malam panjang

109 3 0
                                    

Malam ini tidak ada menatap langit luas dengan bintang-bintang serta rembulan. Hanya menatap langit kamar dengan pandangan yang buram.

                            ***
Malam ini malam pertama setelah delapan bulan najwa tidak pulang ke rumah,tahun ini adalah tahun terakhirnya di pondok.dia sibuk persiapan UN kelulusan. Sibuk dengan jabatan yang saat ini dia emban. Sibuk kejar hatam dan muroja'ah untuk tasmi' 30juz nya. Andai saja kakak iparnya baik-baik saja, Dia tidak ada sedikitpun keinginan pulang di tahun ketiganya dipondok.

Seperti biasa, Najwa sulit untuk memejamkan matanya. Padahal dia sudah berbaring di atas kasur dari tadi. Dia menatap langit-langit kamarnya. Memeluk guling di dadanya. Dia teringat surat yang ada di kantong jaket kang misbah. "kenapa di bagian terakhir puisi itu ada huruf N? Mungkinkah N itu adalah aku?Najwa? Kalau memang aku, kenapa kang misbah membuat perumpamaan rembulan? Seakan-akan memang tidak bisa dimiliki? Padahal kang misbah pun pasti tahu,bahwa namanya sudah bertempat spesial di hatiku" najwa tak bisa berhenti memikirkannya. Matanya menerawang. Terbayang jelas senyum kang misbah saat dikoridor sekolah. Najwa tersenyum mengingatnya. Dia sungguh jatuh cinta pada kang misbah. Tepat saat najwa senyum-senyum, ummi masuk kamarnya. "Najwa? Kamu belum tidur nak? "
"eh. Iya, belum mi"najwa bangkit dari baringnya,dia duduk. Membiarkan rambut panjangnya terurai. Lalu ummi duduk di samping putrinya. "bener kata abi, gadis ummi makin cantik. Terlihat dewasa. kenapa najwa senyum-senyum sendiri? " umminya menggoda. Tersenyum melihat najwa salah tingkah.
"eh. Nggak mi"
"heeyyy nak. Kamu lupa ya, kalau ummi nggak bisa dibohongi? Ayo sekarang cerita sama ummi. Alasan kenapa kamu tengah malam senyum-senyum sendiri" umminya memencet hidung mancung najwa.
"ok. Ok. Najwa kalah dari ummi" najwa mengangkat kedua tangannya. Menyerah. Dia akan menceritakan tentang kang misbahnya.

