Jalanan di tepi Sungai Arno cukup ramai oleh para turis maupun penduduk lokal. Dari kejauhan, jembatan tertua, Ponte Vecchio, terlihat memancarkan cahaya dari puluhan lampu. Perpaduan cahaya itu terlihat artistik. Sementara itu, permukaan Sungai Arno pun membiaskan cahaya lampu-lampu yang berpijar terang, membentuk satu kesatuan berwarna keemasan menakjubkan.
"Kota yang indah," gumam Darren sembari melangkah pelan di sisi Alesha. Matanya sibuk memandangi bangunan menjulang tinggi dengan jendela berbentuk kotak. "Rupanya kau cukup pintar mencari tempat untuk melarikan diri."
Alesha menghentikan langkah, berdiri menatap Darren dengan kesal. Malam ini terpaksa ia mengikuti keinginan Darren untuk berjalan-jalan di sekitar Sungai Arno. Itu lebih baik daripada harus terkurung berdua di dalam kamar. Ia tidak ingin mengambil risiko jika Darren tiba-tiba saja ... emmm ... menciumnya, misal.
"Ayolah, Alesha. Apa kau hanya akan terdiam sepanjang malam dan melewatkan keindahan kota ini?" Darren tersenyum, memasukkan telapak tangan ke dalam saku mantel berwarna hitam yang dikenakannya.
Ah, alihkan tatapanmu, Alesha! Atau dalam dua detik ke depan kau akan terjatuh ke dalam pesona pria tampan di hadapanmu!
Baiklah, tidak mudah bagi Alesha untuk berpaling dari wajah berahang tegas yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu. Demi apa, wajah tampan itu kini terlihat lebih dewasa dan berkharisma jika dibandingkan dengan setahun lalu. Lalu mata hazel yang selalu menjadi daya tarik tersendiri. Abaikan itu, Alesha! Ingat, saat ini kau masih marah padanya!
"Alesha ...." Darren menyentuh dagu mantan istrinya. "Aku mencintaimu."
Aku mencintaimu! Entah sudah berapa kali Darren mengatakan itu dalam sehari. Terdengar seperti nyanyian merdu.
Namun, tolong, Alesha tidak ingin mendengar itu sekarang! Ia butuh waktu untuk menata hatinya kembali. Seandainya saja kata cinta dari Darren terucap satu tahun lalu, mungkin semuanya akan berbeda.
Perlahan, Alesha menepis tangan kokoh itu. Mata cokelatnya menatap Darren tajam. Tatapan yang sulit diartikan. Entah ia merasa senang, sedih, terkejut, atau justru terluka. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas, tersenyum samar.
"Jangan katakan apa pun," ucapnya datar.
Tubuh indah wanita itu berbalik, berdiri menghadap Sungai Arno. Jemarinya berpegangan pada dinding pagar pembatas setinggi satu meter. Ia menyapukan pandangan pada bayangan lampu-lampu yang berpijar terang di permukaan air.
Darren menghela napas kasar. Rupanya tidak mudah mencairkan hati yang telanjur membeku. Tubuh berbalut dress ketat berwarna marun dan dilapisi mantel cokelat itu bergeming, terpaku oleh malam nan dingin.
Alesha terlihat lebih kurus, tidak seperti saat terakhir kali Darren melihatnya. Kata Signor Romano, wanita itu sering melewatkan jam makan. Darren meremas rambut kesal, semua ini salahnya.
"Katakan apa yang harus aku lakukan agar kau bisa memaafkanku." Darren beranjak ke sisi Alesha, menoleh dan memaksa wanita itu tenggelam di dalam mata hazel-nya.
"Apa kau tidak punya topik pembicaraan lain?"
"Sekalipun jika syaratnya aku harus berenang menyeberangi sungai ini, aku akan melakukannya untukmu, Alesha. Aku rela melakukan apa pun meski nyawa menjadi taruhannya."
"Kau konyol, Darren!" hardik Alesha. Cairan bening mulai mengambang di pelupuk mata. Ia mendongak dan membalas tatapan Darren.
"Kenapa? Kau takut kehilanganku, kan? Aku tahu kau mencintaiku."
"Aku tidak pernah mengatakan aku mencintaimu!" Wanita itu menyibak rambut panjangnya.
"Mulutmu memang tidak pernah mengatakannya, tapi matamu tidak akan pernah bisa berbohong!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Husband
Romance✨ 244 Days to Hurt You - Book 2 ✨ Saat memulai hidup baru, Alesha kembali bertemu dengan Darren, dan kembali tenggelam dalam pahitnya masa lalu yang seharusnya telah ia lupakan. *** Setelah melewati 244 hari penuh penderitaan, menjauh dari Darren ad...
Wattpad Original
Ada 7 bab gratis lagi