Wattpad Original
Ada 2 bab gratis lagi

Part 9 - Accident

93.8K 4.7K 648
                                    

Alesha mengempaskan tubuh ke sofa, menyentuh dada yang terasa sesak. Aroma matcha itu membuatnya kembali teringat pada Darren.

"Rose, kau baik-baik saja?" Untuk kesekian kali Leon mengetuk pintu.

"Pergilah, Leon! Aku ingin sendiri!" Alesha berteriak sembari mengusap sudut mata yang berair.

"Aku tidak mungkin meninggalkanmu dalam kondisi seperti ini! Bukankah kita teman? Sesama teman harus saling berbagi, kan?" Leon kembali mengetuk pintu. "Ayolah, buka pintunya! Jika kau belum bisa bercerita, tidak masalah. Tapi setidaknya izinkan aku menemanimu."

Entah kekuatan apa yang membuat hati Alesha luluh dan akhirnya membuka pintu untuk Leon. Pria itu menghela napas lega. Kekhawatirannya pada Alesha terlalu berlebihan.

"Jangan pernah menyimpan bebanmu seorang diri. Aku akan selalu ada untukmu."

Tidak bisa berkata-kata, Alesha memeluk Leon. Menumpahkan tangis di dada bidang pria itu. Selama ini, ia selalu menangis seorang diri. Namun, kehadiran Leon perlahan membuat ia merasa nyaman untuk membagi beban perasaan.

Leon mendekap Alesha dengan erat, dan setitik warna mulai muncul di hati pria itu. Antara senang karena Alesha memercayai keberadaannya, dan sedih seolah ia bisa merasakan rasa sakit di hati wanita itu.

"Aku membenci semua ini!"

"Meski aku tidak tahu apa permasalahanmu, tapi aku bisa merasakan rasa sakit di hatimu. Jangan bersedih lagi, aku ada untukmu, Rose." Ragu, tetapi akhirnya Leon memberanikan diri untuk mengecup puncak kepala Alesha, menghirup aroma mawar yang memabukkan.

Alesha berucap di sela tangisnya, "Terkadang aku berpikir, kenapa Tuhan tidak membuatku hilang ingatan saja agar aku bisa melupakan semua kenangan pahit ini?"

"Kau tidak boleh bicara seperti itu." Leon melepaskan pelukannya. Kedua tangannya menyentuh pundak Alesha. "Semua masalah pasti ada jalan keluarnya."

"Tapi aku bosan dengan semua ini!"

"Mungkin saat ini Tuhan sedang memberikan ujian. Suatu saat, aku yakin kebahagiaan akan berpihak padamu. Kita hanya perlu bersabar dan berdamai dengan waktu."

Alesha merenung. Selama ini ia sudah cukup bersabar. Namun, semua tidak ada yang berubah. Darren selalu mendominasi kehidupannya. Rasa sakit bercampur rasa cinta itu telanjur mendarah daging di tubuhnya.

"Kau membutuhkan nuansa baru untuk melupakan semua kenangan itu."

"Aku tidak tahu harus melakukan apa lagi. Semua cara sudah kucoba, tapi tidak ada yang berubah. Aku harus bagaimana?"

"Pertama, hapus air matamu." Leon menghapus air mata Alesha menggunakan ibu jari. "Kedua, kau harus selalu tersenyum."

Tersenyum di saat bersedih, bagaimana mungkin? Leon sungguh konyol! Ah, tidak juga. Kenyataannya, seulas senyum tipis terulas di bibir Alesha. Oke, meski wanita itu terpaksa melakukannya, tetapi senyuman itu ternyata membuat hatinya terasa sedikit lega.

The power of smile. Senyum adalah obat paling mujarab saat sedang bersedih. Jangan percaya, kalimat bijak itu hanya teori dari Leon.

"Ketiga?" Alesha mendongak, beradu pandang dengan mata hazel Leon. Teduh dan menenangkan.

"Kau perlu refreshing. Bagaimana jika kita menonton bioskop?"

Ide bagus! Sejak bercerai dari Darren, Alesha belum pernah sekali pun pergi ke bioskop. Kehidupannya hanya diisi oleh sesuatu yang monoton, melukis bersama Signor Romano.

"Baiklah." Alesha mengangguk. "Tunggu sebentar, aku akan bersiap-siap!"

Leon hampir saja bersalto untuk merayakan keberhasilannya mengajak Alesha berkencan. Apa? Kencan? Oke, biarlah Leon menyebutnya seperti itu. Meski bagi Alesha, menonton bioskop dengan lawan jenis tidak bisa dikategorikan sebagai kencan.

Ex Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang