kakak ipar

77 3 0
                                    


"eh, adek mas ada di rumah? " seorang lelaki dengan santai memasuki kamar yang memang tidak di tutup.
Najwa menengok "eh. Iya mas" dia berdiri bangkit dari ranjang, lalu mencium tangan lelaki itu.

Laki-laki itu melangkah.duduk di ranjang tepat disamping mbak nafis yang masih menunduk. Lengan satu ditaruhnya dibelakang bahu wanita disampingnnya.

"lihat aku sayang" tangan satunya meraih dagu wanita itu. Mereka bertatapan. Laki-laki itu kini bisa memandang jelas wajah wanitanya. Menatap matanya. Sembab. Laki-laki itu tersenyum. Jarinya mengusap air mata yang masih tertinggal dipipi wanita dihadapannya. "masih nangis saja, udah dong sedihnya. Kan matanya jadi jelek" laki-laki itu tersenyum mencoba menghibur istrinya.

Wanita itu malah tertunduk kembali "apa kamu nggak sedih mas? " wanitanya bertanya tanpa menatapnya.
"sedihlah sayang. Massa nggak? " laki-laki itu menjawab.
Wanita disampingnya mendongak. Menatap suaminya yang kini memeluknya.
Laki-laki itu menatap istrinya "tapi coba ikhlash ya sayang... Jangan larut-larut dalam kesedihan. Karena semua adalah kehendak Allah"
"susah... " jawab wanita itu lirih.
"ikhlashin sayang. Ntar gampang kita bikin lagi" bisiknya. laki-laki itu tertawa membenamkan istrinya dalam dekapan dada bidangnya.mencium puncak kepala istrinya.
Wanita itu tersenyum dalam dekapan suami. Mencoba melepaskan diri dari pelukan laki-laki itu. "mas.. Lepasin" laki-laki itu melepaskan pelukan. Dengan muka Pura-pura cemberut .menyatukan kedua alis tebalnya. "kenapa emang? "
Wanita itu tersenyum malu menunjukan dengan melirik ke arah najwa. Adik iparnya. Yang sedari tadi hanya senyum senyum melihat dua sejoli.
"ok. Ok. Maaf. Najwa keluar sekarang" najwa masih tersenyum.
Laki-laki itu bangkit. Memeluk dan mencium pipinya "makasih adek mas sudah mengerti..mas juga kangen banget sama kamu dek" laki-laki itu tertawa melepas pelukannya. Najwa merasakan perut kakaknya yang sudah mulai buncit. Dia tersenyum. Najwa memang sudah kelas tiga sma saat ini. Tapi kakaknya masih saja menganggapnya anak kecil. Selalu memanjakannya.
"Halllaaahh" najwa memutar bola matanya. Pergi meninggalkan badan jangkung kakaknya .

Diluar kamar,najwa masih mendengar di balik pintu. Suara kakaknya yang berusaha menghibur mbak nafis dan sesekali terdengar tawa mbak nafis menyahut. Najwa tersenyum "ini hikmahnya. Mas royyan semakin romantis" dia turun ke bawah. Ingin berbincang dengan umminya. Dia kangen.

Ummi masih duduk di sofa. Dengan alquran ditangannya. Setiap sore. Selama abi mengajar di pondok. Maka ummi menunggu abi dengan bermuroja'ah.
"mi, abi belum selesai? " najwa duduk di samping ummi.
Ummi menutup alqur'an ditangannya "belum, mungkin sebentar lagi"
Najwa mengangguk.
"sudah ketemu mbakmu? " tanya ummi
"sudah mi. Sekarang lagi bareng mas royyan. Jadi najwa keluar takut ganggu hehehe" dia tersenyum mengingat saat mas royyan memeluk dan mencium mbak nafis.
Ummi tersenyum "alhamdulillah,masmu jadi lebih banyak di rumah,jadi mbakmu ada temennya terus"

"Assalamu'alaikum " laki-laki usia enam puluhan. Badannya tinggi besar. Kulit putih bersih. Hidung mancung.memakai gamis putih. Juga dengan tongkatnya.
"Wa'alaikumslam " Najwa dan ummi berbarengan menjawab.lalu bangkit. Mencium tangan abi.

Abi. Ummi. Najwa sudah duduk di sofa. Abi dan ummi menceritakan kronologis yang menimpa mbak nafis.jadi saat mbak nafis hamil memang sudah kesepakatan untuk pindah kamar. Menempati kamar najwa yang berada di bawah untuk sementara selama hamil. Tapi ternyata mbak nafis nggak betah. Pengennya di atas saja. Kamar sendiri. Lalu dituruti sama mas royyan. Balik kekamar mereka. Suatu malam. Mba nafis haus.tiba-tiba pingin ice cream. Lalu turun kebawah. Tadinya mau minta tolong sama mas royyan. Tapi mba nafis tidak tega membangunkannya. Saat menurunin tangga,mba nafis oleng. Efek masih ngantuk mungkin.Dan mba nafis tidak sempat menjaga keseimbangan. Akhirnya jatuh yang menyebabkan pendarahan.

"semua atas izin Allah. Maka kita harus belajar untuk mengikhlashkannya, begitu bukan Najwa?" abinya menengok ke arah najwa.
Najwa mengangguk. Tersenyum.
"MasyaAllah gadis abi kok makin cantik mi? " abi memang bertanya pada ummi. Tapi menatap ke arah najwa. Tersenyum.
Najwa ikut tersenyum membuat merah wajahnya. "masa bi? Biasa aja"
Abi memang sering memuji semua anaknya. Berbeda dengan ummi. Yang hanya kalau Benar-benar patut dipuji. Maka ummi memuji.

Abinya mengangguk "iya, kayaknya ada aura berbeda karena ada yang mau disimak 30juz ini mi" abi beralih mengangguk menatap ummi.
Ummi tersenyum"Aamiin.insyaAllah"
"najwa belum hatam bi"najwa serasa malu kalau sudah mengungkit hafalan alqur'an nya.
"iya kan. Sebentar lagi"kata abi.
"iya. Aamiin" najwa menjawab.
"bagaimana kabar kyai Sahal,najwa?" abi bertanya.
"Akhir-akhir ini beliau sering sakit bi" najwa teringat sudah lama, abah tidak datang ke aula pondok untuk menerima hafalan.
"Innalillahi, beliau orang yang sholeh. Semoga Allah segera menyembuhkan segala sakitnya" kata abi yang langsung diAamiini oleh ummi dan najwa.

"ya sudah, abi mau ke kamar dulu. Bentar lagi adzan maghrib"abi bangkit meraih tongkatnya melangkah menuju kamar.di susul ummi.

SyarifahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang