Hati

98 4 0
                                    

Ketika kedua hati sudah saling mencintai, maka apa yang bisa menghalangi antara kedua hati untuk bersatu?

Malam ini sudah malam ke tujuh najwa tidak tidur bareng sahabatnya di aula. Setiap malam tiba demamnya belum saja turun akibat kehujanan seminggu lalu. Alhasil dia perlu tidur di kamar. Karena kamar lebih tertutup dari angin malam berbeda dengan aula yang benar-benar terbuka.

Najwa belum bisa tidur. Dia berbaring di atas kasurnya dengan memering ke kanan. Tangannya memainkan pulpen. Berharap bisa segera memejamkan mata. Tapi gagal. Dia bangun dari tidurnya. Duduk lalu berdiri melangkah menuju jendela. Dia membukanya lalu mendongak menatap langit luas. Memikirkan seseorang yang memberinya jaket tadi siang, kang misbah.

"Rasa ini semakin nyata,
Ya Allah, Lantas salahkah jika aku mencintainya?
Ada apa dengan mu? Kenapa tidak mengatakan sesuatu apapun,saat kita hanya berdua?aku tahu dari tatapanmu, kau mencintaiku! Tapi mengapa kau terus saja membisu???
Haruskah aku yang memulainya?" najwa memejamkan matanya, ada sedikit rasa sakit dan jengkel di hatinya mengingat seseorang yang selalu menjadi alasan mengapa dia tidur larut malam.

Dia menutup kembali jendela kamarnya, melangkah menuju kasurnya kembali. Sebelum dia berbaring dia mengambil jaket kang misbah yang sudah di lipat rapih di lemarinya. Dia membuka lipatannya. Memandang jaket. Dia membayangkan jaket yang ada di tangannya di pakai oleh siempunya.
Dia tersenyum. Lalu melipatnya kembali. Saat melipat, tangannya merasakan Ada kertas di saku jaket. Langsung dia merogoh saku jaket. Benar ada kertas. Satu lembar kertas yang terlipat.

Dia buka perlahan. Tulisannya rapih. Sudah ada yang agak luntur karena tercuci. Dia membacanya.

"jika ada yang bilang rembulanlah yang paling indah. Maka bagiku senyummulah yang lebih indah. Tapi ada persamaan antara keduanya. Hanya bisa dipandang dan dikagumi. Tidak untuk dimiliki. Karena keduanya sama-sama sangat jauh.kau hanya akan ada di hati selamanya N"

najwa segera melipat kembali kertas yang ada di tangannya. Tulisan itu tulisan kang misbah. Dan mengapa saat dia membacanya merasa tulisan itu tertuju padanya. Hanya karena akhir tulisan terdapat inisial N?

dia berbaring di kasurnya memaksakan mata untuk segera tidur,karena besok hari rabu. Besok dia harus masuk kelas.

***

Siangnya najwa masuk kelas bareng farah dan zahra.
"kang, ini jaketnya. Terimakasih"najwa menyerahkan jaket pada kang misbah. Kang misbah menerimanya. "oh ya fah. Sama-sama"
Mereka di koridor tidak hanya berdua. Ada farah dan zahra. "hmm kang, aku nemu kertas di saku jaket. Maaf. " kata najwa.
Kang misbah langsung merogoh saku jaketnya. Dia ingat kertas itu. Rasa malu terlihat dimukanya "oh" hanya itu yang keluar dari mulut kang misbah.

"aku sudah membacanya kang.sekali lagi Maaf. Dan aku tahu itu tulisan kang misbah. Kalau boleh tahu, senyum siapa yang kang misbah maksud?" najwa sebenarnya tidak berani bertanya seperti itu. Dia tahu itu bukan haknya. Tapi rasa penasaran mengalahkan segalanya.

"bukan, bukan siapa-siapa. Iseng nulis aja fah. Iya" terlihat kaget dari raut muka kang misbah.
"kenapa persamaannya dengan rembulan? Tidak dengan sesuatu yang mungkin dapat diraih dengan mengejarnya? " najwa masih menyelidik. Kang misbah Menatap najwa yang sudah menatapnya dari tadi.Farah dan zahra hanya terdiam. Tidak mengerti apa yang mereka omongkan.

"aku balik ke asrama dulu fah.permisi" kang misbah meninggalkan mereka bertiga.dan menyisakan pertanyaan di hati najwa.
"tulisannya gimana emang fah? "tanya zahra. Menatap najwa. Penasaran.
"bukan apa-apa.yuk balik " kali ini dia belum ingin bercerita pada dua sahabatnya.

SyarifahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang