Aku termenung lagi. Mataku masih terjaga lagi. Di bangunan empat lantai dengan sunyi. Sepi. Cahaya bulan.
Tadi pelantikan berjalan lancar. Dan sekarang aku resmi. Menjadi lurah pondok.
Hati dan fikiranku tak henti membayangkan kepemimpinan mbak salamah. Mampukah aku? Bisa kah aku seperti beliau?
Tapi tetap saja, bukan hal itu yang menjadi alasan mengapa mata ini masih terjaga. Kang misbah lah yang menjadi alasan. Mungkin aku jatuh cinta.mungkin ini yang dinamakan cinta.Akan kuceritakan tentang kang Misbah.
Muhammad Misbahul Anam adalah nama lengkap beliau. Beliau sudah delapan tahun dipondok. dan dua tahun menjabat sebagai lurah pondok. Kang misbah kulitnya tidak putih. Tidak juga hitam.sawo matang. Tinggi. Lumayan kurus -kebanyakan tirakat- begitu kebanyakan santri putri berkomentar. Rambutnya tebal. Ada jenggot sedikit dijanggutnya. Rahangnya kokoh. hidungnya mancung. Matanya sendu. Pakaiannya selalu rapih. Berkopiah hitam. Suaranya berat tapi lembut.
"ada yang ingat minggu kemarin tentang bab apa? " tanya kang misbah.
Hari itu.hari rabu. Minggu kemarin.
Kelas hening. Dan semua Menatap aku. Seolah olah berkata "jawab dong peh. Kemarin bab apa? "
"syurututtayamumi kang" ahirnya lagi-lagi aku yang menjawab. Kang misbah tersenyum. Mungkin dalam hatinya berkata "Ahirnya ada yang ingat juga pelajaran kemarin."Aku tidak pernah lupa bab apa kemarin. Karena memang tidak bisa lupa semua tentang kang misbah.
Semua memang selalu seperti itu. Memberikan aku dan kang misbah untuk bertatap mata. Seolah-olah mereka tahu isi hatiku. Entah mereka tahu dari mana. Padahal aku dan kang misbah tidak pernah mengobrol kecuali di dalam kelas bertanya dan menjawab tentang pelajaran. Tidak saling tegur sapa selain itu.
"cocok sekali peh" komentar farah saat melihat aku dan kang misbah tidak sengaja jalan berdampingan.
Komentarnya buat hatiku melonjak senang. Tapi tidak dengan kang misbah. Dia tetap tenang.biasa saja. Aku tahu kalau kang misbah tidak mempunyai perasaan yang sama denganku.Aku tidak tahu, aku mencintainya atau sekedar kagum akan sosok kang Misbah. Yang aku tahu, jantung ini selalu bergetar hebat kalau hari rabu, selalu ingin tampil baik ketika dihadapannya.
Banyak sekali alasan kenapa kang misbah menjadi primadona disini. Khususnya di hatiku. 'ilmunya, cara mengajarnya, suara merdunya ketika melantunkan ayat-ayat suci alqur'an atau saat bersholawat, sifat solednya terhadap para santri putra, sifat kalemnya, selalu menundukkan kepala terhadap santri putri, cara bicaranya. Dan masih banyak lagi alasan. Menurutku hanya ada satu orang seperti kang misbah..
"peh, tidur.. Sudah jam berapa ini? " mba fitri, keamanan pondok biasa keliling ketika jam menunjukan pukul 01.00 memastikan semuanya baik-baik saja.
"iya, mba" aku tarik selimutku sampai dada lalu memaksakan memejamkan mata.Aduuhhh... Semangat lagi down. Imanjinasi lagi ilang.terbang entah kemana! 😔
Semoga bisa selesein tulisan pertamaku ini..
KAMU SEDANG MEMBACA
Syarifah
Romance"Dan ternyata aku benar mencintainya. Mencintainya sejak pertama bertemu" pria itu tersenyum menghembuskan nafasnya, tangannya menutup album photo yang sudah mulai kusam. Menaruh kembali di laci mejanya. Dia senderkan punggungnya.matanya menerawang...