Tahap 7

828 139 11
                                    

Tidak biasanya, pemuda bermarga Hwang itu sudah ada di kediaman keluarga Lee. Memencet tombol rumah itu dengan sabar. Suara tunggu sebentar dari nyonya Lee terdengar di telinga pemuda yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya.

"Eh nak Hyunjin! Lama tak kemari!! Ayo masuk nak," nyonya Lee berucap. Menarik tangan Hyunjin untuk masuk ke dalam rumah, Hyunjin pun patuh mengikuti langkah nyonya Lee.

"Daehwi sayang, Hyunjin datang nih!!" Teriakan mama Lee mengagetkan Daehwi yang tengah mencomot sehelai roti tawar untuk sarapannya.

Daehwi mendongak dan mendapati kekasihnya sudah berdiri di depannya sedangkan mama Lee ke arah dapur untuk mengambil sesuatu.

"Sayang, kenapa tak bilang kalau ingin menjemput ?" Tanya Daehwi dengan mulai memakan rotinya.

"Hehe sebagai ganti karena kemarin tidak jadi."

"Padahal mama sudah siap mengantar."

Mama Lee memang senantiasa mengantar-jemput Daehwi walaupun putranya itu sudah memiliki pacar.

"Nanti mertua eh calon mertuaku capek, aku tak mau."

Hyunjin ikut duduk di kursi meja makan samping Daehwi. Kekasihnya pun menyiapkan roti dan menambahkan selai di dalamnya untuk Hyunjin.

Dari arah dapur mama Lee datang membawa dua toples kue buatannya seperti yang diberikan pada Jinyoung kemarin.

"Satunya untuk Hyunjin, satunya untuk putra tersayang mama Lee. Hari ini kamu berangkat bersama Hyunjin kan ?"

Daehwi yang tahu "putra tersayang mama Lee" itu untuk siapa hanya bisa mencibir. Lalu berdiri karena sudah menyelesaikan sarapannya.

"Jangan lupa lho sayang." Mama Lee mengingatkan, dia mencium kedua pipi putranya.

"Iya ma, Daehwi berangkat ya."

"Hyunjin berangkat ya tante."

"Hati-hati kalian."

"Suruh siapa minum kopi!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Suruh siapa minum kopi!!!"

Bukannya mengobati, kedatangan seorang pemuda kelebihan kalsium itu malah membuat Jinyoung semakin sakit perut.

Ya, efek segelas kopi ㅡyang entah kemarin itu jenis apa tak main-main, nyatanya Jinyoung sekarang malah terbaring tak berdaya dengan tangan yang memegang perut bagian yang terasa sakit. Bukan hanya perut tapi dia jadi ikutan merasa demam dan tak bisa bangkit bahkan bergerak.

Bae Jinyoung dan kopi definit tidak bisa digabung mulai detik ini.

"Cinta sebegitu butanya ya," lagi pemuda yang niat membesuk tapi tak seperti orang membesuk itu berbicara.

Terserah Guanlin saja, aku sudah tak peduli ocehannya. Isi pikiran Jinyoung.

"Sudah sarapan belum?"

Tikungan Tajam | Jinhwi✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang