Jaejoong menatap pantulan wajahnya di cermin sambil menunggu stylist menyelesaikan tugasnya yang sedang menata rambutnya, sebentar lagi ia akan menjalani sesi pemotretan untuk katalog sebuah brand pakaian.
Sudah hampir dua tahun.
Tidak ada satu pun hari yang terlewat bagi Jaejoong merindukan pria yang masih menempati tempat paling istimewa di hatinya. Jaejoong masih menantinya. Ia tidak sabar untuk kembali bertemu dengannya meski mungkin Yunho membencinya.
Banyak hal terjadi selama hampir dua tahun ia menjalani harinya penuh dengan sesak dan sepi yang menumpuk dalam lubuk hati. Jaejoong melakukan segala cara agar ia bisa menemui Yunho di militer.
Ia jauh-jauh pergi ke Gwangju hanya untuk mengorek informasi pada keluarga Jung di mana Yunho bertugas. Namun meski ia berhasil mengetahui di mana Yunho melakukan tugasnya, ia justru harus menelan pil pahit saat petugas jaga tidak memperbolehkannya menjenguk Yunho. Yunho melarang siapapun untuk menengoknya di militer selain keluarganya sendiri.
Hampir tiap hari Jaejoong datang ke pusat pelatihan militer di Yangju hanya untuk bertemu Yunho tapi usahanya selalu sia-sia. Akhirnya setelah dua bulan tidak membuahkan hasil, Jaejoong berhenti pergi ke Yangju.
Lagi-lagi Jaejoong terpuruk oleh pria yang sama. Jaejoong frustrasi menahan ras rindunya yang meledak-ledak.
Hampir dua tahun ia tidak bertemu Yunho. Bisa dibayangkan setinggi apa rindunya yang ia tumpuk setiap saat.
Jaejoong merasa sekarat.
Jaejoong menerima semua tawaran modelling dan mangggung untuk melupakan sejenak rindu dan sepinya yang semakin menyiksa. Tiap saat dadanya terasa sesak jika mengingat wajah tampan pria asal Gwangju itu.
Tetapi terlepas dari itu semua, kini Jaejoong menjadi salah satu model yang karirnya kian menanjak. Wajahnya bisa ditemui di mana pun. Di iklan televisi, majalah, internet, billboard di tengah kota, neon sign di pusat perbelanjaan, hingga pagelaran fashion show kelas dunia.
Walau begitu tetap saja kesuksesan tersebut tak bisa menghilangkan kegelisahan dan kehampaan yang selalu menghantui dirinya. Bahkan kehadiran No.X pun tidak memberikan pengaruh yang signifikan untuk mengisi kekosongan dalam dirinya.
Karena hanya satu penyembuhnya.
Jung Yunho.
“Jaejoong-ssi, sebentar lagi giliranmu.” Seorang staf berkata di daun pintu.
“Ne.”
“Aigoo, bagaimana aku mengatakannya? Wajahmu sempurna sekali Jaejoong-ah,” puji stylist sekaligus make-up artis yang menanganinya hari ini.
Jaejoong menyimpulkan senyum. “Noona, wajahku ini bisa dikatakan aset negara. Korea bisa huru-hara jika kehilangan wajah ini.”
Tawa stylist itu meledak mendengar kelakar Jaejoong. “Kau bisa saja. Ngomong-ngomong kau tidak berminat jadi idol?”
Jaejoong berpura-pura menghela napas. “Dan menghabiskan separuh hidupku menjalani masa training? Tidak, terima kasih. Noona, kalau aku jadi idol, K-pop bisa gonjang-ganjing. Youtube bisa rugi besar karena viewersku bisa trilyunan. Lalu Chart musik bisa kubabad habis.” Sang Noona pun lagi-lagi tertawa.
“Kalau begitu aktor?”
“Rating televisi akan jebol lalu semua sutradara di pelosok negeri ini akan mengejar-ngejarku. Tidak, itu merepotkan.”
Sang stylist semakin tertawa terbahak-bahak, bukan karena meremehkan Jaejoong atau menertawakan tingkat percaya diri Jaejoong yang cenderung sombong dan narsisme tapi karena ayolah... Kim Jaejoong memang lucu dan penuh canda. Semua orang yang pernah bekerja sama dengannya selalu senang menjadi rekanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Share The World
FanficKim Jaejoong, pria tercantik di Shinki University. Seorang model, DJ, vokalis No. X, band kampus yang populer. Semua orang menginginkannya. Semua orang ingin lebih dekat dengannya. Semua orang ingin perhatiannya. Dan yang pasti semua orang ingin ti...