mencoba meluangkan waktu untuk membaca meski terasa berat di tengah rutinitas kesibukan kuliah sambil bekerja paruh waktu.
Salah satu cara saya mensiasatinya adalah :
1. Niatkan untuk belajar dan belajar
Niatkanlah setiap apa yang kita baca untuk belajar, belajar dari ketidaktahuan kita, belajar dari kebodohan kita, niat belajar untuk menjadi tahu dan bisa berbagi kepada yang belum tahu, intinya niat yang baik agar apa yang menjadi niat kita tumbuh tidak menjadi sia-sia. Syukur-syukur bisa bermanfaat untuk orang banyak.
2. Memilih buku bacaan yang kita sukai
Dengan memilih buku yang kita sukai akan memberikan semangat rasa ingin tahu kita bertambah misalnya kita adalah orang yang senang dengan petualangan seperti saya maka buku yang saya pilih adalah buku yang isinya membahas petualangan bisa majalah dan lain sebagainya saya pribadi biasanya suka membaca buku survival atau majalah national geogrphic dan sebagainya yang berkaitan dengan dunia petualangan.
Atau apapun sesuai selera kita jika kita suka film Korea Pastika membaca yang berkaitan tentang Korea, jika kita suka memasak pilihlah buku-buku tentang resep memasak. Intinya berkaitan dengan minat dan apa yang menjadi ketertarikan kita.
3. Menjadwal waktu membaca disetiap hari 15 — 30 menit
Dengan menjadwal waktu membaca minimal 15–30 menit bahkan lebih setiap hari diwaktu yang kita inginkan bisa dipagi hari, ketika mau tidur atau kapanpun sesempat waktu yang kita miliki secara rutin kita akan semakin terbiasa membaca.
4. Menjauhkan Handphone ketika membaca atau mematikan paket data
Sering kali ketika membaca kita tidak fokus karena membaca kita barengi dengan melayani pesan atau sekedar melihat notifikasi pada hp kita, selain kita tidak mendapatkan isi dari buku atau bacaan yang kita baca hal ini juga menjadikan kita mager untuk membuka lembaran buku berikutnya, malah bisa jadi segera menutup buku dan lebih memilih main hp, untuk itu jauhkan hp dan matikan paket data ketika hendak membaca agar bisa fokus membaca.
Nah itulah salah satu kiat saya untuk supaya terus rajin membaca meski tentu saja terkadang rasa malas kerap menggandoli, apa kalian punya tips supaya menjadi lebih rajin membaca?
Dan tentu saja bisa saling berbagi dan mengisnpirasi kepada teman-teman lainnya.
Dan akhirnya sebagai pegiat literasi tentu saja tugas kita bukan sibuk hanya mengkampanyekan membaca tanpa ada niat dari diri kita untuk ikut serta membaca, sudah sepantasnya nilai-nilai keliterasian kita terapkan pada pribadi kita sebagai agen perubahan, contoh bagi yang lainnya. Dengan begitu semoga kita tumbuh menjadi agen yang konstruktif dan berwawasan luas.
Jangan cuma selfie saat acara buka lapak buku atau foto cover bukunya doang lalu di-upload di media sosial, tapi tidak pernah baca buku apalagi menulis buku. Jadi tunggu apa lagi? Simpan HP mu dan buka bukumu sekarang!
KAMU SEDANG MEMBACA
Literasi Digital
Non-FictionKesadaran dan Analisa Literasi Masa Kini Selesai: 33 Judul Proses: 6 Judul