Tubuh Alesha menggigil di sebuah lorong gelap. Berhari-hari ia terjebak di tempat asing tersebut. Setiap detik, kesendirian itu selalu menjadi momok menakutkan.
Alesha benci gelap ... benci kesendirian ... benci ketika rasa sakit itu bertubi-tubi merasuk ke dalam jiwa. Yang paling menakutkan, ia tidak mengingat siapa dirinya!
Mama! Papa! Aku mohon, jangan biarkan aku sendirian di sini! Aku takut, Ma! Tolong tunjukkan jalan keluar dari tempat menakutkan ini!
"Selamat pagi, Rose!" Suara bariton itu menggema di penjuru lorong.
Alesha seperti seorang tahanan yang akan dieksekusi mati oleh seorang algojo. Ia merapatkan tubuh ke dinding yang dingin dan lembap.
Rose? Siapakah Rose? Apakah dia tidak sendirian di sini? Lalu suara siapa itu?
Napas Alesha terengah-engah. Rasa takut semakin mendominasi. Namun, perlahan hatinya menghangat saat merasakan seseorang menggenggam tangannya seraya mengelusnya dengan lembut.
"Bagaimana kabarmu hari ini? Kapan kau akan bangun? Apa tidak bosan tertidur seperti ini?"
Lalu, sebuah kecupan mendarat di punggung tangannya. Jadi, ia tidak sendirian di lorong gelap ini? Siapa pria itu? Ah, siapa pun dia, yang jelas pria itu telah membuat Alesha merasa nyaman.
Berhari-hari, pria itu satu-satunya orang yang menyapa setiap saat. Selebihnya, hanya dengungan-dengungan tidak jelas dan membuat Alesha merasa sakit kepala.
"Selamat pagi, Rose!"
"Selamat siang, Rose!"
"Selamat malam, Rose!"
Sapaan yang akan dilanjutkan dengan berbagai celotehan menarik. Pria ini sangat menyenangkan. Tunggu dulu! Pria ini selalu memanggil namanya dengan sebutan Rose!
Jadi, namaku Rose? Baiklah ....
Pria asing itu tidak pernah bosan mengajaknya berbicara meski Alesha tidak pernah membalas setiap kalimatnya. Tenggorokannya tercekat, tidak bisa mengucap satu patah kata pun.
Tidak masalah. Mendengar suara bariton yang selalu ceria itu, sisi lain Alesha merasakan sesuatu yang berbeda. Terlebih, saat suara itu berucap, "Aku ... mencintaimu, Rose."
Seketika, hatinya menghangat. Pria itu mencintainya? Ah, tetapi Alesha sama sekali tidak bisa membuka hati untuknya.
Alesha merasa ada seseorang yang sudah telanjur menguasai hatinya terlebih dulu. Entah siapa, dan entah di mana. Sekuat apa pun Alesha mencoba mengingat, tetapi ia tidak menemukan jawaban. Bagaikan sebuah teka teki, atau potongan puzzle yang tidak lengkap.
Hari ini, entah kenapa pria itu tidak datang lagi. Alesha merasa kesepian. Apa pria itu mulai bosan berbicara sendiri? Ke mana dia? Alesha bosan sendirian!
Sepertinya Alesha telah ditinggalkan. Samar-samar, ia melihat sesosok tubuh tinggi tegap di kejauhan. Itukah pria yang terbiasa menemaninya? Alesha pun berlari, berusaha mengejar sosok asing itu. Namun, pria itu berjalan menjauh, semakin jauh ... dan Alesha merasa lelah.
Akhirnya, Alesha menemukan seberkas cahaya di ujung lorong. Ia berjalan semakin mendekat, berusaha menggapai cahaya yang menyilaukan mata.
Alesha mengerjap. Ia telah berhasil keluar dari lorong gelap itu. Menemukan dirinya terbaring di sebuah ruangan asing serba putih.
"Anda sudah sadar, Nona?"
Tidak! Itu bukan suara pria yang beberapa hari ini menemaninya di lorong gelap. Ia seorang wanita berpakaian serba putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Husband
Romance✨ 244 Days to Hurt You - Book 2 ✨ Saat memulai hidup baru, Alesha kembali bertemu dengan Darren, dan kembali tenggelam dalam pahitnya masa lalu yang seharusnya telah ia lupakan. *** Setelah melewati 244 hari penuh penderitaan, menjauh dari Darren ad...
Wattpad Original
Ini bab cerita gratis terakhir