PULAU TERATAI, INDONESIA
Pria berbadan tegap itu mengerjapkan mata. Tubuhnya terbaring di sofa kulit berwarna hitam, menggeliat. Suara gaduh di luar sana sangat mengganggu tidur siangnya.
"Tidak! Jangan letakkan kaktus itu di lantai. Durinya yang tajam bisa membuat seseorang terluka jika tidak sengaja menginjaknya. Lebih baik diletakkan di atas meja." Suara wanita itu terdengar nyaring, sibuk mengatur letak pot kaktus.
Astaga, tidak bisakah volume suara itu dikurangi? Leon butuh suasana tenang untuk melanjutkan tidur siang.
"Tolong bawa pot sansevieria ke ruang tamu! Tanaman itu bisa menyerap karbon dioksida, dan ruangan akan terbebas dari polusi udara!"
Oh My God, vila ini terletak di tepi pantai yang belum terjamah tangan-tangan kotor manusia. Dan wanita itu sibuk mempermasalahkan polusi udara. Serumit itukah hidup yang dijalani?
"Tidak! Jangan tanam bibit melati di dekat mawar. Rumpun mawar lebih tinggi daripada melati. Itu akan membuat melati tidak akan terlihat."
Leon menggeram. Masih dengan posisi berbaring di sofa, ia menyibak tirai jendela ruang tamu. Dari sana ia melihat punggung seorang wanita, berdiri di halaman vila sebelah.
Rambut panjangnya bergerak tertiup angin. Tubuhnya dengan lincah bergerak ke sana kemari, sibuk mengatur letak beberapa pot berisi bermacam-macam bunga.
Siapa wanita itu? Hampir setahun Leon tinggal di sini, belum pernah sekali pun ia melihat kehadiran wanita asing itu. Menurut pengurus vila, pemilik vila sebelah adalah seorang pria tua asal Italia.
Jangan-jangan wanita itu simpanan si pria tua! Astaga, berpikir positif, Leon! Bisa jadi wanita itu merupakan anak atau kerabatnya. Atau bisa juga seseorang yang sedang menyewa vila untuk berlibur. Namun, hal ini belum pernah terjadi sebelumnya.
"Aku sudah tiba di sini sejak semalam, Signore." Wanita itu berbicara dengan seseorang di telepon. "Vila ini sangat indah. Sepertinya aku akan betah tinggal di sini. Aku sedang menata taman untuk memperindah suasana."
Leon mengacak rambut frustasi. Tinggal di sini? Bertetangga dengan wanita berisik itu? Astaga! Ketenangan hidupnya akan segera berakhir hari ini juga. Mungkin, setelah ini, suasana tenang vila mendadak menjadi bising oleh teriakan wanita yang entah berasal dari mana.
Setahun lalu, Leon memutuskan untuk membeli vila ini. Alasannya karena lokasinya berjauhan dengan letak perkampungan penduduk. Di tanah luas itu hanya dibangun dua buah vila yang letaknya bersebelahan.
Bangunan-bangunan vila lain berjarak sekitar dua ratus meter, itu pun terhalang oleh hutan cemara di sekelilling vila.
Baiklah, Leon! Jika kau tidak menyukai kehadiran tetangga barumu, maka abaikan saja! Anggaplah vila sebelah itu masih tidak berpenghuni. Mudah, bukan?
Lain halnya dengan Leon yang tengah merutuk di dalam hati, tetangga barunya justru sedang tersenyum seraya sibuk memberikan pupuk pada rumpun mawar.
"Biarkan saja Darren membabat habis seluruh rumpun mawarku. Aku bisa menanamnya lagi." Alesha menggerutu.
Hari pertama di vila, nama Darren masih mendominasi otaknya. Menyebalkan. Alesha datang ke tempat ini untuk melupakan semua tentang Darren. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Sejak ia terbangun dari tidur, bayangan wajah Darren yang pertama kali muncul di dalam imajinasinya.
Oke, sepertinya Alesha harus mengalihkan perhatian pada hal-hal positif. Melukis, membaca novel, bermain game di ponsel. Apa pun itu, asalkan bayangan Darren menjauh dari otaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Husband
Romance✨ 244 Days to Hurt You - Book 2 ✨ Saat memulai hidup baru, Alesha kembali bertemu dengan Darren, dan kembali tenggelam dalam pahitnya masa lalu yang seharusnya telah ia lupakan. *** Setelah melewati 244 hari penuh penderitaan, menjauh dari Darren ad...
Wattpad Original
Ada 5 bab gratis lagi