"mi... "
"iya"
"hmmm gimana ya ngomongnya"
"tinggal ngomong. Kok bingung? "
"itu, hmmm ummi kenal abi di mana? " tanya najwa.
"ummi kenal abi saat sudah sah menjadi istri abi" ummi menjawab. Tak mengerti kenapa anaknya tiba-tiba bertanya demikian.
"eh? Masa mi? Ummi sama abi belum pernah kenal sebelum menikah? " najwa menegakkan punggung dalam duduknya. Tangannya bergerak menguncir rambutnya.
Ummi mengangguk "belum pernah"
Ummi memperbaiki posisi duduk "tapi abi romantis. Sering membuat puisi untuk ummi. Kata-kata nya manis sesuai perlakuan abi terhadap ummi. Dan abi berhasil meluluhkan hati ummi" ummi tersipu.
"puisi, ummi? " najwa baru tahu kalau abi ternyata pandai bikin puisi.
"iya, tapi ngomong-ngomong. Kenapa tiba-tiba najwa bertanya tentang ini? " ummi menatap najwa.
Sunyi.
"owalaahh.. Gadis ummi sedang jatuh cinta rupanya? "ummi tertawa. Najwa semakin tersipu.
"siapa nama pria itu nak?ceritakan ke ummi" jari ummi menyingkap poni najwa. Menaruhnya di belakang telinga.
"namanya misbahul Anam,ummi.beliau lur_"
"kau tidak menyebutkan marganya, najwa? " ummi memotong. Tersenyum.
Najwa menggeleng "kang misbah memang tidak mempunyai marga mi"
"apa maksudmu, nak? " ummi menatap najwa. Membenarkan letak kerudung bergonya.
"iya mi, kang misbah ahwal. Tidak mempunyai marga" najwa mencoba menjelaskan.
"ahwal? Lupakan saja dia,Najwa" ummi menatap najwa. Intonasinya serius.
"apa mi? Lupakan? Tapi mi, najwa belum cerita. Ummi belum kenal kang misbah. Kang misbah itu sholeh mi. Sungguh" hati najwa sudah mulai kacau. Apa maksud ummi, langsung menyuruhnya melupakan kang misbah?sedangkan dia belum bercerita tentangnya pada ummi.
"lupakan nak, dengarkan ummi, buang jauh-jauh perasaanmu itu, najwa" ummi serius,menatap tajam mata najwa.
"tapi mi, kenapa? " najwa bertanya lirih. Suaranya bergetar. Dia menunduk.
"lihat ummi, nak" telapak tangan ummi mengangkat wajah najwa.
"kamu itu seorang syarifah. Kau tahu apa itu syarifah nak? Syarifah adalah panggilan yang di khususkan untuk perempuan dzuriat rosul. Keturunan nabi Muhammad SAW"
Najwa diam. Dia sudah mengerti tentang itu, lalu apa hubungannya dengan harus melupakan kang misbahnya?
"lantas apa masalahnya? " ummi bertanya, Seakan-akan tahu isi hati gadisnya.
"syarifah itu berbeda dengan sayyid atau habib yang boleh saja menikahi hareem ahwal. Nak... ketika seorang syarifah menikah dengan laki-laki ahwal, maka dzuriatnya dengan nabi terputus saat itu juga. Dan itu membuat Nabi kecewa, membuat siti fatimah az zahra menangis tersendu. Kau tega membuat manusia nomor satu,kekasih Allah, datuk kita kecewa? Tidak mungkin bukan? " ummi menatap najwa yang semakin menunduk.
Najwa sudah terisak dalam duduknya. Mengapa cintanya sungguh rumit? Mengapa dia dilahirkan sebagai syarifah? Yang kemudian tidak bisa menikahi seorang ahwal seperti kang misbah yang sangat ia cintai? Dia memang mencintai Nabi, tapi dia juga mencintai kang misbah. Mungkin Nabi memaafkan. Karena kang misbah adalah orang yang baik,sholeh.
"nak, kita adalah orang-orang yang beruntung. Di tubuh kita, mengalir darah Rosululloh.kita harus menjaga darah itu. Dengan cara tidak memutuskan dzuriat. Kita bersyukur. Karena kitalah yang sudah dijamin SyurgaNya karena syafaat dari datuk kita. Maka jangan kau membuatnya kecewa. Apa kau mau putuskan darahmu dari Rosululloh?apa kau mau membuang keistimewaan itu? " Najwa mengangkat wajahnya. Mengusap air matanya. Dia tidak mau memutuskan darah dengan Rosululloh.dia sangat merindukan datuknya. Dia memang sangat mencintai kang misbahnya, tapi dia tidak mungkin membuat Nabi kecewa melihatnya. Dia teringat perjuangan Nabi berdakwah. Lika-liku menyebarkan agama Allah. Segala cobaan yang datuknya alami. Terbayang betapa mulia akhlaq datuknya. Najwa lebih sangat mencintai datuknya. Rosululloh. Dia tidak mungkin membuang keistimewaan yang ada dalam dirinya.
Ummi mengusap puncak kepala najwa"kalau memang kang misbahmu orang yang sholeh, maka dia tidak akan pernah menikahimu, nak. Sedalam apapun cintanya pada mu. Karena dia juga mencintai Rosululloh.Dia pasti tahu kalau seorang syarifah yang menikah dengan ahwal. Maka terputus dzuriat syarifah tersebut dengan datuknya. Dia tidak mungkin membuat Rosululloh kecewa karena keinginannya. Karena dia pasti lebih mencintai Allah dan Rosululloh" ummi mengangguk. Tersenyum. Mencium kening najwa, lalu melangkah meninggalkan kamar najwa.
Najwa menatap punggung ummi yang meninggalkannya.
Begitu kah maksud puisimu kang? Kau memang mincintaiku kang misbah, tapi tidak bisa memilikiku.. Aku akan berusaha menghapus rasa ini.
Najwa melepaskan kunciran di rambutnya. Membiarkan rambutnya kembali tergerai. Dia merebahkan tubuhnya. Menarik selimut sampai dada. Memaksakan matanya untuk terpejam. Mulai sekarang dia mengerti, dia akan selalu berusaha menghapus perasaannya. Meski tidak yakin dia bisa soal itu. Perih melintas di hatinya,air matanya kembali membasahi wajah cantiknya. ia sudah terlalu dalam mencintai kang misbahnya.

Teman-teman terimakasih sudah mampir...

Baca tulisan yang ke dua ku juga ya...

Tulisan ke duaku sebuah cerpen saja. Tidak lumayan panjang seperti "syarifah"

SyarifahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang